pepatah jawa tentang hidup – jawa tidak hanya dikenal sebagai kawasan yang memiliki kekayaan budaya dan bahasa. Di samping itu, Jawa juga dikenal dengan warisan keilmuan masa lalu yang tetap terjaga kelestariannya. kitab-kitab berbahasa Jawa kuno yang ditulis oleh para pujangga menjadi bukti nyata betapa jawa juga memiliki kekayaan literasi yang menarik untuk di teliti banyak kalangan.
Masyarakat Jawa menjadikan ujaran yang terdapat dalam kitab-kitab tersebut sebagai pedoman hidup secara turun temurun. berikut ini sipantun akan memberikan pada kalian beberapa pepatah jawa tentang hidup yang merupakan karya dari kitab-kitab jawa di masa lalu.
Kitab-kitab Petuah Jawa
pepatah jawa tentang hidup – Kitab-kitab petuah Jawa adalah kumpulan karya sastra dalam bahasa Jawa yang berisi nasihat, ajaran, atau petunjuk tentang kehidupan dan moral. Kitab-kitab petuah ini seringkali digunakan sebagai sumber panduan untuk menjalani kehidupan sehari-hari, memahami nilai-nilai budaya Jawa, serta mengembangkan diri secara spiritual.
Serat Centhini
serat centhini atau disebut juga dengan suluk Tambanglaras, termasuk salah satu karya sastra terbesar Jawa. Dalam serat ini, terhimpun berbagai macam ilmu pengetahuan dan kebudayaan Jawa. agar kitab ini tidak punah, masyarakat Jawa membuat tembang-tembang yang liriknya disarikan dari isi kitab tersebut. kitab ini ditulis kisaran pada abad ke-19 oleh tiga abdi keraton kasunanan surakarta, yakni Kiai Yasadipura, Kiai Ranggasutrasno, dan Raden Ngabehi Sastradipura. namun, penulisan kitab tersebut atas inisiatif dan perintah Adipati Anom Amangku Nagara III yang kemudian menjadi raja dengan gelar Sunan Pakubuwana V (1820 – 1823).
pepatah jawa tentang hidup – Serat Centhini mencerminkan dunia batin masyarakat Jawa. Di dalamnya, terdapat penjelasan alam pikiran masyarakat Jawa, baik menyangkut masalah agama, ilmu kebatinan, benda-benda pusaka, seni karawitan dan tari-tarian, horoskop, pertanian, hingga ceriita-cerita kuno.
Kitab Jangka Jayabaya
Serat Jangka Jayabaya adalah sebuah karya sastra Jawa yang dianggap sebagai nubuat atau ramalan tentang masa depan, terutama terkait dengan nasib dan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di Jawa. Kitab ini diatribusikan kepada Raja Jayabaya, seorang tokoh legendaris dalam sejarah Jawa, yang diyakini memerintah pada abad ke-12 M. Namun, penting untuk diingat bahwa sejarah dan penulisan kitab ini masih dalam kontroversi, dan ada berbagai versi yang berbeda mengenai isi dan waktu penulisan kitab ini.
pepatah jawa tentang hidup – Beberapa versi mengatakan bahwa Serat Jangka Jayabaya ditulis pada masa Kerajaan Majapahit, yang berkuasa sekitar abad ke-14 hingga ke-15 M. Sementara itu, ada pula yang berpendapat bahwa kitab ini mungkin ditulis lebih kemudian, mungkin pada abad ke-18 atau ke-19.
Isi dari Serat Jangka Jayabaya sangat beragam, tetapi inti dari kitab ini adalah ramalan-ramalan tentang masa depan Jawa dan Indonesia. Beberapa tema utama dalam kitab ini termasuk:
Peristiwa Sejarah: Kitab ini memuat prediksi tentang peristiwa-peristiwa sejarah yang akan terjadi di Jawa, seperti penaklukan oleh bangsa asing, peperangan, dan pergolakan politik.
Pemimpin dan Raja: Serat Jangka Jayabaya juga berbicara tentang sosok-sosok pemimpin dan raja yang akan muncul di masa depan, termasuk sifat-sifat dan peran mereka dalam memimpin masyarakat.
Nasib dan Kebangkitan Jawa: Kitab ini menyampaikan keyakinan akan masa depan kebangkitan Jawa dan Indonesia sebagai suatu bangsa yang besar dan kuat setelah mengalami berbagai cobaan dan peristiwa penting.
Nasihat dan Ajaran Moral: Selain meramalkan peristiwa-peristiwa, kitab ini juga mengandung ajaran moral dan etika yang diharapkan oleh penulisnya agar diikuti oleh masyarakat.
Serat Kalatidha
pepatah jawa tentang hidup – Serat Kalatidha adalah salah satu karya sastra Jawa yang juga berisi tentang ramalan atau nubuat tentang masa depan. Namun, mirip dengan Serat Jangka Jayabaya, Serat Kalatidha juga memiliki sejumlah ketidakpastian seputar penulisannya dan kontennya. Serat Kalatidha ini juga dikenal dengan nama “Serat Kalatidha Mundi,” dan sering dihubungkan dengan tokoh legendaris dalam sejarah Jawa.
Kontroversi yang serupa dengan Serat Jangka Jayabaya juga terjadi dalam hal waktu penulisan dan penulis sebenarnya dari Serat Kalatidha. Beberapa sumber menyatakan bahwa kitab ini ditulis selama masa Majapahit, sementara yang lain berpendapat bahwa penulisnya adalah tokoh yang hidup pada masa Kerajaan Mataram Islam pada abad ke-17 M. Beberapa bagian dari kitab ini juga mengalami perubahan dan modifikasi dari waktu ke waktu.
Isi dari Serat Kalatidha melibatkan sejumlah aspek, seperti:
Nubuat Masa Depan: Seperti yang terlihat dalam judulnya, kitab ini berisi ramalan atau nubuat tentang peristiwa-peristiwa masa depan, termasuk perubahan politik, pertempuran, dan perkembangan sosial di Jawa.
Pemimpin dan Raja: Serat Kalatidha juga memuat prediksi tentang tokoh-tokoh pemerintahan yang akan muncul di masa depan dan peran mereka dalam membentuk nasib Jawa.
Kepemimpinan dan Nasihat Moral: Serat ini juga berisi nasihat tentang bagaimana seorang pemimpin harus bertindak dan bersikap dalam menjalankan tugasnya. Terdapat ajaran-ajaran moral dan etika yang diharapkan menjadi pedoman bagi para pemimpin dan masyarakat.
Nasib dan Kebangkitan Jawa: Serat Kalatidha juga menyampaikan keyakinan akan nasib bangsa Jawa yang besar dan kuat di masa depan, meskipun melalui berbagai ujian dan peristiwa sulit.
pepatah jawa tentang hidup – Sama seperti Serat Jangka Jayabaya, Serat Kalatidha juga merupakan karya sastra yang tidak dapat dianggap sebagai catatan sejarah yang pasti. Ramalan-ramalan dalam kitab ini masih menjadi subjek interpretasi dan diskusi di kalangan ahli sastra dan budayawan Jawa. Kitab ini juga merupakan bagian penting dari warisan sastra Jawa yang kaya
Serat Wedharaga
Serat Wedharaga adalah salah satu karya sastra Jawa yang juga dikenal dengan nama “Serat Wedharaga Lan Ketawaka.” Kitab ini memiliki latar belakang sejarah dan budaya yang berbeda dari Serat Jangka Jayabaya dan Serat Kalatidha, serta lebih berkaitan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa.
pepatah jawa tentang hidup – Serat Wedharaga dikaitkan dengan penulis bernama Tjokrowasito atau yang lebih dikenal dengan nama Raden Ngabei Ronggowarsito. Beliau adalah seorang penyair dan sastrawan terkenal dari Jawa yang hidup pada abad ke-19, tepatnya pada masa pemerintahan Kerajaan Kasunanan Surakarta. Kitab ini diperkirakan ditulis pada pertengahan abad ke-19.
Isi dari Serat Wedharaga adalah beragam cerita dan sajak-sajak yang mengungkapkan kehidupan sehari-hari, perasaan, dan pemikiran masyarakat Jawa pada masa itu. Kitab ini mencakup berbagai tema, termasuk cinta, kerinduan, kebahagiaan, kesedihan, serta pandangan tentang alam dan lingkungan sekitar.
pepatah jawa tentang hidup – Selain itu, Serat Wedharaga juga memuat nasehat-nasehat moral dan etika, serta berbagai ajaran tentang cara menjalani kehidupan dengan bijaksana. Karya ini mencerminkan nilai-nilai budaya Jawa dan menggambarkan kepekaan sosial serta emosi manusia dalam berbagai situasi kehidupan.
Salah satu ciri khas dari Serat Wedharaga adalah penggunaan bahasa Jawa yang indah dan puitis. Teks ini sering kali digunakan untuk memahami dan merasakan nuansa budaya Jawa pada masa tersebut.
Serat Wedharaga adalah karya sastra Jawa yang penting dalam tradisi sastra dan budaya Jawa. Karya ini mencerminkan perasaan dan pemikiran masyarakat Jawa pada abad ke-19 dan masih menjadi bacaan yang berharga untuk memahami kekayaan budaya dan sastra Jawa pada masa itu.
Serat Candrarini
pepatah jawa tentang hidup – Serat Candrarini adalah salah satu karya sastra Jawa yang juga dikenal dengan nama “Serat Candrarini Singgihe Dharma.” Karya ini merupakan salah satu contoh sastra Jawa yang menggabungkan unsur-unsur sastra dengan nilai-nilai spiritual dan etika. Untuk menjelaskan Serat Candrarini, berikut informasi mengenai penulis, waktu penulisan, dan isi dari kitab tersebut:
Serat Candrarini diyakini ditulis oleh seorang penulis yang bernama Tumenggung Wirasuta dan diperkirakan ditulis pada abad ke-19. Wirasuta adalah seorang sastrawan Jawa terkenal dari Kerajaan Kasunanan Surakarta.
Serat Candrarini mengisahkan kisah seorang putri bernama Candrarini yang memperjuangkan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, dan moralitas dalam kehidupannya. Cerita ini menggambarkan perjuangan Candrarini untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan integritas moral dan kebijaksanaan di tengah berbagai cobaan dan godaan yang menghadang.
pepatah jawa tentang hidup – Kitab ini memuat ajaran-ajaran tentang tata krama, etika, dan nilai-nilai spiritual yang sejalan dengan ajaran agama Hindu-Jawa. Candrarini digambarkan sebagai sosok yang patuh kepada nilai-nilai dharma (kewajiban moral) dan berjuang untuk menjaga kebajikan dalam segala aspek kehidupannya.
Serat Candrarini juga menekankan pentingnya kesucian hati, ketaatan kepada Tuhan, serta pengendalian diri dalam menghadapi godaan dan konflik. Ini adalah pesan yang relevan dalam konteks budaya Jawa yang kaya akan nilai-nilai spiritual dan moral.
Selain itu, kitab ini juga memuat sajak-sajak Jawa yang memperindah narasi dan memberikan nuansa puitis pada kisah Candrarini. Kombinasi antara cerita moral dan puisi membuat Serat Candrarini menjadi karya sastra Jawa yang berharga dalam menggambarkan nilai-nilai budaya dan spiritualitas pada masanya.
Serat Candrarini mencerminkan keindahan bahasa dan pemikiran sastra Jawa pada abad ke-19 serta nilai-nilai etika dan moral yang dijunjung tinggi dalam masyarakat Jawa. Karya ini masih dihargai dan dihormati sebagai salah satu bagian penting dari warisan sastra Jawa.
Serat Nitisruti
pepatah jawa tentang hidup – Serat Nitisruti adalah sebuah karya sastra Jawa yang memiliki makna penting dalam budaya dan sastra Jawa. Serat Nitisruti ditulis oleh seorang penulis bernama Ki Gede Sasra. Namun, informasi lebih lanjut tentang penulis ini terbatas. Karya ini diperkirakan ditulis pada abad ke-18 atau awal abad ke-19, tetapi tanggal pasti penulisan tidak dapat dipastikan.
Isi dari Serat Nitisruti adalah kumpulan nasehat dan ajaran moral yang ditujukan untuk panduan kehidupan sehari-hari. Kitab ini terdiri dari berbagai cerita pendek, sajak, dan petuah yang bertujuan untuk membimbing pembaca dalam menjalani kehidupan dengan bijaksana, etika yang baik, dan moralitas yang tinggi.
Serat Nitisruti mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti tata krama, perilaku dalam masyarakat, kewajiban kepada orang tua, keluarga, dan agama. Karya ini juga membahas pentingnya kejujuran, kebaikan hati, dan sikap rendah hati dalam interaksi sosial.
Selain itu, Serat Nitisruti juga mengulas tentang berbagai nilai budaya dan ajaran agama Hindu-Jawa yang menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Jawa. Kitab ini mengingatkan pembaca tentang pentingnya menjalani hidup dengan kesadaran spiritual dan moral yang mendalam.
pepatah jawa tentang hidup – Karya ini sering kali dianggap sebagai panduan etika dan tata krama yang baik dalam budaya Jawa. Sajak-sajak yang terdapat dalam kitab ini juga memberikan nuansa puitis pada pesan moral yang disampaikan.
Serat Nitisruti adalah salah satu contoh karya sastra Jawa yang berfokus pada ajaran moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun penulis dan tanggal penulisan pastinya tidak diketahui dengan pasti, karya ini tetap menjadi bagian penting dari warisan sastra dan budaya Jawa, dan pesan-pesannya tentang kebaikan dan moralitas masih memiliki relevansi dalam konteks budaya Jawa hingga saat ini.
Serat Darmawasita
pepatah jawa tentang hidup – Kitab ini ditulis pada tahun 1878 oleh KGPAA Mangkunegara IV. isina ditulis dalam bentuk tembang-tembang mocopat, sehingga menarik untuk dipelajari. Secara umum, kitab ini dapat dikatakan sebagai kitab keluarga karena di dalamnya banyak membahas prinsip dan cara membina keluarga yang harmonis. sedikitnya ada tiga ajaran yang penting dipaparkan dalam kitab ini, yakni ajaran untuk memperoleh kesuksesan dalam hidup, menjadi rakyat yang baik, serta menjadi istri yang baik.
Serat Sepali
Serat sepali ditulis oleh Ki Ageng Sela, ia dikenal sebagai salah satu murid Syekh Siti Jenar yang taat. Ki Ageng Sela memiliki hubungan kekerabatan dengan Prabu Brawijaya V serta nenek moyang keturunan raja-raja mataram.
Isi dari Serat Sepali mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti tata krama, perilaku dalam masyarakat, hubungan antara sesama, serta kewajiban terhadap keluarga, agama, dan Tuhan. Kitab ini juga menekankan pentingnya kejujuran, kebaikan hati, kesederhanaan, dan integritas moral dalam tindakan dan sikap sehari-hari.
pepatah jawa tentang hidup – Serat Sepali mengandung pesan-pesan moral dan etika yang mendalam, yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan spiritualitas dalam masyarakat Jawa. Kitab ini sering dianggap sebagai panduan etika dan tata krama yang baik dalam budaya Jawa. Meskipun informasi tentang penulis dan waktu penulisan Serat Sepali mungkin kabur, pesan-pesan dalam kitab ini masih memiliki relevansi dalam budaya Jawa hingga saat ini.
Falsafah Hidup Orang Jawa
pepatah jawa tentang hidup – Falsafah hidup orang Jawa mencerminkan berbagai nilai dan prinsip yang mendalam, yang berakar dalam tradisi budaya, agama, dan filosofi Jawa. Beberapa aspek penting dari falsafah hidup orang Jawa adalah sebagai berikut:
Keselarasan dengan Alam dan Lingkungan: Orang Jawa cenderung memiliki hubungan yang harmonis dengan alam dan lingkungan sekitarnya. Mereka percaya bahwa manusia harus hidup sejalan dengan alam, menjaga keseimbangan ekosistem, dan tidak merusak lingkungan.
Keberadaan dalam Hierarki Sosial: Konsep “sosial” sangat penting dalam budaya Jawa. Masyarakat Jawa umumnya menghormati hierarki sosial dan norma-norma yang mengatur hubungan antara berbagai tingkatan sosial. Ini mencerminkan nilai-nilai seperti rasa hormat, sopan santun, dan etika dalam interaksi sosial.
- Kesederhanaan dan Kehidupan yang Sederhana: Kesederhanaan adalah nilai yang dijunjung tinggi dalam budaya Jawa. Orang Jawa cenderung hidup dengan sederhana, menghindari kemewahan berlebihan, dan menghargai nilai-nilai spiritualitas dan kebijaksanaan.
- Kebajikan dan Moralitas: Orang Jawa meyakini pentingnya memiliki kebaikan hati, kejujuran, dan moralitas yang tinggi dalam semua aspek kehidupan. Mereka percaya bahwa tindakan baik akan membawa kebahagiaan dan kesejahteraan.
- Keluarga dan Solidaritas Sosial: Keluarga merupakan inti penting dalam budaya Jawa. Solidaritas sosial di antara anggota keluarga dan masyarakat sangat ditekankan. Gotong-royong dan bantuan kepada sesama dianggap sebagai nilai-nilai yang luhur.
- Agama dan Spiritualitas: Mayoritas orang Jawa memeluk agama Hindu, Islam, atau Kristen. Agama dan spiritualitas memainkan peran besar dalam kehidupan sehari-hari mereka. Praktik-praktik keagamaan dan upacara tradisional sering menjadi bagian integral dari rutinitas harian.
- Karma dan Takdir: Konsep karma, yaitu hukum sebab-akibat, sangat penting dalam pemahaman orang Jawa tentang nasib dan takdir. Mereka percaya bahwa perbuatan baik akan menghasilkan akibat yang baik, sedangkan perbuatan buruk akan menghasilkan akibat yang buruk.
- Seni dan Budaya Tradisional: Seni dan budaya tradisional, seperti wayang kulit, tari, musik gamelan, dan sastra Jawa, merupakan bagian penting dari kehidupan orang Jawa. Ini tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana penyampaian nilai-nilai budaya dan pesan-pesan moral.
pepatah jawa tentang hidup – Falsafah hidup orang Jawa sangat beragam dan berakar dalam sejarah, budaya, dan agama mereka. Meskipun ada perbedaan dalam praktik-praktik kehidupan sehari-hari antara individu-individu Jawa, nilai-nilai ini tetap menjadi pijakan penting dalam menjalani kehidupan yang bermakna dan berarti bagi masyarakat Jawa, nah setelah teman-teman semua sudah memahami tentang kitab-kitab dan falsafah, berikut ini juga sipantun berikan pada kalian Pepatah jawa kuno yang bisa kamu bisa jadikan pedoman hidup kamu. yuk simak selengkapnya!
Pepatah Jawa tentang Hidup
Ajining Diri Dumunung Ana ing Lathi, Ajining Raga Ana ing Busana
artinya: nilai diri terletak di mulut, nilai fisik terletak pada pakaian, maksudnya salah satu hal yang menyebabkan seseorang bisa memiliki nilai atau dihargai dan dihormati, yaitu melalui kepandaian menjada mulut atau ucapannya.
Ala Ian Becik Iku Gandhengane, Kabeh Kuwi Saka Karsaning Pangeran
artinya: Buruk dan baik itu saling berkaitan, semua itu atas kehendak Tuhan, maksudnya keharusan seseorang untuk menyadari bahwa nasib baik maupun buurk yang menimpa setiap orang pada hakikatnya merupakan kehendak Tuhan semata
Alon-Alon Waton Kelakon
artinya: Pelan-pelan saja asal berhasil (dikerjakan), maksundya dalam mengerjakan sesuatu, lakukanlah setahap demi setahap dan penuh perhitungan.
Aja Rumangsa Bisa, nanging Bisa Rumangsa
Artinya: jangan (hanya) merasa bisa, tetapi (juga harus) bisa merasa, maksudnya pesan agar seseorang tidak hanya memiliki sikap merasa bisa
Aja Gumunan, Aja Getunan, Ojo Kagetan, Ojo Aleman
artinya: jangan gampang takjub, jangan gampang menyesal, jangan gampang terkejut, jangan gampang manja. maksudnya mengajarkan seseorang untuk memiliki prinsip yang kuat.
pepatah jawa tentang hidup
Aja Kakean Gludhug, namun Kurang Udan
artinya: jangan kebanyakan petir, tetapi hujannya kurang. maksudnya merupakan sindiran untuk orang yang hanya banyak bicara saja
Aja Umuk Bandhane Wong Tuwa, Arepa Ora Sepira, Yen Hasil Kringete Dhewe Iku Luwih Nyenengake Ian Bisa Dibanggaake
artinya: jangan mendangalkan harta orang tua, meskipun tidak seberapa. hasil keringat sendiri itu lebih menyenangkan dan bisa dibanggakan.
Bener Ketenger, Becik Ketitik, Ala Ketara
artinya: benar di tandai, baik terbukti, buruk kelihatan sendiri. maksudnya merupakan anjuran kepada siapapun untuk tidak takut berbuat atau mengatakan kebaikan.
Cecengkilan Iku Ngadohake Rejeki
artinya: memfitnah itu menjauhkan rezeki, maksudnya seseorang yang suka memfitnah tidak hanya dibenci oleh sesama tetapi juga menutup jalan rezekinya.
Ciri Wanci Lali Ginawa Mati
artinya: hal buruk yang hanya bisa diubah setelah mati, maksudnya anjuran agar kita senantiasa menghiasi hidup dengan kebaikan
pepatah jawa tentang hidup
Dudu Sanak Dudu Kadang, Yen Mati Melu Kalangan
artinya: bukan saudara, bukan kerabat. apabila meninggalm ikut merasa kehilangan. menggambarkan betapa eratnya sistem kekerabatan dalam masyarakat jawa.
Darbe Kawruh Ora Ditangkarake, Bareng Mati tanpa Tilas
artinya: mempunyai pengetahuan tidak dikembangkan atau diamalkan, setelah meninggal tiada bekas. maksudnya menjelaskan pentingnya imu pengetahuan dan jangan sampai tidak dibagi ke banyak orang.
Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
artinya: jangan gampang sakit hati ketika tertimpa musibah, jangan sedih ketika kehilangan sesuatu, maksudnya mengandung isyarat bahwa tidak ada musibah yang tidak akan berakhir.
Dene Lamun Tan Miraos Yen Amuwus, Luwung Umandela, Anging Ingkang Sewu Wingit, Myang Den Dumeh Ing Pasmon Semu Dyatmika
artinya: jika merasa bicaranya tidak berisi, sebaiknya diam, untuk hal yang penting dan mendalam, bersikaplah tenang, maksudnya adalah berbicaralah dengan baik dan benar dan anda harus paham dengan yang anda bicarakan
Dening Dayaning Hawa Nafsu Iku Pancen Sakala Iku Bisa Aweh Rasa Pemarem, Nanging Sawise Iku Bakal Aweh Rasa Getun Ian Panutuh Miring Dhiri Pribadhi, Kang Satemah Tansah Bisa Ngrubeda Marang Ketentremaning Pikir Ian Ati, Guneman Sethithik Nanging Memikir Akeh Iku Kang Tumrape Manungsa Bisa Aweh Katentreman Ian Rasa Marem Kang Gedhe Dwehe
artinya: ucapan kurang baik yang terucap hanya karena hawa nafsu itu memang seketika bisa membuat rasa puas. namun, setelah itu menyesal dan menyalahkan diri sendri, selalu terganggu ketentraman pikiran dan hati. berbicaralah sedikit, tetapi berpikir luas itu sebagaimana manusia bisa memberi ketentraman dan rasa sangat puas yang besar. inti pesan ini adalah perenungan dan memikirkan segala hal sebelum kita mulai berbicara
pepatah jawa tentang hidup
Dora Lara, Garo Kerogoh
artinya: berdusta menderita, menipu tertipu, maksudnya siapa yang suka berusta kepada orang lain, maka akan menderita.
Durung Pecus, Keselak Besus
artinya: belum terampil berkeinginan macam-macam, maksudnya sebelum kita memiliki kemampuan yang mempuni, jangan terlalu banyak berkhayal
Giri, Lusi, Janma, Tan Kena Ingina
artinya: gunung, cacing tanah, manusia, tidak boleh di hina. maksudnya mengajarkan kepada kita agar jangan menghina dan menyanjung orang hanya berdasarkan tampilan luarnya saja.
Gusti Paring Dalan Kanggo Uwong Sing Gelem Ndalan
artinya: tuhan memberi jalan untuk manusia yang mau mengikuti jalan kebenaran. memiliki makna bahwa satu-satunya jalan kebenaran itu adalah yang telah digariskan Tuhan
Gusti Allah Nitihake Sira Iku Lantaran Biyungira, Mula Kudu Ngurmat Biyungira
artinya: tuhan menciptakan kita melalui seorang ibu, oleh karena itu kita harus menghormati ibu.
pepatah jawa tentang hidup
Golek Jodho Aja Mung Mburu Endhahing Warna, Pala Krama Aja Ngeceh-Eceh Bandha
artinya: cari jodoh jangan hanya mengejar yang rupawan, pas pernikahan jangan hanya menghamburkan harta benda.
Gusti Iku Sambaten Naliko Sira Lagi Nandhang Kasangsaran, Pujinen Yen Sira Lagi Nampa Kanugrahaning Gusti
artinya: mohonlah kepada Tuhan jika engkau menderita, dan bersyukurlah jika engkau diberi anugerah-Nya
Golek Sampurnaning Urip Lahir Batin Ian Golek Kusumpurnaning Pati
artinya manusia mencari kesejahteraan hidup lahir batin di dunia dan akhirat.
Hawya Pegat Ngudiya Ronging Budyayu, Margane Suka Basuki, Dimen Luwar Kang Kinayun, Kalis Ing Panggawe Sisip, Ingkang Taberi Prihatos
artinya: jangan berhenti, selalu berusaha berbuat kebajikan agar mendapat kegembiraan, keselamatan, serta tercapai segala cita-cita, terhindar dari perbuatan yang bukan-bukan, caranya haruslah gemar prihatin.
Hanuhoni Kabeh Kang Duwe Panuwun, Yen Temen Temen Sayekti, Dewa Aparing Pitulung, Nora Kurang Sandhang Bukti, Saciptanira Kelakon
artinya: selalu memenuhi permohonan bagi yang meminta, bila dilakukan dengan tulus, maka tuhan akan selalu memberi pertolongan, banyak bukti yang tampak, segala kehendaknya akan tercapai
pepatah jawa tentang hidup
Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani
artinya: di depan membeeri suri teladan, ditengah membangun kemauan dan semangat, dibelakang mengikuti sambil mengoreksi keselamatan semuanya.
Ingkang Gesang Iku Samya Den Paring Rejeki Ing Allah, Ana Akeh Anak Thithik, Apa Pinantes Ing Kira. De Ingkang Pinaring Rejeki Luwih, Den Sukur Ing Allah, Ingkang Pinaring Thithik, Den Narima Ing Pangeran
artinya: yang hidup itu semuanya diberi rezeki loleh Tuhan, ada yang banyak dan ada yang sedikit, masing-masing menurut kepantasannya. yang diberi rezeki banyak, bersyukurlah kepada Tuhan, dan yang diberi rezeki sedikit berterima kasihlah kepada Tuhan.
Janma Iku Tan Keno Kiniro Kinoyo Ngopo, Mula Ojo Siro Seneng Ngaku Ian Rumongso Pinter Dhewe
artinya: manusia tidak bisa diterka, oleh karena itu janganlah suka mengaku dan merasa paling pandai sendiri.
Jagat Ora Mung Sagodhong Kelor, Kareben Nggremet Waton Slamet
artinya: dunia tidak selebar daun kelor, cita-cita harus diusahakan sampai tercapai, tetapi dengan kesabaran.
Jalma Angkara Mati Murka
artinya kemalangan karena tindakan sendiri
pepatah jawa tentang hidup
Janma Ingkang Wus Waspadeng Semu Sinamun Ing Samudana, Sesadon Ingadu Manis
aritnya: ciri orang yang sudah cermat akan ilmu justru selalu merendah diri dan selalu berprasangka baik.
Kahanan Kang Ono Iki Ora Suwe, Mesti Ngalami Owah Gingsir, Mulo Ojo Lali Marang Sapadha-Padning Timitah
artinya: keadaan hidup yang ada ini tidak akan lama, pasti mengalami perubahan, oleh karena itu jangan melupakan sesama
Kang Sinebut Ing Gesang Ambeg Linuhung, Kang Wus Tanpa Sama, Iya Iku Wong Kang Bangkit, Amenaki Manahe Sasama-Sama
artinya: yang dimaksud dengan hidup yang luhur tanpa tandingan yaitu orang yang mampu membahagiakan sesamanya.
Kang Kalebu Musthikang Rat Paniku, Sujanma Kang Bisa, Ngarah-Arah Wahyaning Ngling, Yektinira Aneng Ngulat Kawistara
artinya: yang termasuk pribadi unggul adalah orang yang mampu bertutur kata benar dan terarah, sesungguhnya demikian itu tampak dari mimik wajahnya
Kudu Angon Wektu, Tumindak Kudu Manut Kala Mangsa
artinya: perhatikan waktu, setiap tindakan perl mempertimbangkan situasi dan kondisinya
pepatah jawa tentang hidup
Kacang Mangsa Tinggal Lanjaran
artinya: kacang tidak mungkin meninggalkan jalurnya, perilaku anak tidak akan jauh dari orang tuanya
Kenes Ora Ethes
artinya : sombong tapi bodoh
Kumenthus Ora Pecus
artinya berlagak pandai tetapi sebenarnya tidak paham
Kawula Mung Saderma, Mobah-Mosik Kersaning Hyang Sukmo
artinya : lakukan yang kita bisa, setelahnya serahkan kepada tuhan, maksudnya memiliki makna bahwa kita harus melakukan sesuatu hal dengan kesungguhan hati dan hasil yang didapatkan tentulah sudah yang terbaik dari yang tuhan berikan
Luwih Pantes Diajeni Wong Wani Urip Tinimbang Wani Mati, Yen Wani Urip Kudu Kuat, Yen Wani Mati Bisa Mung Karana Nekat
artinya: lebih baik dihargai orang karena berani hidup daripada berani mati sebab orang yang berani hidup harus kuat, tapi orang yang berani mati bisa jadi hanya karna nekat
pepatah jawa tentang hidup
Lawun Sarwa Putus, Kapinteran Simpenen Ing Pungkur, Bodhonira Ing Ngarsa Yekti, Gampang Traping Tindak Tanduk, Amawas Pambekaning Wong
artinya: Jika telah paham, simpanlah kepandaian dibelakang, perlihakanlah kebodohan didepanmu, memudahkan cara bersikap, memahami sikap orang lain.
Lamun Seje Murad Maksudipun, Rasakena Ing Ati, Dipun Nastiti, Aja Pijer Umbak Umuk, Mundhak Kawiyak, Yen Bodho
artinya: jika menjummpai perbedaan maksud, rasakan dalam hati, perhatikan benar, jangan congkak dan berkoar, bisa bisa terbuka kebodohanmu.
Lut-Lutan Lowe, Nyamber Buntute Dewe
artinya: suka memfitnah orang lain, tetapi akibatnya mengenai diri sendiri.
Mikul Dhuwur Mendhem Jero
artinya: memikul tinggi-tinggi, mengubur dalam-dalam, pepatah ini ditujukan kepada seorang anak untuk menjujung setinggi-tinggi orang tua dan menanam sedalam-dalamnya jasa kedua orang tua kita
Manjing Ajur-Ajer
artinya: masuk, hancur-mencairm, maksudnya kita harus pandai menyesuaikan diri dimanapun berada
pepatah jawa tentang hidup
Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto Dhur Angkoro
artinya: manusia harus hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, serta memberantas sifat angkara
Mung Merga Sega Sepiring Aja Nganti Ngguling Sega Sak Cething, Mung Merga Banyu Sak Cipratan Aja Nganti Utah Banyu Sak Padasan
artinya: jangan karena nasi satu piring sampai tumpah nasi satu bakul, jangan kerna satu tetes air, sampai tumpah air satu tampungan.
Mundhak Apa Aneng Ngayun, Amdhedher Kaluputan, Siniran Ing Banyu Lali, Lamun Tuwuh Dadi Kekembangan Beka
artinya: apa guna menjadi pembesar, jika hanya menanam benih kesalahan yang disiram air kealpaan (lupa diri). akhirnya tumbuh jadi bencana
Mula Wong Urip Iku, Den Padha Akarep Marang Ngelmu, Ala Becik Ngelmu Iku Den Kawruhi, Karana Atunggal Wujud, Mung Kacek Emel Ian Batos
artinya: maka orang hidup itu jangan berhenti belajar, ilmu yang baik dan buruk harus diketahui karena hakikatnya adalah satu, hanya berbeda lafal dan batinnya
Manungso Sadermo Nglakoni Kadyo Wayang Umpamane
artinya: manusia sekadar menjalani apa adanya seumpama wayang
pepatah jawa tentang hidup
Mumpung Anom Ngudiya Laku Utama
artinya: selagi muda, berupayalah dalam segala hal-hal yang baik
Mburu Kidang Lumayu
artinya: memburu kijang yang sedang berlari, maksudnya agar kita melakukan hal-hal yang pasti dan tidak bermimpi kosong
Mburu Uceng Kelangan Dheleg
artinya: mengejar hal kecil, malah kehilangan hal yang besar
Mulane Wong Anom Iku, Becik Ingkang Ataberi, Jejagongan Ian Wong Tuwa
artinya: karena seharunya orang muda itu berdialog dengan orang tua, maksudnya kita jangan sampai putus komunikasi dengan orang tua
Manungsa Mung Ngunduh Wohing Pakarti
artinya: kehidupan manusia baik dan buruknya adalah akibat dari perbuatannya sendiri
pepatah jawa tentang hidup
Mohon, Mangesthi, Mangastuti, Marem
artinya: selalu meminta petunjuk tuhan untuk menyelaraskan antara ucapan dan perbuatan agar dapat berguna bagi sesama
Ngono Ya Ngono, Ning Aja Ngono
artinya: begitu ya begitu, tetapi jangan begitu, maksudnya dalam melakukan sesuatu kita tidak boleh berlebihan
Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpo Bondho
artinya: melawan tanpa perlu membawa teman, menang tanpa merendahkan, berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kaya tanpa harta
Natas, Nitis, Netes
artinya: dari tuhan kita ada, bersama tuhan kita hidup, dan bersatu dengan tuhan kita kembali
Ngilo’a Githok’e Dewe, Sing Bisa Nggedhong Napsu, Sing Uwis Ya Uwis
artinya:ketahuilah kekurangan diri kita sendiri, bisa mengendalikan hawa nafsu, yang sudah berlalu biarlah berlalu
pepatah jawa tentang hidup
Nadayan Asor Wijilipun, Yen Kalakuane Becik, Utawa Sugih Carita Kang Dadi Misil, Iku Pantes Raketana
artinya: sekalipun keturunan orang biasa, tetapi jika perilakunya baik atau banyak pengalaman yang bermanfaat, pantas untuk didekati.
Nadyan Metu Saking Wong Sudra Papeki, Lamun Becik Nggone Muruk, Iku Pantes Sira Anggo
artinya: walau dari seorang miskin yang rendah, jika baik ajarannya, pantas kamu ikuti
Nadyan Silih Bapa Biyung Kaki Nini, Sadulu Myang Sanak, Kalamun Muruk Tan Becik Nora Pantes Yen Den Nuta
artinya: meskipun ia adalah ayah, ibu, kakek, saudara, ataupun famili, jika memberi ajaran yang salah, tetap tidak pantas kamu ikuti
Narimo Ing Pandum
artinya: menerima segala rintangan dengan hati ikhlas
Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan, Ian Kemareman
artinya: jangan lah terobsesi oleh keinginan untuk memperoleh keududkan, kebendaan, dan kepuasan duniawi.
pepatah jawa tentang hidup
Ojo Keminter Mundak Keblinger, Ojo Cidra Mundak Ciloko
artinya: jangan merasa paling pandai agar tidak lupa diri, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka
Ojo Milik Barang Kang Elok, Ojo Mangro Mundak Kendo
artinya: jangan tergiur dengan hal hal yang tampak mewah, jangan berpikir mendua agar tidak lemah semangat
Ojo Adigang, Adigung, Adiguna
artinya: jangan merasa paling berkuasa, paling besar, paling pandai
Ono Dino Ono Upo
artinya: ada hari, ada nasi, maksudnya dimanapun kita berada tetap membutuhkan makan untuk bertahan hidup, jadi kita harus semangat bekerja!
Olo Ian Becik Damunung Ono Awak’e Dhewe
artinya: kejahatan dan kebaikan terletak dalam diri sendiri
pepatah jawa tentang hidup
Ojo Leren Lamun Durung Sayah, Ojo Mangan Lamun Durung Luwe, Ojo Lali Karo Asale
artinya: jangan istirahat bila belum lelah, jangan makan bila belum lapar, dan jangan lupa asal-usul diri
Olo Tanpo Rupo Yen Tumandhang Amuk Sedelok
artinya: bila dijalani dengan senang hati, setiap kesusahan akan terasa sebentar saja
Ojo Waton Ngomong, Ning Yen Ngomong Sing Gawe Waton
artinya: jangan cuma sekadar bicara, tetapi apabila berbicara harus bisa dibuktikan
Ojo Geguyon Mundak Kleru, Ojo Anggak Mundak Kelenggak
artinya: jangan suka menertawakan orang lain, nanti bisa keliru, jangan terlalu angkuh, nanti kita terhampas
Para Jalma Sajroning Jaman Pakewuh, Sudranira Andadi Rahurune Saya Ndarung, Keh Tyas Mirong Murang Margi, Kasekten Wus Nora Katon
artinya: manusia yang hidup di dalam zaman yang canggung cenderung merusak. kerusakan yang ditimbulkan makin menjadi-jadi. banyak pikiran-pikiran yang tidak berjalan di atas rel kebenaran, kesaktian sudah tidak tampak.
pepatah jawa tentang hidup
Panggawe Becik Puniku, Gampang Yen Wus Den Lakoni, Angel Yen Durung Kalakyan
artinya: perbuatan baik itu gampang jika sudah dijalani, sulit jika belum dilaksanakan.
Pangucap Iku Biso Dadi Jalaran Kabecik’an, Pangucap Iku Ugo Biso Dadi Dalaning Pati, Kasengsaran, Pamitran
artinya: ucapan bisa menjadi jalan kebaikan, tetapi juga bisa menjadi sebab kematian dan kesengsaraan
Pamer Cemer, Gemendung Glundung
artinya: pamer bisa mengurangi harga diri, congkak bisa tergelincir, maksudnya harga diri orang yang suka pamer menjadi turun dimata orang lain karna rasa congkaknya yang tinggi.
Baca juga : Peribahasa tentang cinta
pepatah jawa tentang hidup – Tetap setia pada petuah Jawa kuno ini adalah sebuah pelajaran berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dalam dunia yang sering kali penuh dengan tekanan dan ketidakpastian, petuah ini mengingatkan kita untuk menjaga ketenangan, kesederhanaan, dan kerukunan.
Mengurangi kekhawatiran berlebihan, menghindari keluhan yang tak berarti, tetap tenang dalam menghadapi perubahan, dan menjaga perdamaian dalam interaksi sosial adalah prinsip-prinsip yang dapat membawa kesejahteraan dalam kehidupan kita. Dengan menerapkan petuah ini, kita dapat menemukan kedamaian dalam diri sendiri dan membantu menciptakan lingkungan yang lebih harmonis di sekitar kita.
pepatah jawa tentang hidup – Kita tidak pernah tahu kapan dan bagaimana petuah-petuah ini dapat menginspirasi dan membantu kita dalam perjalanan hidup kita. Jadi, mari kita terus merenungkan dan mengamalkan kebijaksanaan dari petuah Jawa kuno ini, sehingga kita dapat menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan penuh dengan kedamaian.