Rahasia Sukses: 77 Pepatah Jawa tentang Hidup penuh Makna!

By | 2023-09-03

pepatah-jawa-tentang-hidup

pepatah jawa tentang hidup – jawa tidak hanya dikenal sebagai kawasan yang memiliki kekayaan budaya dan bahasa. Di samping itu,  Jawa juga dikenal dengan warisan keilmuan masa lalu yang tetap terjaga kelestariannya. kitab-kitab berbahasa Jawa kuno yang ditulis oleh para pujangga menjadi bukti nyata betapa jawa juga memiliki kekayaan literasi yang menarik untuk di teliti banyak kalangan.

Masyarakat Jawa menjadikan  ujaran yang terdapat dalam kitab-kitab tersebut sebagai pedoman hidup secara turun temurun. berikut ini sipantun akan memberikan pada kalian beberapa pepatah jawa tentang hidup yang merupakan karya dari kitab-kitab jawa di masa lalu.

Kitab-kitab Petuah Jawa

pepatah jawa tentang hidup – Kitab-kitab petuah Jawa adalah kumpulan karya sastra dalam bahasa Jawa yang berisi nasihat, ajaran, atau petunjuk tentang kehidupan dan moral. Kitab-kitab petuah ini seringkali digunakan sebagai sumber panduan untuk menjalani kehidupan sehari-hari, memahami nilai-nilai budaya Jawa, serta mengembangkan diri secara spiritual.

Serat Centhini

serat centhini atau disebut juga dengan suluk Tambanglaras, termasuk salah satu karya sastra terbesar Jawa. Dalam serat ini, terhimpun berbagai macam ilmu pengetahuan dan kebudayaan Jawa. agar kitab ini tidak punah, masyarakat Jawa membuat tembang-tembang yang liriknya disarikan dari isi kitab tersebut. kitab ini ditulis kisaran pada abad ke-19 oleh tiga abdi keraton kasunanan surakarta, yakni Kiai Yasadipura, Kiai Ranggasutrasno, dan Raden Ngabehi Sastradipura. namun, penulisan kitab tersebut atas inisiatif dan perintah Adipati Anom Amangku Nagara III yang kemudian menjadi raja dengan gelar Sunan Pakubuwana V (1820 – 1823).

pepatah jawa tentang hidup – Serat Centhini mencerminkan dunia batin masyarakat Jawa. Di dalamnya, terdapat penjelasan alam pikiran masyarakat Jawa, baik menyangkut masalah agama, ilmu kebatinan, benda-benda pusaka, seni karawitan dan tari-tarian, horoskop, pertanian, hingga ceriita-cerita kuno.

Kitab Jangka Jayabaya

Serat Jangka Jayabaya adalah sebuah karya sastra Jawa yang dianggap sebagai nubuat atau ramalan tentang masa depan, terutama terkait dengan nasib dan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di Jawa. Kitab ini diatribusikan kepada Raja Jayabaya, seorang tokoh legendaris dalam sejarah Jawa, yang diyakini memerintah pada abad ke-12 M. Namun, penting untuk diingat bahwa sejarah dan penulisan kitab ini masih dalam kontroversi, dan ada berbagai versi yang berbeda mengenai isi dan waktu penulisan kitab ini.

pepatah jawa tentang hidupBeberapa versi mengatakan bahwa Serat Jangka Jayabaya ditulis pada masa Kerajaan Majapahit, yang berkuasa sekitar abad ke-14 hingga ke-15 M. Sementara itu, ada pula yang berpendapat bahwa kitab ini mungkin ditulis lebih kemudian, mungkin pada abad ke-18 atau ke-19.

Isi dari Serat Jangka Jayabaya sangat beragam, tetapi inti dari kitab ini adalah ramalan-ramalan tentang masa depan Jawa dan Indonesia. Beberapa tema utama dalam kitab ini termasuk:

Peristiwa Sejarah: Kitab ini memuat prediksi tentang peristiwa-peristiwa sejarah yang akan terjadi di Jawa, seperti penaklukan oleh bangsa asing, peperangan, dan pergolakan politik.

Pemimpin dan Raja: Serat Jangka Jayabaya juga berbicara tentang sosok-sosok pemimpin dan raja yang akan muncul di masa depan, termasuk sifat-sifat dan peran mereka dalam memimpin masyarakat.

Nasib dan Kebangkitan Jawa: Kitab ini menyampaikan keyakinan akan masa depan kebangkitan Jawa dan Indonesia sebagai suatu bangsa yang besar dan kuat setelah mengalami berbagai cobaan dan peristiwa penting.

Nasihat dan Ajaran Moral: Selain meramalkan peristiwa-peristiwa, kitab ini juga mengandung ajaran moral dan etika yang diharapkan oleh penulisnya agar diikuti oleh masyarakat.

Serat Kalatidha

pepatah jawa tentang hidupSerat Kalatidha adalah salah satu karya sastra Jawa yang juga berisi tentang ramalan atau nubuat tentang masa depan. Namun, mirip dengan Serat Jangka Jayabaya, Serat Kalatidha juga memiliki sejumlah ketidakpastian seputar penulisannya dan kontennya. Serat Kalatidha ini juga dikenal dengan nama “Serat Kalatidha Mundi,” dan sering dihubungkan dengan tokoh legendaris dalam sejarah Jawa.

Kontroversi yang serupa dengan Serat Jangka Jayabaya juga terjadi dalam hal waktu penulisan dan penulis sebenarnya dari Serat Kalatidha. Beberapa sumber menyatakan bahwa kitab ini ditulis selama masa Majapahit, sementara yang lain berpendapat bahwa penulisnya adalah tokoh yang hidup pada masa Kerajaan Mataram Islam pada abad ke-17 M. Beberapa bagian dari kitab ini juga mengalami perubahan dan modifikasi dari waktu ke waktu.

Isi dari Serat Kalatidha melibatkan sejumlah aspek, seperti:

Nubuat Masa Depan: Seperti yang terlihat dalam judulnya, kitab ini berisi ramalan atau nubuat tentang peristiwa-peristiwa masa depan, termasuk perubahan politik, pertempuran, dan perkembangan sosial di Jawa.

Pemimpin dan Raja: Serat Kalatidha juga memuat prediksi tentang tokoh-tokoh pemerintahan yang akan muncul di masa depan dan peran mereka dalam membentuk nasib Jawa.

Kepemimpinan dan Nasihat Moral: Serat ini juga berisi nasihat tentang bagaimana seorang pemimpin harus bertindak dan bersikap dalam menjalankan tugasnya. Terdapat ajaran-ajaran moral dan etika yang diharapkan menjadi pedoman bagi para pemimpin dan masyarakat.

Nasib dan Kebangkitan Jawa: Serat Kalatidha juga menyampaikan keyakinan akan nasib bangsa Jawa yang besar dan kuat di masa depan, meskipun melalui berbagai ujian dan peristiwa sulit.

pepatah jawa tentang hidupSama seperti Serat Jangka Jayabaya, Serat Kalatidha juga merupakan karya sastra yang tidak dapat dianggap sebagai catatan sejarah yang pasti. Ramalan-ramalan dalam kitab ini masih menjadi subjek interpretasi dan diskusi di kalangan ahli sastra dan budayawan Jawa. Kitab ini juga merupakan bagian penting dari warisan sastra Jawa yang kaya

Serat Wedharaga

Serat Wedharaga adalah salah satu karya sastra Jawa yang juga dikenal dengan nama “Serat Wedharaga Lan Ketawaka.” Kitab ini memiliki latar belakang sejarah dan budaya yang berbeda dari Serat Jangka Jayabaya dan Serat Kalatidha, serta lebih berkaitan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa.

pepatah jawa tentang hidup –  Serat Wedharaga dikaitkan dengan penulis bernama Tjokrowasito atau yang lebih dikenal dengan nama Raden Ngabei Ronggowarsito. Beliau adalah seorang penyair dan sastrawan terkenal dari Jawa yang hidup pada abad ke-19, tepatnya pada masa pemerintahan Kerajaan Kasunanan Surakarta. Kitab ini diperkirakan ditulis pada pertengahan abad ke-19.

Isi dari Serat Wedharaga adalah beragam cerita dan sajak-sajak yang mengungkapkan kehidupan sehari-hari, perasaan, dan pemikiran masyarakat Jawa pada masa itu. Kitab ini mencakup berbagai tema, termasuk cinta, kerinduan, kebahagiaan, kesedihan, serta pandangan tentang alam dan lingkungan sekitar.

pepatah jawa tentang hidupSelain itu, Serat Wedharaga juga memuat nasehat-nasehat moral dan etika, serta berbagai ajaran tentang cara menjalani kehidupan dengan bijaksana. Karya ini mencerminkan nilai-nilai budaya Jawa dan menggambarkan kepekaan sosial serta emosi manusia dalam berbagai situasi kehidupan.

Salah satu ciri khas dari Serat Wedharaga adalah penggunaan bahasa Jawa yang indah dan puitis. Teks ini sering kali digunakan untuk memahami dan merasakan nuansa budaya Jawa pada masa tersebut.

Serat Wedharaga adalah karya sastra Jawa yang penting dalam tradisi sastra dan budaya Jawa. Karya ini mencerminkan perasaan dan pemikiran masyarakat Jawa pada abad ke-19 dan masih menjadi bacaan yang berharga untuk memahami kekayaan budaya dan sastra Jawa pada masa itu.

Serat Candrarini

pepatah jawa tentang hidupSerat Candrarini adalah salah satu karya sastra Jawa yang juga dikenal dengan nama “Serat Candrarini Singgihe Dharma.” Karya ini merupakan salah satu contoh sastra Jawa yang menggabungkan unsur-unsur sastra dengan nilai-nilai spiritual dan etika. Untuk menjelaskan Serat Candrarini, berikut informasi mengenai penulis, waktu penulisan, dan isi dari kitab tersebut:

Serat Candrarini diyakini ditulis oleh seorang penulis yang bernama Tumenggung Wirasuta dan diperkirakan ditulis pada abad ke-19. Wirasuta adalah seorang sastrawan Jawa terkenal dari Kerajaan Kasunanan Surakarta.

Serat Candrarini mengisahkan kisah seorang putri bernama Candrarini yang memperjuangkan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, dan moralitas dalam kehidupannya. Cerita ini menggambarkan perjuangan Candrarini untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan integritas moral dan kebijaksanaan di tengah berbagai cobaan dan godaan yang menghadang.

pepatah jawa tentang hidupKitab ini memuat ajaran-ajaran tentang tata krama, etika, dan nilai-nilai spiritual yang sejalan dengan ajaran agama Hindu-Jawa. Candrarini digambarkan sebagai sosok yang patuh kepada nilai-nilai dharma (kewajiban moral) dan berjuang untuk menjaga kebajikan dalam segala aspek kehidupannya.

Serat Candrarini juga menekankan pentingnya kesucian hati, ketaatan kepada Tuhan, serta pengendalian diri dalam menghadapi godaan dan konflik. Ini adalah pesan yang relevan dalam konteks budaya Jawa yang kaya akan nilai-nilai spiritual dan moral.

Selain itu, kitab ini juga memuat sajak-sajak Jawa yang memperindah narasi dan memberikan nuansa puitis pada kisah Candrarini. Kombinasi antara cerita moral dan puisi membuat Serat Candrarini menjadi karya sastra Jawa yang berharga dalam menggambarkan nilai-nilai budaya dan spiritualitas pada masanya.

Serat Candrarini mencerminkan keindahan bahasa dan pemikiran sastra Jawa pada abad ke-19 serta nilai-nilai etika dan moral yang dijunjung tinggi dalam masyarakat Jawa. Karya ini masih dihargai dan dihormati sebagai salah satu bagian penting dari warisan sastra Jawa.

Serat Nitisruti

pepatah jawa tentang hidupSerat Nitisruti adalah sebuah karya sastra Jawa yang memiliki makna penting dalam budaya dan sastra Jawa. Serat Nitisruti ditulis oleh seorang penulis bernama Ki Gede Sasra. Namun, informasi lebih lanjut tentang penulis ini terbatas. Karya ini diperkirakan ditulis pada abad ke-18 atau awal abad ke-19, tetapi tanggal pasti penulisan tidak dapat dipastikan.

Isi dari Serat Nitisruti adalah kumpulan nasehat dan ajaran moral yang ditujukan untuk panduan kehidupan sehari-hari. Kitab ini terdiri dari berbagai cerita pendek, sajak, dan petuah yang bertujuan untuk membimbing pembaca dalam menjalani kehidupan dengan bijaksana, etika yang baik, dan moralitas yang tinggi.

Serat Nitisruti mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti tata krama, perilaku dalam masyarakat, kewajiban kepada orang tua, keluarga, dan agama. Karya ini juga membahas pentingnya kejujuran, kebaikan hati, dan sikap rendah hati dalam interaksi sosial.

Selain itu, Serat Nitisruti juga mengulas tentang berbagai nilai budaya dan ajaran agama Hindu-Jawa yang menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Jawa. Kitab ini mengingatkan pembaca tentang pentingnya menjalani hidup dengan kesadaran spiritual dan moral yang mendalam.

pepatah jawa tentang hidupKarya ini sering kali dianggap sebagai panduan etika dan tata krama yang baik dalam budaya Jawa. Sajak-sajak yang terdapat dalam kitab ini juga memberikan nuansa puitis pada pesan moral yang disampaikan.

Serat Nitisruti adalah salah satu contoh karya sastra Jawa yang berfokus pada ajaran moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun penulis dan tanggal penulisan pastinya tidak diketahui dengan pasti, karya ini tetap menjadi bagian penting dari warisan sastra dan budaya Jawa, dan pesan-pesannya tentang kebaikan dan moralitas masih memiliki relevansi dalam konteks budaya Jawa hingga saat ini.

Serat Darmawasita

pepatah jawa tentang hidupKitab ini ditulis pada tahun 1878 oleh KGPAA Mangkunegara IV. isina ditulis dalam bentuk tembang-tembang mocopat, sehingga menarik untuk dipelajari. Secara umum, kitab ini dapat dikatakan sebagai kitab keluarga karena di dalamnya banyak membahas prinsip dan cara membina keluarga yang harmonis. sedikitnya ada tiga ajaran yang penting dipaparkan dalam kitab ini, yakni ajaran untuk memperoleh kesuksesan dalam hidup, menjadi rakyat yang baik, serta menjadi istri yang baik.

Serat Sepali

Serat sepali ditulis oleh Ki Ageng Sela, ia dikenal sebagai salah satu murid Syekh Siti Jenar yang taat. Ki Ageng Sela memiliki hubungan kekerabatan dengan Prabu Brawijaya V serta nenek moyang keturunan raja-raja mataram.

Isi dari Serat Sepali mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti tata krama, perilaku dalam masyarakat, hubungan antara sesama, serta kewajiban terhadap keluarga, agama, dan Tuhan. Kitab ini juga menekankan pentingnya kejujuran, kebaikan hati, kesederhanaan, dan integritas moral dalam tindakan dan sikap sehari-hari.

pepatah jawa tentang hidupSerat Sepali mengandung pesan-pesan moral dan etika yang mendalam, yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan spiritualitas dalam masyarakat Jawa. Kitab ini sering dianggap sebagai panduan etika dan tata krama yang baik dalam budaya Jawa. Meskipun informasi tentang penulis dan waktu penulisan Serat Sepali mungkin kabur, pesan-pesan dalam kitab ini masih memiliki relevansi dalam budaya Jawa hingga saat ini.

 

Falsafah Hidup Orang Jawa

pepatah-jawa-tentang-hidup

pepatah jawa tentang hidupFalsafah hidup orang Jawa mencerminkan berbagai nilai dan prinsip yang mendalam, yang berakar dalam tradisi budaya, agama, dan filosofi Jawa. Beberapa aspek penting dari falsafah hidup orang Jawa adalah sebagai berikut:

Keselarasan dengan Alam dan Lingkungan: Orang Jawa cenderung memiliki hubungan yang harmonis dengan alam dan lingkungan sekitarnya. Mereka percaya bahwa manusia harus hidup sejalan dengan alam, menjaga keseimbangan ekosistem, dan tidak merusak lingkungan.

Keberadaan dalam Hierarki Sosial: Konsep “sosial” sangat penting dalam budaya Jawa. Masyarakat Jawa umumnya menghormati hierarki sosial dan norma-norma yang mengatur hubungan antara berbagai tingkatan sosial. Ini mencerminkan nilai-nilai seperti rasa hormat, sopan santun, dan etika dalam interaksi sosial.

  • Kesederhanaan dan Kehidupan yang Sederhana: Kesederhanaan adalah nilai yang dijunjung tinggi dalam budaya Jawa. Orang Jawa cenderung hidup dengan sederhana, menghindari kemewahan berlebihan, dan menghargai nilai-nilai spiritualitas dan kebijaksanaan.
  • Kebajikan dan Moralitas: Orang Jawa meyakini pentingnya memiliki kebaikan hati, kejujuran, dan moralitas yang tinggi dalam semua aspek kehidupan. Mereka percaya bahwa tindakan baik akan membawa kebahagiaan dan kesejahteraan.
  • Keluarga dan Solidaritas Sosial: Keluarga merupakan inti penting dalam budaya Jawa. Solidaritas sosial di antara anggota keluarga dan masyarakat sangat ditekankan. Gotong-royong dan bantuan kepada sesama dianggap sebagai nilai-nilai yang luhur.
  • Agama dan Spiritualitas: Mayoritas orang Jawa memeluk agama Hindu, Islam, atau Kristen. Agama dan spiritualitas memainkan peran besar dalam kehidupan sehari-hari mereka. Praktik-praktik keagamaan dan upacara tradisional sering menjadi bagian integral dari rutinitas harian.
  • Karma dan Takdir: Konsep karma, yaitu hukum sebab-akibat, sangat penting dalam pemahaman orang Jawa tentang nasib dan takdir. Mereka percaya bahwa perbuatan baik akan menghasilkan akibat yang baik, sedangkan perbuatan buruk akan menghasilkan akibat yang buruk.
  • Seni dan Budaya Tradisional: Seni dan budaya tradisional, seperti wayang kulit, tari, musik gamelan, dan sastra Jawa, merupakan bagian penting dari kehidupan orang Jawa. Ini tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana penyampaian nilai-nilai budaya dan pesan-pesan moral.

pepatah jawa tentang hidupFalsafah hidup orang Jawa sangat beragam dan berakar dalam sejarah, budaya, dan agama mereka. Meskipun ada perbedaan dalam praktik-praktik kehidupan sehari-hari antara individu-individu Jawa, nilai-nilai ini tetap menjadi pijakan penting dalam menjalani kehidupan yang bermakna dan berarti bagi masyarakat Jawa, nah setelah teman-teman semua sudah memahami tentang kitab-kitab dan falsafah, berikut ini juga sipantun berikan pada kalian Pepatah jawa kuno yang bisa kamu bisa jadikan pedoman hidup kamu. yuk simak selengkapnya!

Pepatah Jawa tentang Hidup

pepatah-jawa-tentang-hidup

Ajining Diri Dumunung Ana ing Lathi, Ajining Raga Ana ing Busana

artinya:  nilai diri terletak di mulut, nilai fisik terletak pada pakaian, maksudnya salah satu hal yang menyebabkan seseorang bisa memiliki nilai atau dihargai dan dihormati, yaitu melalui kepandaian menjada mulut atau ucapannya.

Ala Ian Becik Iku Gandhengane, Kabeh Kuwi Saka Karsaning Pangeran

artinya: Buruk dan baik itu saling berkaitan, semua itu atas kehendak Tuhan, maksudnya keharusan seseorang untuk menyadari bahwa nasib baik maupun buurk yang menimpa setiap orang pada hakikatnya merupakan kehendak Tuhan semata

Alon-Alon Waton Kelakon

artinya: Pelan-pelan saja asal berhasil (dikerjakan), maksundya dalam mengerjakan sesuatu, lakukanlah setahap demi setahap dan penuh perhitungan.

Aja Rumangsa Bisa, nanging Bisa Rumangsa

Artinya: jangan (hanya) merasa bisa, tetapi (juga harus) bisa merasa, maksudnya pesan agar seseorang tidak hanya memiliki sikap merasa bisa

Aja Gumunan, Aja Getunan, Ojo Kagetan, Ojo Aleman

artinya: jangan gampang takjub, jangan gampang menyesal, jangan gampang terkejut, jangan gampang manja. maksudnya mengajarkan seseorang untuk memiliki prinsip yang kuat.

pepatah jawa tentang hidup 

Aja Kakean Gludhug, namun Kurang Udan

artinya: jangan kebanyakan petir, tetapi hujannya kurang. maksudnya merupakan sindiran untuk orang yang hanya banyak bicara saja

Aja Umuk Bandhane Wong Tuwa, Arepa Ora Sepira, Yen Hasil Kringete Dhewe Iku Luwih Nyenengake Ian Bisa Dibanggaake

artinya: jangan mendangalkan harta orang tua, meskipun tidak seberapa. hasil keringat sendiri itu lebih menyenangkan dan bisa dibanggakan.

Bener Ketenger, Becik Ketitik, Ala Ketara

artinya: benar di tandai, baik terbukti, buruk kelihatan sendiri. maksudnya merupakan anjuran kepada siapapun untuk tidak takut berbuat atau mengatakan kebaikan.

Cecengkilan Iku Ngadohake Rejeki

artinya: memfitnah itu menjauhkan rezeki, maksudnya  seseorang yang suka memfitnah tidak hanya dibenci oleh sesama tetapi juga menutup jalan rezekinya.

Ciri Wanci Lali Ginawa Mati

artinya: hal buruk yang hanya bisa diubah setelah mati, maksudnya anjuran agar kita senantiasa menghiasi hidup dengan kebaikan

pepatah jawa tentang hidup 

Dudu Sanak Dudu Kadang, Yen Mati Melu Kalangan

artinya: bukan saudara, bukan kerabat. apabila meninggalm ikut merasa kehilangan. menggambarkan betapa eratnya sistem kekerabatan dalam masyarakat jawa.

Darbe Kawruh Ora Ditangkarake,  Bareng Mati tanpa Tilas

artinya: mempunyai pengetahuan tidak dikembangkan atau diamalkan, setelah meninggal tiada bekas. maksudnya menjelaskan pentingnya imu pengetahuan dan jangan sampai tidak dibagi ke banyak orang.

Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan

artinya: jangan gampang sakit hati ketika tertimpa musibah, jangan sedih ketika kehilangan sesuatu, maksudnya mengandung isyarat bahwa tidak ada musibah yang tidak akan berakhir.

Dene Lamun Tan Miraos Yen Amuwus, Luwung Umandela, Anging Ingkang Sewu Wingit, Myang Den Dumeh Ing Pasmon Semu Dyatmika

artinya: jika merasa bicaranya tidak berisi, sebaiknya diam, untuk hal yang penting dan mendalam, bersikaplah tenang, maksudnya adalah berbicaralah dengan baik dan benar dan anda harus paham dengan yang anda bicarakan

Dening Dayaning Hawa Nafsu Iku Pancen Sakala Iku Bisa Aweh Rasa Pemarem, Nanging Sawise Iku Bakal Aweh Rasa Getun Ian Panutuh Miring Dhiri Pribadhi, Kang Satemah Tansah Bisa Ngrubeda Marang Ketentremaning Pikir Ian Ati, Guneman Sethithik Nanging Memikir Akeh Iku Kang Tumrape Manungsa Bisa Aweh Katentreman Ian Rasa Marem Kang Gedhe Dwehe

artinya: ucapan kurang baik yang terucap hanya karena hawa nafsu itu memang seketika bisa membuat rasa puas. namun, setelah itu menyesal dan menyalahkan diri sendri, selalu terganggu ketentraman pikiran dan hati. berbicaralah sedikit, tetapi berpikir luas itu sebagaimana manusia bisa memberi ketentraman dan rasa sangat puas yang besar. inti pesan ini adalah perenungan dan memikirkan segala hal sebelum kita mulai berbicara

pepatah jawa tentang hidup 

Dora Lara, Garo Kerogoh

artinya: berdusta menderita, menipu tertipu, maksudnya siapa yang suka berusta kepada orang lain, maka akan menderita.

Durung Pecus, Keselak Besus

artinya: belum terampil berkeinginan macam-macam, maksudnya sebelum kita memiliki kemampuan yang mempuni, jangan terlalu banyak berkhayal

Giri, Lusi, Janma, Tan Kena Ingina

artinya: gunung, cacing tanah, manusia, tidak boleh di hina. maksudnya mengajarkan kepada kita agar jangan menghina dan menyanjung orang hanya berdasarkan tampilan luarnya saja.

Gusti Paring Dalan Kanggo Uwong Sing Gelem Ndalan

artinya: tuhan memberi jalan untuk manusia yang mau mengikuti jalan kebenaran.  memiliki makna bahwa satu-satunya jalan kebenaran itu adalah yang telah digariskan Tuhan

Gusti Allah Nitihake Sira Iku Lantaran Biyungira, Mula Kudu Ngurmat Biyungira

artinya: tuhan menciptakan kita melalui seorang ibu, oleh karena itu kita harus menghormati ibu.

pepatah jawa tentang hidup 

Golek Jodho Aja Mung Mburu Endhahing Warna, Pala Krama Aja Ngeceh-Eceh Bandha

artinya: cari jodoh jangan hanya mengejar yang rupawan, pas pernikahan jangan hanya menghamburkan harta benda.

Gusti Iku Sambaten Naliko Sira Lagi Nandhang Kasangsaran, Pujinen Yen Sira Lagi Nampa Kanugrahaning Gusti

artinya: mohonlah kepada Tuhan jika engkau menderita, dan bersyukurlah jika engkau diberi anugerah-Nya

Golek Sampurnaning Urip Lahir Batin Ian Golek Kusumpurnaning Pati

artinya manusia mencari kesejahteraan hidup lahir batin di dunia dan akhirat.

Hawya Pegat Ngudiya Ronging Budyayu, Margane Suka Basuki, Dimen Luwar Kang Kinayun, Kalis Ing Panggawe Sisip, Ingkang Taberi Prihatos

artinya: jangan berhenti, selalu berusaha berbuat kebajikan agar mendapat kegembiraan, keselamatan, serta tercapai segala cita-cita, terhindar dari perbuatan yang bukan-bukan, caranya haruslah gemar prihatin.

Hanuhoni Kabeh Kang Duwe Panuwun, Yen Temen Temen Sayekti, Dewa Aparing Pitulung, Nora Kurang Sandhang Bukti, Saciptanira Kelakon

artinya: selalu memenuhi permohonan bagi yang meminta, bila dilakukan dengan tulus, maka tuhan akan selalu memberi pertolongan, banyak bukti yang tampak, segala kehendaknya akan tercapai

pepatah jawa tentang hidup 

Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani

artinya: di depan membeeri suri teladan, ditengah membangun kemauan dan semangat, dibelakang mengikuti sambil mengoreksi keselamatan semuanya.

Ingkang Gesang Iku Samya Den Paring Rejeki Ing Allah, Ana Akeh Anak Thithik, Apa Pinantes Ing Kira.  De Ingkang Pinaring Rejeki Luwih, Den Sukur Ing Allah, Ingkang Pinaring Thithik, Den Narima Ing Pangeran

artinya: yang hidup itu semuanya diberi rezeki loleh Tuhan, ada yang banyak dan ada yang sedikit, masing-masing menurut kepantasannya. yang diberi rezeki banyak, bersyukurlah kepada Tuhan, dan yang diberi rezeki sedikit berterima kasihlah kepada Tuhan.

Janma Iku Tan Keno Kiniro Kinoyo Ngopo, Mula Ojo Siro Seneng Ngaku Ian Rumongso Pinter Dhewe

artinya: manusia tidak bisa diterka, oleh karena itu janganlah suka mengaku dan merasa paling pandai sendiri.

Jagat Ora Mung Sagodhong Kelor, Kareben Nggremet Waton Slamet

artinya: dunia tidak selebar daun kelor, cita-cita harus diusahakan sampai tercapai, tetapi dengan kesabaran.

Jalma Angkara Mati Murka

artinya kemalangan karena tindakan sendiri

pepatah jawa tentang hidup 

Janma Ingkang Wus Waspadeng Semu Sinamun Ing Samudana, Sesadon Ingadu Manis

aritnya: ciri orang yang sudah cermat akan ilmu justru selalu merendah diri dan selalu berprasangka baik.

Kahanan Kang Ono Iki Ora Suwe, Mesti Ngalami Owah Gingsir, Mulo Ojo Lali Marang Sapadha-Padning Timitah

artinya: keadaan hidup yang ada ini tidak akan lama, pasti mengalami perubahan, oleh karena itu jangan melupakan sesama

Kang Sinebut Ing Gesang Ambeg Linuhung, Kang Wus Tanpa Sama, Iya Iku Wong Kang Bangkit, Amenaki Manahe Sasama-Sama

artinya: yang dimaksud dengan hidup yang luhur tanpa tandingan yaitu orang yang mampu membahagiakan sesamanya.

Kang Kalebu Musthikang Rat Paniku, Sujanma Kang Bisa, Ngarah-Arah Wahyaning Ngling, Yektinira Aneng Ngulat Kawistara

artinya: yang termasuk pribadi unggul adalah orang yang mampu bertutur kata benar dan terarah, sesungguhnya demikian itu tampak dari mimik wajahnya

Kudu Angon Wektu, Tumindak Kudu Manut Kala Mangsa

artinya: perhatikan waktu, setiap tindakan perl mempertimbangkan situasi dan kondisinya

pepatah jawa tentang hidup 

Kacang Mangsa Tinggal Lanjaran

artinya: kacang tidak mungkin meninggalkan jalurnya, perilaku anak tidak akan jauh dari orang tuanya

Kenes Ora Ethes

artinya : sombong tapi bodoh

Kumenthus Ora Pecus

artinya berlagak pandai tetapi sebenarnya tidak paham

Kawula Mung Saderma, Mobah-Mosik Kersaning Hyang Sukmo

artinya : lakukan yang kita bisa, setelahnya serahkan kepada tuhan, maksudnya memiliki makna bahwa kita harus melakukan sesuatu hal dengan kesungguhan hati dan hasil yang didapatkan tentulah sudah yang terbaik dari yang tuhan berikan

Luwih Pantes Diajeni Wong Wani Urip Tinimbang Wani Mati, Yen Wani Urip Kudu Kuat, Yen Wani Mati Bisa Mung Karana Nekat

artinya: lebih baik dihargai orang karena berani hidup daripada berani mati sebab orang yang berani hidup harus kuat, tapi orang yang berani mati bisa jadi hanya karna nekat

pepatah jawa tentang hidup 

Lawun Sarwa Putus, Kapinteran Simpenen Ing Pungkur, Bodhonira Ing Ngarsa Yekti, Gampang Traping Tindak Tanduk, Amawas Pambekaning Wong

artinya: Jika telah paham, simpanlah kepandaian dibelakang, perlihakanlah kebodohan didepanmu, memudahkan cara bersikap, memahami sikap orang lain.

Lamun Seje Murad Maksudipun, Rasakena Ing Ati, Dipun Nastiti, Aja Pijer Umbak Umuk, Mundhak Kawiyak, Yen Bodho

artinya: jika menjummpai perbedaan maksud, rasakan dalam hati, perhatikan benar, jangan congkak dan berkoar, bisa bisa terbuka kebodohanmu.

Lut-Lutan Lowe, Nyamber Buntute Dewe

artinya: suka memfitnah orang lain, tetapi akibatnya mengenai diri sendiri.

Mikul Dhuwur Mendhem Jero

artinya: memikul tinggi-tinggi, mengubur dalam-dalam, pepatah ini ditujukan kepada seorang anak untuk menjujung setinggi-tinggi orang tua dan menanam sedalam-dalamnya jasa kedua orang tua kita

Manjing Ajur-Ajer

artinya: masuk, hancur-mencairm, maksudnya kita harus pandai menyesuaikan diri dimanapun berada

pepatah jawa tentang hidup 

Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto Dhur Angkoro

artinya: manusia harus hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, serta memberantas sifat angkara

Mung Merga Sega Sepiring Aja Nganti Ngguling Sega Sak Cething, Mung Merga Banyu Sak Cipratan Aja Nganti Utah Banyu Sak Padasan

artinya: jangan karena nasi satu piring sampai tumpah nasi satu bakul, jangan kerna satu tetes air, sampai tumpah air satu tampungan.

Mundhak Apa Aneng Ngayun, Amdhedher Kaluputan, Siniran Ing Banyu Lali, Lamun Tuwuh Dadi Kekembangan Beka

artinya: apa guna menjadi pembesar, jika hanya menanam benih kesalahan yang disiram air kealpaan (lupa diri). akhirnya tumbuh jadi bencana

Mula Wong Urip Iku, Den Padha Akarep Marang Ngelmu, Ala Becik Ngelmu Iku Den Kawruhi, Karana Atunggal Wujud, Mung Kacek Emel Ian Batos

artinya: maka orang hidup itu jangan berhenti belajar, ilmu yang baik dan buruk harus diketahui karena hakikatnya adalah satu, hanya berbeda lafal dan batinnya

Manungso Sadermo Nglakoni Kadyo Wayang Umpamane

artinya: manusia sekadar menjalani apa adanya seumpama wayang

pepatah jawa tentang hidup 

Mumpung Anom Ngudiya Laku Utama

artinya: selagi muda, berupayalah dalam segala hal-hal yang baik

Mburu Kidang Lumayu

artinya: memburu kijang yang sedang berlari, maksudnya agar kita melakukan hal-hal yang pasti dan tidak bermimpi kosong

Mburu Uceng Kelangan Dheleg

artinya:  mengejar hal kecil, malah kehilangan hal yang besar

Mulane Wong Anom Iku, Becik Ingkang Ataberi, Jejagongan Ian Wong Tuwa

artinya: karena seharunya orang muda itu berdialog dengan orang tua, maksudnya kita jangan sampai putus komunikasi dengan orang tua

Manungsa Mung Ngunduh Wohing Pakarti

artinya: kehidupan manusia baik dan buruknya adalah akibat dari perbuatannya sendiri

pepatah jawa tentang hidup 

Mohon, Mangesthi, Mangastuti, Marem

artinya: selalu meminta petunjuk tuhan untuk menyelaraskan antara ucapan dan perbuatan agar dapat berguna bagi sesama

Ngono Ya Ngono, Ning Aja Ngono

artinya: begitu ya begitu, tetapi jangan begitu, maksudnya dalam melakukan sesuatu kita tidak boleh berlebihan

Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpo Bondho

artinya: melawan tanpa perlu membawa teman, menang tanpa merendahkan, berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kaya tanpa harta

Natas, Nitis, Netes

artinya: dari tuhan kita ada, bersama tuhan kita hidup, dan bersatu dengan tuhan kita kembali

Ngilo’a Githok’e Dewe, Sing Bisa Nggedhong Napsu, Sing Uwis Ya Uwis

artinya:ketahuilah kekurangan diri kita sendiri, bisa mengendalikan hawa nafsu, yang sudah berlalu biarlah berlalu

pepatah jawa tentang hidup 

Nadayan Asor Wijilipun, Yen Kalakuane Becik, Utawa Sugih Carita Kang Dadi Misil, Iku Pantes Raketana

artinya: sekalipun keturunan orang biasa, tetapi jika perilakunya baik atau banyak pengalaman yang bermanfaat, pantas untuk didekati.

Nadyan Metu Saking Wong Sudra Papeki, Lamun Becik Nggone Muruk, Iku Pantes Sira Anggo

artinya: walau dari seorang miskin yang rendah, jika baik ajarannya, pantas kamu ikuti

Nadyan Silih Bapa Biyung Kaki Nini, Sadulu Myang Sanak, Kalamun Muruk Tan Becik Nora Pantes Yen Den Nuta

artinya: meskipun ia adalah ayah, ibu, kakek, saudara, ataupun famili, jika memberi ajaran yang salah, tetap tidak pantas kamu ikuti

Narimo Ing Pandum

artinya: menerima segala rintangan dengan hati ikhlas

Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan, Ian Kemareman

artinya: jangan lah terobsesi oleh keinginan untuk memperoleh keududkan, kebendaan, dan kepuasan duniawi.

pepatah jawa tentang hidup 

Ojo Keminter Mundak Keblinger, Ojo Cidra Mundak Ciloko

artinya: jangan merasa paling pandai agar tidak lupa diri, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka

Ojo Milik Barang Kang Elok, Ojo Mangro Mundak Kendo

artinya: jangan tergiur dengan hal hal yang tampak mewah, jangan berpikir mendua agar tidak lemah semangat

Ojo Adigang, Adigung, Adiguna

artinya: jangan merasa paling berkuasa, paling besar, paling pandai

Ono Dino Ono Upo

artinya: ada hari, ada nasi, maksudnya dimanapun kita berada tetap membutuhkan makan untuk bertahan hidup, jadi kita harus semangat bekerja!

Olo Ian Becik Damunung Ono Awak’e Dhewe

artinya:  kejahatan dan kebaikan terletak dalam diri sendiri

pepatah jawa tentang hidup 

Ojo Leren Lamun Durung Sayah, Ojo Mangan Lamun Durung Luwe, Ojo Lali Karo Asale

artinya: jangan istirahat bila belum lelah, jangan makan bila belum lapar, dan jangan lupa asal-usul diri

Olo Tanpo Rupo Yen Tumandhang Amuk Sedelok

artinya: bila dijalani dengan senang hati, setiap kesusahan akan terasa sebentar saja

Ojo Waton Ngomong, Ning Yen Ngomong Sing Gawe Waton

artinya: jangan cuma sekadar bicara, tetapi apabila berbicara harus bisa dibuktikan

Ojo Geguyon Mundak Kleru, Ojo Anggak Mundak Kelenggak

artinya: jangan suka menertawakan orang lain, nanti bisa keliru, jangan terlalu angkuh, nanti kita terhampas

Para Jalma Sajroning Jaman Pakewuh, Sudranira Andadi Rahurune Saya Ndarung, Keh Tyas Mirong Murang Margi, Kasekten Wus Nora Katon

artinya: manusia yang hidup di dalam zaman yang canggung cenderung merusak. kerusakan yang ditimbulkan makin menjadi-jadi. banyak pikiran-pikiran yang tidak berjalan di atas rel kebenaran, kesaktian sudah tidak tampak.

pepatah jawa tentang hidup 

Panggawe Becik Puniku, Gampang Yen Wus Den Lakoni, Angel Yen Durung Kalakyan

artinya: perbuatan baik itu gampang jika sudah dijalani, sulit jika belum dilaksanakan.

Pangucap Iku Biso Dadi Jalaran Kabecik’an, Pangucap Iku Ugo Biso Dadi Dalaning Pati, Kasengsaran, Pamitran

artinya: ucapan bisa menjadi jalan kebaikan, tetapi juga bisa menjadi sebab kematian dan kesengsaraan

Pamer Cemer, Gemendung Glundung

artinya: pamer bisa mengurangi harga diri, congkak bisa tergelincir, maksudnya harga diri orang yang suka pamer menjadi turun dimata orang lain karna rasa congkaknya yang tinggi.

Baca juga : Peribahasa tentang cinta

pepatah jawa tentang hidup  – Tetap setia pada petuah Jawa kuno ini adalah sebuah pelajaran berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dalam dunia yang sering kali penuh dengan tekanan dan ketidakpastian, petuah ini mengingatkan kita untuk menjaga ketenangan, kesederhanaan, dan kerukunan.

Mengurangi kekhawatiran berlebihan, menghindari keluhan yang tak berarti, tetap tenang dalam menghadapi perubahan, dan menjaga perdamaian dalam interaksi sosial adalah prinsip-prinsip yang dapat membawa kesejahteraan dalam kehidupan kita. Dengan menerapkan petuah ini, kita dapat menemukan kedamaian dalam diri sendiri dan membantu menciptakan lingkungan yang lebih harmonis di sekitar kita.

pepatah jawa tentang hidup  – Kita tidak pernah tahu kapan dan bagaimana petuah-petuah ini dapat menginspirasi dan membantu kita dalam perjalanan hidup kita. Jadi, mari kita terus merenungkan dan mengamalkan kebijaksanaan dari petuah Jawa kuno ini, sehingga kita dapat menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan penuh dengan kedamaian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *