
Puisi Kehidupan Chairil Anwar – Chairil Anwar merupakan seorang sastrawan terkenal di Indonesia lewat karya-karyanya. beilau lazim disebut sebagai “pelopor angkatan 45” dalam sastra Indonesia. Beliau juga seorang penyair besar yang menginspirasi dan mengapresiasi upaya manusia meraih kemerdekaan, termasuk perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan.
Baca juga : Pengertian Puisi |
Sang Penyair Legendaris
Puisi Kehidupan Chairil Anwar – Chairil Anwar mulai menyukai dunia sastra sejak usia belasan tahun. Hal ini ia mulai dengan menulis syair dan puisi ketika masih remaja. Tahun 1942, karya Chairil Anwar yang dimuat di Majalah Nisan merupakan karya beliau yang membuat Namanya di kenal banyak orang.
Pada zaman perjuangan kemerdekaan Indonesia. Chairil Anwar juga menulis beberapa sajak perjuangan seperti: Karawang-Bekasi, yang disadurnya dari sajak The Young Dead Soldiers, Karya Archibald MacLeish (1948). Kemudian menulis juga sajak Persetujuan dengan Bung Karno, yang merefleksikan dukungannya pada bung Karno untuk terus mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945. Bahkan sajak berjudul Aku dan Diponegoro juga banyak mendapat apresiasi orang sebagai sajak perjuangan.
Puisi Kehidupan Chairil Anwar – Selain sajak diatas ada juga karya yang cukup terkenal berjudul Puisi Kehidupan. Puisi Kehidupan Chairil Anwar tersebut berisi tentang syair yang menceritakan tentang sang penyair legendaris itu sendiri dimana kondisinya saat itu sudah tidak sehat dan sering sakit. Yuk simak syair Puisi Kehidupan sebagai berikut:
Puisi Kehidupan Karya Chairil Anwar
Hari hari lewat, pelan tapi pasti
Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru
Karena aku akan membuka lembaran baru
Untuk sisa jatah umurku yang baru
Daun gugur satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Umurku bertambah satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Tapi… coba aku tengok kebelakang
Ternyata aku masih banyak berhutang
Ya, berhutang pada diriku
Karena ibadahku masih pas-pasan
Kuraba dahiku
Astagfirullah, sujudku masih jauh dari khusyuk
Kutimbang keinginanku….
Hmm… masih lebih besar duniawiku
Ya Allah
Akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Akankah aku masih merasakan rasa ini pada tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Masihkah aku diberi kesempatan?
Ya Allah….
Tetes airmataku adalah tanda kelemahanku
Rasa sedih yang mendalam adalah penyesalanku
Astagfirullah…
Jika Engkau ijinkan hamba bertemu tahun depan
Ijinkan hambaMU ini, mulai hari ini lebih khusyuk dalam ibadah…
Timbangan dunia dan akhirat hamba seimbang…
Sehingga hamba bisa sempurna sebagai khalifahMu…
Hamba sangat ingin melihat wajahMu di sana…
Hamba sangat ingin melihat senyumMu di sana…
Ya Allah,
Ijikanlah
Baca juga : Contoh Puisi Pendidikan |
Demikian Syair Puisi Kehidupan Chairil Anwar, pada menginjak umur usia 20-an, Chairil Anwar memiliki gaya hidup yang kurang teratur. Hal ini disebabkan gaya hidupnya yang semrawut dan bohemian ( pindah dari satu tempat ke tempat yang lain dan tidak punya tempat tinggal yang tetap).
Hal tersebut menyebabkan ia mengidap beberapa penyakit di tubuhnya, sebelum genap berusia 27 tahun kesehatannya semakin menurun disebabkan penyakit TBC kronis dan Sipilis.Chairil meninggal tepat pada pukul 14.30, 28 April 1949. Dia dikuburkan di taman pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta.Walaupun sang penyair telah tiada, tetapi jejaknya tetap terlihat, bahkan mungkin hingga seribu tahun lagi
Semoga Syair ini dapat memberikan pesan untuk seitap pembacanya hingga sekarang untuk selalu mengingat karya sang penyair legenda serta memaknai pesan dan arti dari syair yang dia tuliskan untuk selalu menjaga Kesehatan dan memaknai betapa berharganya kehidupan.