620 Peribahasa Jawa tentang Kehidupan dan Artinya, Penuh Makna dan Nasihat

By | 2023-01-15
peribahasa-jawa-tentang-kehidupan

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan– Peribahasa adalah ungkapan yang digunakan dalam bahasa untuk menyampaikan pesan atau nasihat. Peribahasa seringkali mengandung nilai-nilai moral dan kearifan yang dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang budaya suatu daerah. Setiap daerah juga memiliki berbagai macam peribahasanya termasuk daerah jawa juga termasuk.

Baca juga : Pengertian Peribahasa

Peribahasa Jawa

Peribahasa Jawa adalah ungkapan yang digunakan dalam bahasa Jawa untuk menyampaikan pesan atau nasihat. Peribahasa Jawa seringkali mengandung nilai-nilai moral dan kearifan lokal yang dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang budaya Jawa.

Beberapa peribahasa Jawa yang terkenal di antaranya adalah “Siji ati, siji nurani” yang berarti “Satu hati, satu pikiran.” Peribahasa ini mengingatkan kita akan pentingnya kesatuan dalam segala hal, baik dalam keluarga, persahabatan, maupun dalam organisasi.

Lainnya adalah “Kulawarga wadon, kulawarga priya” yang berarti “Keluarga perempuan adalah keluarga yang dicintai.” Peribahasa ini mengingatkan kita akan pentingnya menghormati dan menghargai peran perempuan dalam keluarga.

Peribahasa Jawa yang berasal dari budaya lokal ini juga memiliki arti yang berbeda-beda sesuai dengan konteks yang digunakan. Namun, pada dasarnya peribahasa Jawa dapat digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan nasihat, ajaran moral, atau sekedar ungkapan yang menyenangkan.

Berikut ini sipantun berikan pada kalian 620 peribahasa jawa tentang kehidupan yang bisa menjadi nasehat dalam kehidupan kamu untuk memberikan kamu prinsip dan motivasi. Simak peribahasanya sebagai berikut:

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan Watak Manusia

Akal Budi
‘Akal pikiran orang tua’

Ala Lan becik iku gandhengane, kabeh kuwi saka kersane pangeran
‘Baik buruk manusia itu karena keduanya itu tergantung kepada Tuhan Yang Kuasa’

Ambagaspati
‘Orang yang penaik darah’

Ambaguguk nguthowaton
‘Orang yang memegang pendiriannya kuat-kuat’

Ambalung usu
‘Orang yang berwatak tidak menentu, jika dalam keadaan sedang lembek tidak punya pendirian, dan sebaliknya dalam keadaan keras tidak terkalahkan siapa pun’

Ambondhan tanpa ratu
‘Orang yang berlaku sesukanya sendiri’

Anteng kitiran
‘Orang yang sangat banyak tingkahnya’

Alihan gung
‘Orang pandai tidak memamerkan kepandaiannya’

Anggedhebog bosok
‘Orang yang jelek rupa dan batinnya’

Apik kemripik nancang kirik
‘Orang yang lahirnya suci, tetapi di dalam hati kotor’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Awak pendhek budi ciblek
‘Badan dan budinya rendah’

Basa candhala
‘Orang yang suka mencaci’

Bebek diwuruki nglangi
‘Sudah pandai masih perlu diajari’

Benceng ceweng
‘Orang yang tidak dapat memusatkan pikiran dan batinnya’

Beras wutah arang mulih ing takere
‘Barang sesuatu yang telah pindah tempat sulit dikembalikan di
temp at semula’

Berbudi bawa leksana
‘Orang berhati besar, kalau telah diucapkan pasti dilaksanakan’

Bumi pinendhem
‘Orang yang rendah hati’

Cabolo mangan teki
‘Orang bodoh melakukan pekerjaan yang tidak semestinya’

Cangkem gate!
‘Orang yang suka memaki-maki atau ngerumpi’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Corcor kaya wong kurang janganan
‘Orang yang bicara asal keluar’

Criwis cawis
‘Orang yang selalu membantah perintah’

Cina craki
‘Orang yang sangat kikir’

Ciri wanci tali ginawa mati
‘Orang yang mempunyai kebiasaan buruk dibawa selama hidup’

Cita wicita
‘Orang berhati baik bermuka baik’

Cukeng wrengkeng
‘Tidak mau kalah dalam tutur kata’

Dahwen ati open
‘Orang yang suka mencampuri urusan orang lain’

Dalan gawat becik disimpangi
‘Orang yang sulit sebaiknya dihindari’

Digedhongana dikuncenana tetep kaya takdire
‘Orang yang sudah bersandar diri pada takdir’

Durniti ganda rasa
‘Orang yang berkelakuan buruk pasti diketahui oleh orang lain’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Dhayung oleh kedhung
‘Orang memperoleh sesuatu dengan mudah’

Edhom sumurup ing banyu
‘Sulit mencari sesuatu yang tak pasti ‘

Eduk sanding geni
‘Laki-laki yang dekat dengan perempuan lama-lama senang’

Eyang-eyung karepe
‘Orang yang tidak tetap kemauannya’

Gadhanganjago patogan
‘Orang yang pemberani teguh keputusan’

Gajah alingan suket teki
‘Orang yang suka pura-pura. Lahir dan batinnya berbeda, meski
banyak yang mengetahui perbuatannya’

Giri lusi, janma tan kena ingina
‘Orang yang kelihatannya bodoh temyata pandai’

Harda walepa
‘Orang yang kurang ajar’

Hyang kalingga surya
‘Orang yang bijaksana memberi terang kepada khalayak’

Jaka kencur
‘Anak lelaki muda’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Janma tan kena kinira kinaya ngapa
‘Orang tidak dapat ditebak bagaimana batinnya’

Jati katlusupan luyung
‘Orang baik dipengaruhi oleh orang jahat’

Jembar segarane
‘Orang yang suka memaafkan orang lain’

Jemunul kenul
‘Orang yang nakal’

Jiniwit katut
‘Saudara walau bagaimanapun tentu akan terikut’

Jigjang atz goyang
‘Orang yang dalam batinnya tidak percaya tutur kata orang lain’

Kacang ting gal lanjaran
‘Orang yang jahat anaknya justru baik, sebaliknya orang baikanaknya menjadi jahat’

Kacang mangsa ninggal lanjaran
‘Watak anak itu tidak akan jauh beda dengan watak orang tuanya ‘

Kadang we lad
‘Saudara sekandung’

Kakehan kresek
‘Orang yang banyak bicaranya’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Kepara-kepere
‘Barang yang baik terlalu baik dan yang jelek terlalu jelek’

Katon cepaka sawakul
‘Orang yang disukai oleh orang banyak’

Kaya ngandhut godhong randhu
‘Orang yang licin bicaranya’

Ladak ora kacagak
‘Orang angkuh tidak sepadan dengan tingkahnya’

Madaya ketingal rupane
‘Orang yang mengingkari janji kelihatan dari wajahnya’

Malang-malang tanggung
‘Orang yang sulit wataknya’

Mandheg mangu
‘Orang yang peragu’

Meneng wada uleren
‘Orang yang lahirnya bersifat pendiam tetapi hatinya kasar’

Midak tembelek ora penyet
‘Orang yang tidak ada kekuatannya’

Mrangkani kudi
‘Orang yang dapat melayani hati orang yang sulit sifatnya’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Mulat sanira tansah eling lawan waspada
‘Melihat diri sendiri sebelum bertindak’

Nrenggiling api mati
‘Orang berhati jahat pura-pura baik’

Nugraha ati kirda
‘Memberi lantaran untuk berkehendak’

Nunggak semi
‘Turun-temurun sama’

Ngalasake negara
‘Orang yang hanya menuruti kehendak hatinya sendiri’

Ngempukake watu
‘Orang yang tidak segan terhadap yang sulit-sulit’

Ngenteni kambanging watu item
‘Menunggu ha! yang mustahil’

Ngleled eduk pinggiring dalan
‘Orang yang tidak mempunyai pendirian sendiri’

Ngrumpak jajahan rowang
‘Orang yang suka mencela, menciutkan nyali, dan membuat celakateman’

Nyolong pethek
‘Sesuatu di luar dugaan’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Nyumur gumuling
‘Orang yang tidak mempunyai rahasia’

Ora ana banyu mili mendhuwur
‘Tidak ada tingkah laku yang tidak berasal dari orang tuanya’

Ora ganja ora unus
‘Orang yang perbuatannya jelek rupanya pun jelek’

Ora kena diampu-ampu
‘Orang yang tidak mau dikuasai dengan kekerasan’

Ora kena dikrukus
‘Orang yang tidak boleh dianggap gampang’

Ora kena wong pilis
‘Watak orang yang selalu membuat kesulitan orang lain’

Padu jiwa dikantongi
‘Orang yang pandai berbantah’

Padune kaya welut dilengani
‘Orang yang tidak dapat dipegang perkataannya’

Padune ngeri
‘Perkataannya ta jam sekali’

Pager klaras
‘Pelayan yang tidak dapat dipercaya’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Pecel alu
‘Budi pekertinya kaku’

Punjul ing apapak
‘Orang yang melebihi kepandaiannya’

Regem-regem kemarung
‘Orang yang sulit dikuasai wataknya’

Sabda amerta
‘Orang yang berwatak sabar’

Sabda candala
‘Orang yang wataknya urakan’

Sabda tan ana wadu janma
‘Orang yang tidak mengingkari janji’

Sadawane lurung isih dawa gurung
‘Panjangnyajalan masih kalah panjang dibanding mulut yang bicara’

Sagalak-galake macan ora mangan anake
‘Seganas-ganasnya manusia tidak akan membinasakan anaknya sendiri’

Sedhakep angawe-awe
‘Orang yang bermaksud menghentikan kebiasaan buruk namun selalu ragu’

Srigunung
‘Dari kejauhan baik didekati buruk’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Tepa Selira
‘Segala sesuatu diukur dari dirinya sendiri’

Tesmak bathok
‘Orang yang sok tahu’

Tunjung tuwuh ing sela
‘Sesuatu yang mustahil’

Tung gal banyu
‘Saudara sedarah’

Tetep, teges, trengginas
‘Kekuatan untuk sukses, berpendirian’

Turuten pituture wong tuwa
‘Ikutilah nasihat orang tua’

Uwis cumengkung
‘Orang yang pandai bicara’

Wastra bedhah kayu pokah
‘Orang yang Iuka karena perbuatannya’

Wawalan bandhu
‘Bermusuhan dengan orang yang tidak punya’

Welas wekasan lalis
‘Kebaikan menyebabkan kesengsaraan bagi dirinya sendiri’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Widara uluren
‘Orang yang tampak bagus sifatnya, tetapi belum tentu bagus wataknya, perhatikanlah’

Wirang ambarang
‘Menunjukkan rahasia dirinya’

Wirapaksa
‘Keberanian dari jiwa’

Wong busuk ketekuk
‘Orang bodoh berlagak pandai’

Yatno yuwana kena lena
‘Waspada jangan sampai Jena’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan dengan Sifat Manusia

Abang-abang Lambe
‘Perkataan orang hanya untuk basa-basi’

Adigang, Adigung, Adiguna
‘Orang yang mengandalkan kekuatan, ketinggian derajat, dan kepandaiannya’

Adol ayu
‘Orang yang menonjolkan kecantikannya’

Adol bagus
‘Orang yang menonjolkan ketampanannya ‘

Ajining dhiri gumantung ana lathi Lan budi
‘Kewibawaan orang itu tergantung pada ucapan dan tingkah-laku yang baik’

Ambesemake payung
‘Orang yang merendahkan derajatnya dengan perbuatan aib’

Ambidhung api rowang
‘Orang yang berpura-pura berteman ternyata menyimpan niat jahat’

Ambujuk mataram
‘Orang yang pandai membujuk’

Anak molah bapa kepradah
‘Orang yang mendapat kesusahan karena salah mendidik sehingga anaknya selalu membuat masalah’

Andriya raksa
‘Orang yang selalu berjaga-jaga’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Anir yukti
‘Orang yang sedang gelap pikirannya’

Anjagakake endoge si blorok
‘Orang yang mengharapkan sesuatu yang belum tentu’

Angon angin
‘Orang yang mencari waktu baik’

Angon ulat ngumbar tangan
‘Orang yang bermaksud buruk dengan melihat kelengahan orang lain’

Angrong pasanakan
‘Orang yang suka akan perempuan, tidak peduli istri sanak-saudara pun digauli’

Arep jamure emoh watange
‘Orang yang hanya mau keuntungan tidak mau tersangkut ke dalamnya’

Ati bengkong oleh oncong
‘Orang yang mempunyai maksud atau kandungan buruk mendapat
jalan’

Bacin-bacin yen iwak
‘Meskipun buruk namun masih saudara’

Badhigul angene
‘Orang bodoh yang berlagak pandai’

Bahni maya pramana
‘Orang menjawab gugatan dengan perumpamaan hatinya’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Banyu pinerang
‘Keretakan saudara tentu akan pulih’

Bapa kesolah anak kepolah
‘Anak bertanggung jawab terhadap perkara ayahnya’

Bathok bolu isi madu
‘Orang rendah tetapi mempunyai kepandaian’

Beluk ananjak
‘Orang membuta tuli’

Bendhol gencing
‘Barang yang seharusnya lurus, tetapi tidak lurus’

Bima akutha wesi
‘Orang yang bersifat keras hati’

Bocah wingi sore
‘Orang yang belum banyak pengalaman’

Cengkir ketindihan kiring
‘Orang yang kalah perbawa’

Cethethet awoh kudhu
‘Segala sesuatu yang aneh tidak terjadi’
Cum bu taler
‘Lalat yang selalu bergerak saja dikatakan cumbu, gampang dipe gang; ‘Orang yang sangat banyak geraknya’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Dewa tan owah
‘Raja yang adil’

Dieletana sagara gunung sap pitu
‘Apabila memang jodoh dari Tuhan, meski dihalangi pasti bertemu juga’

Digawe pitik putih raga tanpa mule
‘Orang yang mempunyai keahlian, tetapi tidak ada yang menghargainya’

Digebyah uyah
‘Dipukul sama rata’

Ditunggakake
‘Orang yang diabaikan’

Dudu berase ditempurake
‘lkut menyambung bicara atau mengajukan saran tetapi menyimpang dari masalah yang sebenamya’

Dudu sanak dudu kadang, yen mati melu kelangan
‘Bukan sanak bukan saudara tetapi kalau meninggal ikut bersedih’

Durung pecus kaselak becus
‘Belum pandai sudah merasa paling bisa’

Durung ilang pupuk lempuyange
‘Orang yang dianggap belum dewasa’

Dhandhang diunekake konthul
‘Orang jahat dikatakan baik’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Embat-embat clarat
‘Orang yang sangat teliti mengerjakan sesuatu’

Embuh si nila embuh si etom
‘Orang yang suka membicarakan orang Iain’

Emprit abunthut bedhug
‘Sesuatu tampaknya kecil tiada terkira menjadi besar’

Gebyah uyah
‘Disamaratakan’

Gedhang apupus cindhe
‘Keinginan yang mustahil’

Glathik sakurungan
‘Orang yang telah seia-sekata’

Gong lumaku ti nab uh
‘Orang yang langsung bercerita tanpa diminta’

idu didilat maneh
‘Orang yang melanggar janjinya sendiri’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

ldhep-idhep nandur pari jero
‘Berbuat kebaikan terhadap orang yang tidak dapat membalas’

Jlang jarake kari jaile
‘Orang yang hilang keperwiraannya tinggal sifat buruknya’

Ila-ila ujare wong tua
‘Orang yang patuh akan petuah orang tua’

Jalak ampir
‘Orang yang kalau bepergian gemar singgah’

Jalma mati murka
‘Orang serakah mati karena keserakahannya’

Jangkrik mambu kili
‘Orang yang penaik darah diberi semangat marah’

Jati katlusupan luyung
‘Orang baik dipengaruhi oleh orang jahat’

Jenang dodol tiba ing wedi
‘Seseorang yang kata-katanya selalu tidak enak didengarkan’

Jurang growoh ora mili
‘Banyak janji tidak ada kenyataannya’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Kabegjan kabrayan
‘Orang yang mendapatkan tempat selayaknya’

Kablowok
‘Orang yang salah karena kelakuannya’

Kadang konang
‘Orang yang akrab dengan saudara-saudaranya’

Kahusti sabda pralaya
‘Penjahat mati karena perkataannya sendiri’

Kalah cacak menang cacak
‘Berhasil atau tidak sebaiknya diusahakan lebih dahulu’

Karumiyinan tuwuh
‘Orang yang masih muda bertingkah laku seperti orang tua’

Kasandung ing rata kabentus ing awang-awang
‘Orang yang mendapat halangan di tempat yang baik’

Kebak Luber kocak-kacik
‘Orang yang berubah sifat dan pikirannya’

Kegedhen endas kurang uthek
‘Orang yang sangat angkuh’

Kumenthus nora becus
‘Orang yang banyak bicara tapi tidak bekerja’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Kumenthak angelathak
‘Orang yang sombong sifatnya’

Lebak ilining banyu
‘Kesalahan orang besar dijatuhkan kepada orang kecil’

Madaya ketingal rupane
‘Orang yang mengingkari janji kelihatan dari wajahnya’

Malik bumi
‘Orang yang berbalik sifatnya’

Ma(ng)ro tingal
‘Mendua hati’

Marta wisuna
‘Orang yang tidak mau menduakan kehendak’

Masang kala
‘Orang yang mencari kesalahan orang lain’

Mecel manuk miber
‘Orang yang serba bisa dan serba kuasa’

Medhot raketan
‘Orang yang memutus persaudaraan’

Menthek monthok
‘Orang yang bangga karena dipuji’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Micakake wong melek
‘Orang yang sok tahu, membodohi orang yang lebih tahu’

Midak supata
‘Orang yang melanggar sumpahnya sendiri’

Milih papan
‘Orang yang tahu sopan santun’

Mloroting wuwung oweahing sirap
‘Bencana yang selalu datang’

Nabok nyilih tang an
‘Orang yang berbuat jahat kepada orang lain, tetapi dengan meminta bantuan orang lain’

Napuk rai
‘Membuat malu orang lain’

Ngaji mumpung
‘Memanfaatkan kesempatan’

Ngandel tale gedebog
‘Orang yang percaya kepada orang yang tidak dapat diandalkan’

Ngiket-iketi dengkul
‘Orang tua selalu mengambil hati anak cucu’

Ngisor galeng duwur galeng
‘Orang bawah selalu tertutup’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Ngoyak-oyak turus ijo
‘Mengganggu tanpa sebab’

Ngrumpak jajahan rowang
‘Orang yang suka mencela, menciutkan nyali, dan membuat celaka teman’

Ngubak-ubak banyu bening
‘Mengganggu ketenteraman’

Ngumpulake balung pisah
‘Orang yang berbesanan dengan saudara jauh yang diibaratkan me ngumpulkan tulang yang terpisah’

Ngunjara setan
‘Mengekang hawa nafsu’

Nyawati akarya desi
‘Orang mengingkari perkataannya’

Nyungkup kramat bejad
‘Memperbaiki sifat yang dianggap telah rusak oleh masyarakat’

Njunjung ngentebake
‘Kelihatannya menyanjung, tetapi sebenarnya menjatuhkan’

Obah ngarep kobet mburi
‘Pemimpin selalu menjadi panutan’

Ora ana geni tanpa kukus
‘Tidak ada perbuatan tanpa pembicaraan’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Ora ana teken wedi ing jeblogan
‘Tidak mungkin sesuatu yang pasti itu tidak terjadi’

Pupuk bawang
‘Anak-anak yang ikut permainan orang yang lebih dewasa’

Raga tanpa mule
‘Orang yang sudah tidak dihormati’

Rupak segarane
‘Orang yang tidak suka memaatkan orang lain’

Sabda minangka panggeh
‘Ucapan sebagai sesuatu yang kukuh’

Sadulur sinarawedi
‘Bagai saudara kembar, suka-duka ditanggung bersama’

Sajimpit sakojong
‘Sedikit banyak sama saja’

Salaku jantraku
‘Orang yang mengikuti segala kehendak orang yang dihormati’

Sidhem kanginan
‘Orang yang menyembunyikan penyakit’

Sipat kandel
‘Barang sesuatu yang dipakai oleh orang untuk azimat’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Slaman-slumun slamet
‘Orang yang berjalan di tempat gawat, tetapi selalu selamat’

Songgom egrek-egrek
‘Orang jujur diberi kepercayaan’

Srowal-srowol
‘Orang yang sering menyerobot percakapan’

Sugih pari angawak-awakake
‘Orang sombong karena mampu menguasai bahasa’

Sembur-sembur adas, siram-siram bayem
‘Orang yang mampu memberikan ketenangan kepada orang lain’

Tan-tan tuman
‘Tahan terhadap sesuatu karena biasa’

Tebah tembung
‘Orang yang mempunyai perhatian’

Tesmak bathok
‘Orang yang bersifat sok tahu’

Tumbak cucukan
‘Sifat orang yang suka mengadukan pembicaraan kepada orang lain’

Tumbu oleh tutup
‘Orang yang mendapatkan jodohnya’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Tuna dungkap
‘Cita-cita orang yang mempunyai maksud, tetapi tidak sampai’

Tunjung tuwuh ing sela
‘Sesuatu yang mustahil’

Tunggakjarak mrajak tunggakjati mati
‘Keturunan orang kecil jadi besar, keturunan orang besar jadi kecil’

Thak-thak kaya klothak
‘Orang yang banyak tingkahnya’

Turuten pituture wong tuwa
‘Ikutilah nasihat orang tua’

Titikane trahing ngawirya solah tingkahe kang tata
‘Tanda tindakan manusia dari watak dan tingkah lakunya yang teratur’

Uwot gedebog
‘Orang yang dipercaya tutur katanya’

Weruh ing gurubyuk ora weruh ing rembug
‘Orang yang terikut sesuatu, tetapi tidak tahu asal-usulnya’

Wigih-wigih urang
‘Orang memegang sesuatu dengan enggan’

Wong pinter keblinger
‘Orang pandai, tetapi tidak dapat menerapkan kepandaiannya’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Yoga anggangga yogi
‘Bersahabat dengan orang yang sering memberi nasihat’

Yuyu rumpung ambrong ronge
‘Orang yang lemah, tetapi tidak mau dipandang lemah’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan dan Perilaku Manusia

Adang angliwet
‘Bersekutu untuk mencari nafkah’

Adedamar tanggal pisan kapurnaman
‘Orang yang telah melapor ke pengadilan, tetapi tidak meneruskanperkaranya’

Adol gawe
‘Orang yang memperlihatkan kepandaiannya supaya mendapat pujian’

Adol lenga kari busik
‘Orang yang membagi-bagikan hadiah, tetapi dia sendiri yang seharusnya mendapatkan justru tidak kebagian’

Adunen padha banyune
‘Orang yang mengadu agar mendapatkan keuntungan diri sendiri’

Aling-alingan katon
‘Mengingkari sesuatu perbuatan, tetapi ak:hirnya ketahuan kesalahannya’

Ambali muka amiganthaka
‘Mengingkari janji untuk memberi sesuatu’

Akadang saksi
‘Orang yang mengajari saksi’

Ales us gumeter
‘Seperti angin puyuh mencari keadilan’

Amemeha-maha
‘Orang berbuat sesuatu yang berbahaya, tetapi terkena justru orang lain’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Ambalang tai
‘Orang yang diberi kebaikan membalas dengan kejahatan’

Ambandakalani
‘Orang yang tidak patuh terhadap perintah’

Ambangun tandha
‘Orang yang mengubah tulisan’

Ambanyu mili
‘Jamuan yang terus-menerus keluar’

Ambata rub uh
‘Orang yang mengawinkan anak dua-tiga sekaligus’

Ambaud adaris
‘Orang yang berusaha menertibkan’

Ambegal sambi angayang
‘Orang yang menyamar untuk perbuatan jeleknya’

Ambuntut arit
‘Pada awalnya mudah, tetapi akhirnya menjadi susah’

Ambima paksarsa dana
‘Orang menuduh meminjam uang dan dengan paksa’

Ambiyak wangkong
‘Orang yang membuka rahasia (sendiri) adalah paling memalukan’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Amburu kidang lumayu
‘Orang mengeJar yang mustahil’

Amburu uceng kelangan de leg
‘Orang yang mengejar pekerjaan sampingan, kemudian kehilangan pekerjaan pokoknya’

Ambuwang rase oleh kuwuk
‘Orang yang menampik barang buruk, akhirnya mendapat barang yang lebih buruk’

Ambuwang tilas
‘Orang yang berbuat, tetapi menutupinya agar tidak ketahuan perbuatannya’

Amek iwak aja nganthi buthek banyune
‘Orang yang hendak menyelesaikan perkara hendaknya jangan sampai menimbulkan perkara baru’

Ana bapang sumimpang
‘Menghindari halangan atau rintangan’

Ana catur Mungkur
‘Orang yang tidak mau ikut terlibat pembicaraan ketika diajak membicarakan kejelekan orang lain’

Ana daulate ora ana begjane
‘Sesuatu kehendak yang tidak menghasilkan kebahagiaan’

Ancik-ancik pucuking eri
‘Orang yang berdiri di tempat yang berbahaya’

Amet punggung
‘Orang yang mengambil milik orang lain tanpa memberitahu’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Anggampang tan wruh ing kunthara manawa
‘Menganggap gampang sesuatu dan tidak tahu apa yang akan terjadi’

Anggepuk kemiri kothong
‘Orang yang mempunyai pamrih terhadap sesuatu yang tidak ada isinya’

Anggajah elar
‘Orang yang sanggup menguasai kesulitan dan banyak pekerjaan’

Anggayuh ing tawang pejah tan wikara
‘Orang yang katanya sanggup menangkap penjahat, tetapi justru meninggal di tangan penjahat’

Anggayuh-gayuh luput
‘Orang yang perilakunya selalu sial’

Anggondeli buntuting macan
‘Orang yang percaya pada penjahat dan mengikutinya’

Anggenteni karang ulu
‘Wanita yang kawin dengan bekas suami kakak perempuannya’

Anggugat kayu aking
‘Menggugat orang yang sudah mati’

Anggupita sabda
‘Orang yang tutur katanya dibuat-buat’

Anguthuk apilamur
‘Orang yang memfitnah dan menjahati orang lain’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Angimbu cihna
‘Orang yang kecurian, tetapi tidak melapor’

Angin silem ing warih
‘Penjahat yang tidak menampakkan sama sekali maksud tujuannya’

Anglung-Angleng gandha unen ombyong-ombyong
‘Pertanda bagi petani huma sudah mulai tanam’

Angon mangsa
‘Mencari waktu yang baik untuk sesuatu yang perlu dikerjakan’

Asraya sudama
‘Memberi bantuan kepada penjahat’

Asor timbang
‘Orang kecil berlawanan dengan orang besar’

Asta candhala
‘Orang yang berselisih sehingga melahirkan perkelahian secara fisik’

Asu rebutan balung
‘Orang yang memperebutkan barang tak berharga’

Asu munggah ing papahan
‘Lelaki mengawini bekas istri kakaknya’

Asuwala saksi
‘Bertentangan sesama saksi’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Bahni anempuh toya
‘Orang yang menggugat setelah ada penyelesaian’

Bakul tikus
‘Orang yang hanya berjualan di rumah’

Bakul timpuh
‘Orang membuat barang, kemudian dijual’

Baladewa ilang gapite
‘Orang besar atau kuat kehilangan keluhurannya’

Balik bol
‘Orang yang terbalik kondisi kehidupannya’

Balung peking
‘Orang yang tidak kuat kondisinya’

Balung tinumpuk
‘Dua anak dinikahkan bersama-sama’

Bandhol ngrompol
‘Orang bengal berkumpul’

Bangbang alum-alum
‘Air muka senang meskipun layu’

Banyu sinaring
‘Orang yang amat waspada’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Basa kapracandha
‘Laporan yang tidak ada gunanya’

Bathang ucap-ucap
‘Bepergian jauh menempuh jalan gawat’

Bebek mungsuh mliwis
‘Orang pandai saling bermusuhan’

Bebisik nguwuh-uwuh
‘Hendak berbuat secara rahasia’

Begja kemayangan
‘Orang yang mendapatkan keuntungan berlipat ganda’

Belah aji
‘Orang yang kehilangan barang miliknya’

Belo melu seton
‘Orang yang mengerjakan sesuatu, tetapi tidak dipahaminya’

Bima para sama
‘Hakim pilih kasih’

Bolu rambatan lemah
‘Perkara yang tidak ada ujung pangkalnya’

Bonggan gawe
‘Mengerjakan pekerjaan yang bukan tugasnya, akhirnya mendapatkan kesulitan’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Brakhiti angkara madu
‘Orang yang mendapatkan kecelakaan karena terlena oleh rupa’

Brama corah brama api
‘Penjahat yang sudah bertobat, tetapi tetap dituduh sebagai penjahat’

Bramana amrih sari
Lelaki berusaha menyetubuhi seorang perempuan’

Bramana mangun lingga
‘Lelaki membangun citra di depan perempuan’

Brawak-bruwuk
‘Mengaku sebagai barang miliknya’

Brewo-brewo
‘Berpakaian bagus, tetapi tidak teratur’

Bubak kawah
‘Mengawinkan anak sulung’

Bubuk oleh eleng
‘Muiai mendapatkan jalan’

Bubuk mumuk
‘Orang yang hanya sukan makan dan tidur’

Bunte/ kadut ora nginang ora udhut
‘Orang yang membungkus dengan kemelaratan’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Bungahe kaya jaran ebeng-ebeng
‘Bergirang hati luar biasa’

Byung-byung tawon kambu
‘Orang berkumpui dengan tidak tahu tujuannya’

Blaba wuda
‘Dermawan yang tidak memikirkan diri sendiri’

Bilu tau pinter durung nglakoni
‘Orang yang hanya menguasai teori’

Busuk ketekuk pinter keblinger
‘Orang yang serba salah’

Cablak-Cablek lemut
‘Mengerjakan pekerjaan yang sangat ringan’

Cacah cucah caturan karo wong dangling
‘Diri akan menjadi hina apabila berbicara dengan orang gila’

Cacah eri
‘Menghitung semua secara sama’

Cacah mo lo
‘Menghitung secara besar kecil’

Cacah sirah
‘Menghitung banyaknya manusia’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Cacah upa
‘Segala tingkah laku merenggangkan segala hal yang dekat’

Cagak alu
‘Orang yang mengerjakan sesuatu dan dapat diandalkan’

Cagak amben cemeti tali
‘Orang kuat dipercaya dengan tugas’

Cagak elek
‘Sarana begadang untuk tidak tidur’

Cata beka
‘Segala sesuatu yang telah baik tiba-tiba mendapat rintangan’

Calak cangkol cemethi bol tai
‘Orang yang mendahului bicara dan mengganggu orang yang sedang bercakap-cakap, serta tak ada gunanya sama sekali’

Candhak cekel
‘Orang meminjamkan uang dengan barang jaminan’

Candhak kulak
‘Pinjaman dari pemerintah untuk berdagang kecil-kecilan’

Candhuk lawung
‘Bertemu dan berkenalan dengan perantaraan kawan’

Caruk banyu
‘Orang membeli tanpa memperhatikan’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Caturan ora karuwan bongkot pucute
‘Orang berbicara tanpa ujung-pangkalnya’

Cathok gawel
‘Orang yang suka mendahului bicara’

Cawata tekan wadane
‘Mengunggulkan diri menghina lawan’

Ceblok alu
‘Kerjasama dalam satu wadah’

Ceblok kangkung
‘Setelah ada pembeli yang menawar, si penjual menaikkan harganya’

Cebol anggayuh lintang
‘Langka dan mustahil dapat meraih yang dikehendaki’

Cebol pelikan
‘Orang yang hina pekerjaannya’

Cekel longaning bale
‘Orang yang pekerjaannya sangat rendah’

Cekoh regoh
‘Bagi orang tua renta, tidak dapat apa-apa’

Cibuk cengkir
‘Orang yang rngir .. mendapat banyak rnalah dapat sedikit’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Cikal tapas limar
‘Mendapat keuntungan luar biasa’

Cincing cincing teles
‘Orang punya hajat berkeinginan hemat, tetapijustru banyak pengeluarannya’

Cinintaka candra
‘Pencun tertangkap di waktu malam purnama’

Cecak nguntal elo
‘Perbuatan mustahil’

Colotan cablekan
‘Keuntungan dari pemberian Jual-beli perantara’

Corok jero
‘Orang berzina dengan istri orang lain’

Cosing walang tatu
‘Orang yang menyaksikan adegan kekerasan dengan mata kepala sendiri’

Cur-curan banyu kendhi
‘Orang yang bersumpah untuk mencari kebenaran’

Dadiya banyu suthik nyawuk, dadiya watu suthik njupuk, dadtya dalan suthik ngambah
‘Orang bermusuhan, menegur pun tak mau’

Dadi cuplak andheng-andheng
‘Orang yang menjadi aib keluarga’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Dadi landhesan
‘Orang yang menjadi kambing hitam’

Dagang tuna andhum bathi
‘Orang yang berbuat baik atau beramal dengan perantaraan orang lain’

Darma Sulaksana
‘Orang yang menjalankan kebajikan’

Derep tinggal tumpukan
‘Orang yang mengerjakan sesuatu pekerjaan yang akan mendappatkan upah, kernudian meninggalkannya sebelum selesai’

Dibeciki ambalang tai
‘Diberi kebaikan, tetapi membalas dengan keburukan’

Digetak angop
‘Orang yang diperlukan dengan tiba-tiba’

Dijuju kaya manuk
‘Orang yang diberi makan seperti burung’

Dikayu alakake
‘Pekerjaan yang dijauhi seperti kayu yang buruk’

Dikebo ranggah
‘Orang yang dijadikan korban, seperti kerbau ditanduk’

Dikebo siji
‘Orang yang dirampok dengan senjata tajam’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Dikempit kaya wade
‘Orang yang dipelihara seperti kain dagangan’

Didulang mangap
‘Orang yang diberi makan banyak-banyak’

Dolanan ula mandi
‘Sengaja melakukan pekerjaan yang berbahaya’

Drana Laba
‘Orang yang sabar dalam tutur katanya dapat menimbulkan kebahagiaan’

Dreman golek momongan
‘Sudah mempunyai pekerjaan mencari pekerjaan lainnya lagi’

Dugang mirowang
‘Mula-mula membantu, akhirnya menjadi musuh’

Dur angkara alun-alun
‘Orang yang berbuat jahat dihukum mati di alun-alun’

Dalane waskita saka niteni
‘Jalan untuk menjadi orang bijak dan pandai dengan cara memperhatikan’

Dhadhap katuwuhan cangkring
‘Perundingan yang telah disepakati gaga! oleh fitnahan belaka’

Dhalang karubuhan panggung
‘Pembicaraan terhenti oleh selaan orang lain’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Dhayung oleh kedhung
‘Orang mempernleh sesuatu dengan mudah’

Dhoyong-dhayong aja rubuh
‘Orang yang acapkali kerepotan melaksanakan tugasnya sendiri’

Empol pinecok
‘Segala sesuatu mudah dikerjakan’

Endas gundul dikepeti
‘Orang yang sudah enak dibuat enak lagi’

Enggon welut didoli udet
‘Tempat berkumpulnya orang pandai dipameri kepandaian’

Estri candalem acukilem
‘Perempuan yang mengerjakan pekerjaan mencuri’

Gabah sinawur
‘Orang yang tidak punya tempat tinggal tetap’

Gajah ngidak rapah
‘Orang yang membuat larangan dilanggar sendiri’

Gana-Gana tan uningeng Iara
‘Orang yang menyakiti tidak tahu bahwa akan menjadi perkara’

Gantung kepuh
‘Orang yang hanya mempunyai pakaian yang melekat di badan

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Gawe luwangan ngurugi luwangan
‘Orang yang meminjam uang untuk membayar pinjaman’

Geguyon dadi tangisan
‘Pekerjaan yang salah penerapannya’

Getih cine lung balung cinandhi
‘Ada peristiwa kelukaan dan pembunuhan’

Gliyak-gliyak yen tumindhak
‘Meskipun dengan santai, tetapi pekerjaan itu tetap dilakukan’

Glugu katlusupan luyung
‘Kemasukan mata-mata musuh yang menyamar’

Golek kalimising Lambe
‘Orang yang hanya mencari kenyangnya perut’

Gondhelan poncoting tapih
‘Lelaki yang mengikuti kehendak perempuan’

Golek-golek katunggon wong luru-luru
‘Orang yang saling mencari sesuai dengan kehendak masing-masing’

Gora getih nemu riris
‘Orang yang berkelahi di tempat orang lain’

Gotong-gotong encek
‘Orang yang membantu orang lain dalam melaksanakan pekerjaan’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Gurem thetfrei-thethel
‘Orang kecil yang berkeinginan menjadi kuat ekonominya’

lwak kalebu ing wuwu
‘Orang yang dengan mudah tertipu’

Janma angkara mati murka
‘Orang yang meninggal karena keserakahannya’

Jumambak,manak, jumembeng meteng
‘Perempuan yang setiap kali melahirkan’

Keedus banyu sesiwur
‘Banyak saudara dengan sedikit hadiah’

Kajugrugan gunung menyan
‘Orang yang mendapatkan keuntungan luar biasa’

Kakehan gludug kurang udan
‘Orang yang banyak kesanggupan dan janji, tetapi tidak ada kennyataannya’

Kaleyang kabur kanginan
‘Orang yang sedang mengembara tidak tahu yang dituju’

Kalingan kondhang
‘Guru kalah terkenal dibanding muridnya’

Kamayang wiguhan
‘Pencuri tertangkap basah’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Kandhang langit kemul mega
‘Orang yang tidak bergaul dengan orang banyak’

Karubuhan gunung
‘Orang yang mendapat cobaan yang sangat besar’

Kasandung ing watang
‘Barang sesuatu pekerjaan yang mendapat aral dari saudaranya’

Kasasaban tapih
‘Lelaki yang kalah dengan istrinya’

Kasep lalu wong meteng sesuwengan
‘Orang yang sudah tua suka bertindak seperti anak muda’

Katepan ngrangsang gunung
‘Sesuatu yang mustahil diambil’

Ketiban daru
‘Orang kecil kedatangan ta.mu orang besar’

Katula-tu/a katali
‘Orang yang selalu mendapat halangan’

Kawuk ora weruh sarirane
‘Orang kecil mempunyai tingkah-laku seperti orang besar’

Kaya didadah lenga kepoh
‘Orang yang bertingkah laku tidak senonoh’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Kebanjiran segara madu
‘Orang yang sedang mendapat kesenangan’

Kebo kabotan sungu
‘Orang yang mengeluh karena kebanyakan anak’

Kebo mutung ing pasangan
‘Orang yang menunjukkan pekerjaan yang belum diselesaikan’

Kebo nusu gudel
‘Orang tua minta bantuan kepada anaknya’

Kecing-kecing diraupi
‘Orang yang kurang sarananya, barang tak halal pun diambil’

Kegedhen empyak kurang cagak
‘Orang yang mempunyai keinginan besar tetapi sedikit sarananya’

Kepaten obor
‘Kehilangan saudara’

Kere munggah ing bale
‘Orang miskin yang tiba-tiba kaya dan hidup di tengah kekayaannya’

Kering lampit
‘Semua yang ada dikerahkan’

Keri tanpa pinecut
‘Orang yang tidak dituduh merasa dituduh’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Kerot tanpa untu
‘Orang yang berkemauan besar, tetapi tidak punya sarana’

Kinjeng tanpa soca
‘Orang yang tidak tahu aturan negara’

Kitiran munggeng kayon
‘Orang yang memutar-mutar perkara’

Klebu ing bekungkung
‘Orang yang kena tipu muslihat’

Kodok nguntal gajah
‘Segala sesuatu yang mustahil’

Kongsi jambul uwanen
‘Keinginan yang sampai tua pun tidak tercapai’

Kriwikan dadi grojogan
‘Perkara sepele menjadi besar’

Kudhung walulang macan
‘Orang yang berlindung nama besar orang lain’

Kulah warta ado/ prungon
‘Orang mencari berita sanak saudaranya di perantauan’

Kurung munggah lumbung
‘Selir diangkat menjadi istri’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Kutuk anggendhong kemiri
‘Orang berpakaian serba bagus’

Kutuk marani sundhuk
‘Orang yang mendekati bahaya bagi dirinya’

Kuncung nganti gelung
‘Menanti sesuatu yang sangat lama’

Kineban Lawang tobat
‘Orang yang meninggal sebelum bertobat’

Lambe satumang kari samerang
‘Orang yang memberi nasihat,. tetapi tidak digubris’

Ledhang nemu pedhang
‘Orang mendapatkan kebahagaiaan tanpa sebab’

Legan golek momongan
‘Orang yang sudah enak hidupnya mencari pekerjaan yang sulit’

Lempoh ngideri jagad
‘Orang yang telah berusaha keras, tetapi tidak mendapatkan hasil’

Lir mimi lan mintuna
‘Orang yang sangat rukun’

Lung-lung an kidang paul
‘Sesuatu yang sudah berkurang akan dikurangi lagi’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Luput sanjata uwa
‘Orang yang selamat dari bahaya’

Lut-lutan Lowe nyamber buntute dewe
‘Orang yang mempunyai maksud buruk terhadap orang lain’

Macan ompong
‘Orang besar walaupun telah tidak menjabat tetap disegani’

Mada kawongan
‘Orang yang mencela, tetapi ia sendiri masib mengbendaki’

Madal parentah
‘Orang yang menolak terbadap perintah’

Madu angin!Madu balung tanpa isi
‘Orang yang bertengkar tanpa basil’

Malik bathok
‘Orang yang mempunyai kesanggupan tidak jadi memenubinya’

Mating anamur tilas
‘Orang yang menyamar’

Maling dhengkeng
‘Menggauli orang yang bukan istrinya’

Maling kaburu kabutuh ing pringgabaya
‘Orang yang mengbamili perempuan bukan istrinya, tetapi tidak mengakui perbuatannya’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Maling ngumpet, wani muka wedi silit
‘Orang yang membicarakan keburukan orang lain tidak berani ber hadap-badapan dan tidak berani menjadi saksi’

Mating rajapeni
‘Orang yang menggelapkan harta benda majikan’

Mating sadu
‘Pencuri yang bertingkah laku baik di masyarakat’

Maling timpuh
‘Orang yang mau menerina bayaran, tetapi juga menjual barang yang dihargai sebagai pekerjaan’

Mating tunggal labet
‘Orang yang terbukti mempunyai bekas-bekas kejahatan’

Mambu ati
‘Pria yang tertarik batinya pada perempuan’

Mampang mumpung
‘Orang yang menyalahgunakan kesempatan’

Mancak wadhah tulupan
‘Orang yang bekerja tidak dapat menggembirakan basil pekerjaannya’

Mantra kacutaka
‘Mendapat malu’

Manuk mencok dudu pencokane, rupa dudu rupane
‘Orang yang melakukan kegiatan bukan berdasar kelaziman, rnisal nya santri bermain judi’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Mangsa ngontragna gunung
‘Orang yang menghina musuh’

Markawat praba anih
‘Hakim tidak mau berpakaian serba elok’

Masang taji
‘Orang yang difitnah, lalu membalas’

Mata-mata kapen
‘Orang yang dapat melihat, tetapi tidak jelas’

Matang bubuken
‘Orang yang menggugat ditarik kembali’

Matang tuna tumbak luput
‘Orang yang mendakwa kesalahan, tetapi tidak mampu membuktikan’

Mateni kalangan
‘Orang yang menghentikan kekeluargaan’

Mayit lelaku
‘Orang yang bepergian mendapat kecelakaan, lalu meninggal’

Mecuk manyukilan
‘Orang yang tinggal di hutan pekerjaannya mengambil kayu’

Mendem pari jero
‘Orang yang menanam kebaikan’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Megat ing upas
‘Menghalangi seseorang untu~ melacak kejahatan’

Melekake wong picak
‘Memberi tahu pada orang yang tidak tahu’

Menangi gajih tumumpang
‘Orang yang hanya mendapatkan enaknya saja’

Mendhak alingan padhang
‘Orang yang bermaksud menyamar, akhimya memperlihatkan diri di kalangan orang banyak’

Mendhak-mendhak kaya liwet
‘Orang yang semula mempunyai kedudukan tinggi, lalu semakin rendah kedudukannya’

Mendung kebaratan
‘Orang berkelana tak tentu tujuannya’

Menthung Koja kena sembagine
‘Orang yang sedang beruntung tambah beruntung lagi’

Menggik kenthol
‘Barang sesuatu yang tidak lurus’

Mepet ana rembese
‘Orang didakwa meminjam uang dan tidak mengakui, tetapi ada yang mengetahuinya’

Merak kecancang
‘Orang yang memamerkan kepandaian agar orang lain kagum’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Merangi tatal
‘Orang yang bekerja tidak ada gunanya’

Merang rai
‘Orang yang membuat malu orang lain’

Midak tembelek ora penyet
‘Orang yang tidak mempunyai kekuatan’

Milih-milih tebu
‘Orang yang menolak sesuatu yang dianggap buruk, ternyata memperoleh yang lebih buruk’

Milu salaku jantrane
‘Orang yang mengikuti tingkah-laku orang lain’

Mikul dhuwur mendemjero
‘Seorang anak hendaknya dapat memuliakan orang tua, menjunjung kehormatannya, dan merahasiakan kejelekannya’

Mina angkara masebaya
‘Orang yang memberontak terhadap raja’

Mirong kampuh jingga
‘Orang yang nogok terhadap perintah raja’

Mengkok-mengkok ora wurung ngumbah popok
‘Orang yang mendapat lamaran pura-pura tidak mau, akhirnya mau juga’

Mong mangangsa-angsa
‘Orang yang merusak pagar orang lain’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Mradhah anglenging kombang
‘Merampas milik orang dan tidak ada yang melaporkan’

Nagara mawa tata des a mawa cara
‘Orang harus berperilaku menurut aturan yang ada di wilayahnya’

Nambung laku, utawa tab uh laku
‘Orang yang masuk ke sarang musuh’

Nasabi dengkul
‘Orang yang memperjuangkan anak-cucu untuk kebahagiaan’

Nemu kuwuk
‘Orang yang mencari orang jahat dan ditemukannya’

Ninggal bocah ana ing waton
‘Menghawatirkan sanak saudara yang sedang kesulitan’

Nistha wasa pariwasa
‘Penjahat sudah merusak pagar tertangkap’

Nitipake daging saereb
‘Orang yang menitipkan anak untuk diperisteri orang yang dititipi’

Nugraha ati kirda
‘Memberi lantaran untuk berkehendak’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Nusup ngayam alas
‘Masuk hutan tanpa melalui jalan yang biasanya’

Nurut dawaning tampar
‘Meneliti perkara sampai usai’

Nututi layangan pedhot
‘Membuang-buang energi’

Ngabang bironi
‘Orang yang memegang kunci masalah’

Ngadang kekucah
‘Orang yang mengharapkan pemberian dari tuannya’

Ngadep celeng boloten
‘Mendekati pekerjaan buruk dan terkena akibatnya’

Ngalem legining gula
‘Orang yang memuji orang kaya’

Ngantuk ngadhep padiyan
‘Orang yang tidak waspada terhadap sajian ‘

Ngangsu banyu ing kranjang
‘Orang berguru yang tidak menuruti kehendak gurunya’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Ngaub awar-awar
‘Orang yang mengabdi terhadap orang yang tidak mempunyai kedudukan’

Ngenteni kambanging watu item
‘Menunggu hal yang mustahil’

Ngepung wakul ambaya mangap
‘Mengepung musuh dari segala penjuru’

Ngidak geni blubukan
‘Orang yang tidak waspada terhadap bahaya’

Ngalangi mati ing pinggir
‘Mengerjakan pekerjaan orang sampai selesai, pekerjaannya sendiri tidak selesai’

Nglincipi singating andaka
‘Membuat marah orang besar’

Nglungguhi klasa gumelar
‘Orang yang menempati tempat yang telah tersedia tanpa kesulitan’

Ngrapek kethek
‘Orang yang berbuat baik terhadap orang jahat’

Ngrebut kemiri kothong
‘Orang yang mempertengkarkan sesuatu yang tidak ada maknanya’

Ngrusak pager ayu
‘Orang yang berlaku serong dengan istri orang lain’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Ngundhang siyunge Batharakala
‘Orang yang menantang bertikai’

Ngulungake endase anggujengi buntute
‘Lahirnya rela, tetapi dalam hati tidak’

Nguthik-uthik macan dede
‘Membuat kemarahan orang lain’

Nguwod gedebog cagak alu
‘Orang yang mendapatkan kesusahan karena perbuatan orang lain’

Nguyang Iara nggenjah pati
‘Orang yang sengaja menuju kepada kebinasaan (bunuh diri)’

Nguyuh aling-alingan sada
‘Orang yang ingin bertobat terhadap perbuatan buruknya, tetapi selalu ragu-ragu’

Nyambung watang putung
‘Orang yang merukunkan orang yang sedang ·retak hubungannya’

Nyathak anjalu watu
‘Menghadap orang tanpa diundang’

Nyempal nyambi amancal
‘Pelayan pergi sambil membawa barang majikan’

Nyered pring saka pucuk
‘Pekerjaan gampang dipersulit’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Nyidem premanem
‘Orang menyembunyikan sesuatu rahasia’

Nyolong pethek
‘Sesuatu yang di luar dugaan’

Nyumur gumuling
‘Orang yang tidak mempunyai rahasia’

Nyunggi lumpang kentheng
‘Orang yang mendapat kehorrnatan tinggi, tetapi tidak ada hasilnya’

Njajah desa milang kori
‘Melakukan peninjauan sampai ke pelosok’

Ngamalke ngelmu kang nyata, karya reseping ati
‘Mengamalkan ilmu merupakan keutamaan ketenangan’

Olehe njenthik arep dijempol
‘Orang yang baru memberi hadiah kecil akan dibalas dengan hadiah yang lebih besar’

Omah saduwuring jaran
‘Orang yang suka memberontak’

Opor-opor bebek mentas awake dhewek
‘Orang yang sukses dari usahanya sendiri’

Orajaman ora makam
‘Sesuatu yang sudah tidak masanya’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Ora kena longok-longok
‘Sesuatu tidak boleh hanya sambil lalu’

Ora keris nanging keras
‘Orang yang menggertak sambal’

Ora mambu enthong irus
‘Orang lain dan tidak ada hubungan saudara’

Ora tembung ora lawung
‘Orang mengambil barang orang lain tanpa izin’

Ora weruh endhas trasi
‘Lelaki yang tidak mau tahu pekerjaan’

Ora weruh kenthang kimpule
‘Orang yang tidak tahu masalah sehingga menjadi buah pembicaraan’

Paksi angkara asmara
‘Orang yang mendapatkan kecelakaan karena keserakahannya sendiri’

Pathak bangkrong
‘Penawaran dengan harga tetap’

Pecuk tunggu bara
‘Orang diberi pekerjaan sesuai dengan kegemarannya’

Pidak sikil jawil mungkur
‘Orang yang bekerjasama, tetapi samar’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Pitik trondhol dibubuti
‘Orang yang sudah miskin diambil barangnya’

Praja kabali murda
‘Raja menggugat rakyatnya’

Pupur sadurunge benjut
‘Bersiap-siap sebelum ada kejadian’

Ramban-ramban tanggung
‘Orang yang menjatuhkan orang lain, terapi tidak jelas siapa yang dijatuhkannya’

Rampek-rampek kethek
‘Orang yang berhubungan dengan orang yang dianggap tidak baik’

Rawi ratya grahana cute
‘Orang yang mendapatkan malu di depan umum’

Rupak jagade
‘Orang yang sempit pandangannya’

Sabda tan ana wadu janma
‘Orang yang tidak mengingkari janji’

Sandhang-sandhang rowang
‘Orang yang dituduh membawa-bawa masalah ke sanak saudara’

Sandhing kebo gupak
‘Mendekati orang yang sedang marah jangan-jangan kena getah kemarahannya’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Sapu ilang suhe
‘Keluarga bercerai berai karena tidak ada pengikatnya’

Saruku lingga
‘Orang yang memberi perlindungan kepada penjahat’

Satru kabuyutan
‘Bermusuhan sampai turun-temurun’

Satru munggwing cangklakan
‘Musuh berada di lingkungannya sendiri’

Saur manuk
‘Kesepakatan bersama’

Sawat abalang kayu
‘Orang yang meramal, tetapi jarang betul’

Semut marani gula
‘Orang yang berusaha mendapatkan sesuatu yang menjadi haknya’

Setan anggawa eting
‘Orang yang suka mengadu domba’

Sima memangsa tan wikan ing pejah tan wikara
‘Orang yang tidak takut terhadap kekuasaan’

Suduk gunting tatu loro
‘Orang yang mendapat kesusahan dua kali’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Sukuwa jaja tekena janggut
‘Orang yang melakukan sesuatu dengan sekuat tenaga, tetapi tetap tidak berhasil’

Sulung alebu geni
‘Orang yang sengaja menuju ke kebinasaan’

Sumengka pangawak brojo
‘Orang yang bertekad mencapai cita-citanya yang muluk’

Susastra adikara
‘Orang yang berani terhadap senjata istimewa’

Suwe banyu sinaring
‘Sesuatu yang sangat singkat’

Sadumuk batuk sanyari bumi
‘Tanah menjadi milik yang perlu dipertahankan’

Swarga nunut neraka katut
‘lstri yang sangat setia pada suami, senang dan susah selalu ikut’

Sing sapa temen tinemu
‘Siapa yang tekun akan mendapatkan keuntungan’

Sing prasaja
‘Berbuat secara apa adanya’

Taru niteh cute
‘Orang yang mendapat malu’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Tebu tuwuh socane
‘Barang yang sudah baik, kemudian mendapatkan halangan’

Tekek mati ing ulone
‘Orang yang mendapat kesukaran karena ucapannya sendiri’

Tengu mangan brutune
‘Orang yang merawat sesuatu, akhimya dimakan sendiri’

Tepung rupuh sambung kalen
‘Bertetangga tunggal pagar’

Tigan kaapit ing sela
‘Orang kecil bertanding dengan orang besar’

Tikus mati ing lenge
‘Orang yang kehabisan tempat berkunjung’

Timbule watu item, keleme prau gabus
‘Jangan mengharapkan sesuatu yang belum mungkin’

Timun wungkuk jaga imbuh
‘Orang yang sebenarnya tidak masuk perhitungan, tetapi dimasukkan sebagai cadangan’

Tinaker wareg
‘Orang yang dicaci habis-habisan’

Tinggal kokoh
‘Orang yang meninggalkan pekerjaan’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Tirta candra geni raditya
‘Sifat hakim hendaknya teliti dan terang sesuai dengan matahari dan bulan’

Tulung menthung
‘Kelihatannya menolong, tetapi membebani’

Tumpang suh
‘Pekerjaan yang saling berkait’

Thing thing kerik
‘Orang membuat barang sedikit karena biaya’

Ujare wong pepasaran
‘Perkataan orang yang tidak bertanggung jawab’

Ula marani gitik
‘Orang yang sengaja mencari kesulitan’

Ulangan cumbon
‘Orang yang suka pergi tanpa pamit’

Ulat mandhep ati karep
‘Sangat mantap melakukan pekerjaan’

Undhakin pawarta sudaning kiriman
‘Berita yang tidak sesuai dengan kenyataannya’

Ungak-ungak pager arang
‘Mengukur kekayaan dan kepandaian orang lain’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Uwis kebak sundukane
‘Orang yang penuh dosa dan kesalahan’

Uyah kecemplung segara
‘Memberi sesuatu kepada orang kaya’

Walik gereh
‘Mengerjakan pekerjaan secara bergantian’

Wangsa amindha mintaya
‘Orang melakukan pembunuhan di lahan miliknya sendiri’

Wastra lungsed ing sampiran
‘Kepandaian yang mubazir karena tidak dimanfaatkan’

Wedi ing wayangane dewe
‘Orang yang berbuat kesalahan takut akan bayangannya sendiri’

Wedi rai wani silit
‘Takut waktu berhadapan muka’

Wedhus diumbar ing pakacangan
‘Orang yang kekurangan diberitahu tampat harta’

Wong iku kudu ngudi kabecikan, jalaran kabecikan iku sanguning urip
‘Orang yang menjalankan kebaikan tentu akan mendapatkan sorga’

Wani ngalah duwur wekasane
‘Melakukan negosiasi dengan mengalah tentu akan menghasilkan kemenangan di kemudian hari’

Peribahasa Jawa tentang Kehidupan

Yiyidan mungwing rampadan
‘Orang kasar bekerja dengan priyayi’

Yumana mati Lena
‘Orang yang mendapat kecelakaan karena k:urang hati-hati’

Yuyudan kajali tangan
‘Perundingan yang telah disepakati tidak ditindaklanjuti yang akhirnya terbengkelai’

Peribahasa jawa tentang kehidupan –  demikian peribahasa yang sipantun berikan kepada kalian, semoga peribahasa jawa ini dapat bermanfaat sebagai pesan yang penuh makna dalam kehidupan kalian semua.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *