30 Pepatah Minang Sindiran: penuh Makna Tersembunyi!

By | 2023-08-28

pepatah-minang-sindiran

pepatah minang sindiran – Bahasa Indonesia kaya dengan peribahasa yang mengandung makna mendalam dan bijak. Salah satu peribahasa yang menarik untuk ditelusuri adalah “pepatah Minang sindiran”. Peribahasa ini berasal dari tradisi lisan masyarakat Minangkabau yang terletak di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Dalam pepatah Minang sindiran, kata-kata yang digunakan secara halus dan berbalut dengan kebijaksanaan, tetapi mengandung sindiran atau kritik tersembunyi yang ditujukan kepada pihak yang bersangkutan.

Peribahasa dalam Masyarakat Minang

Peribahasa Minang sindiran memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Minangkabau. Peribahasa ini digunakan sebagai bentuk ekspresi yang digunakan untuk menyampaikan kritik atau sindiran kepada seseorang tanpa harus secara langsung mengucapkannya. Dalam budaya Minangkabau, menyampaikan kritik dan sindiran secara terbuka dianggap kurang sopan dan bisa menyebabkan konflik.

Sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi adat dan kebersamaan, peribahasa Minang sindiran menjadi sarana yang efektif untuk menyampaikan kritik secara halus dan tidak melukai perasaan orang lain. Dalam penggunaannya, peribahasa ini sering digunakan dalam konteks keluarga, lingkungan sosial, dan bahkan dalam politik.

pepatah minang sindiran – Salah satu contoh peribahasa Minang sindiran yang terkenal adalah “Babaluik pulang basamo, pulang ka rumah nan bapulang”. Secara harfiah, peribahasa ini berarti “Kembali ke rumah bersama yang membalas”. Makna yang terkandung dalam peribahasa ini adalah bahwa orang yang bersikap baik kepada orang lain akan mendapatkan balasan yang sama dari orang tersebut. Sindiran dalam peribahasa ini adalah kepada mereka yang tidak menghargai bantuan orang lain dan tidak memberikan balasan yang setimpal.

Peribahasa Minang sindiran lainnya adalah “Bagai pinang dibelah dua”. Dalam konteks ini, peribahasa ini menggambarkan seseorang yang serakah atau pelit. Bagai pinang yang dibelah dua, seseorang tersebut tidak mau membagi kekayaan atau kebaikan yang dimilikinya kepada orang lain. Sindiran dalam peribahasa ini adalah kepada mereka yang hanya berpikir tentang diri sendiri dan tidak mau berbagi dengan orang lain.

Selain itu, peribahasa Minang sindiran juga sering mengkritik perilaku yang tidak baik atau buruk. Contohnya adalah peribahasa “Lapah sambil lado, kain sambil benang”. Dalam peribahasa ini, lapah yang berarti makan dan lado yang berarti cabai, menggambarkan seseorang yang makan dengan lahap namun tidak peduli dengan kebersihan atau tata cara yang benar. Sindiran dalam peribahasa ini adalah kepada mereka yang tidak mempedulikan etika dalam tindakannya.

Baca juga : pepatah sunda buhun

Pepatah Minang sindiran juga sering digunakan dalam politik. Dalam konteks politik, peribahasa ini digunakan untuk menyampaikan kritik terhadap kebijakan atau perilaku para pemimpin. Salah satu contoh peribahasa Minang sindiran dalam politik adalah “Aia nan dituang ka dalam gelas, mana nan dituang ka jamban”. Dalam peribahasa ini, aia yang berarti air, menggambarkan kebijakan atau tindakan pemimpin yang tidak adil atau merugikan rakyat. Sindiran dalam peribahasa ini adalah kepada para pemimpin yang hanya menguntungkan diri sendiri dan tidak memperhatikan kepentingan rakyat.

Pepatah Minang sindiran mencerminkan kebijakan masyarakat Minangkabau dalam menghadapi konflik atau permasalahan. Dalam budaya Minangkabau, menghargai dan menjaga keharmonisan hubungan antarindividu sangat penting. Oleh karena itu, peribahasa Minang sindiran menjadi alat yang efektif untuk mengkritik atau menyampaikan sindiran tanpa melukai perasaan orang lain.

Peribahasa Minang sindiran juga menjadi bagian penting dalam warisan budaya masyarakat Minangkabau. Peribahasa ini turun temurun dari generasi ke generasi dan menjadi bagian dari identitas budaya yang kaya. Menggunakan peribahasa Minang sindiran dalam percakapan sehari-hari adalah salah satu cara untuk mempertahankan dan memperkaya budaya Minangkabau.

untuk semakin menambah pemahaman teman-teman semua, sipantun sudah berikan 50 contoh pepatah minang sindiran beserta dengan artinya, yuk simak selengkapnya !

30 pepatah minang sindiran

Batang tarandam, pucuk ditaratak.” (Pohon ditebang, ranting dirapikan.) Arti: Mengingatkan agar seseorang berpikir sebelum bertindak, agar tidak merugikan dirinya sendiri.

Pucuak rabuang, badan basabuik.” (Akarnya lapuk, badannya rapuh.) Arti: Menggambarkan seseorang yang terlihat kuat, tetapi sebenarnya lemah atau rapuh.

Ulah balak, hilang daratan.” (Seperti balak, hilang arah.) Arti: Menyindir orang yang tidak memiliki tujuan atau arah dalam hidupnya.

Muduak arah, mamuduak kayu.” (Mengasah beliung, mengasah kayu.) Arti: Mengajarkan tentang efisiensi dalam bekerja, jangan hanya fokus pada hal yang tidak penting.

Manabuik barih, bana ikannyo.” (Buah-buahan di atas, jangankan buah, daunnya pun tak ada.) Arti: Menyindir orang yang sering membanggakan diri padahal prestasinya tidak sebanding.

Bujang sambilan, mati laiak.” (Bujang tambahan, mati melarat.) Arti: Menyindir orang yang sering memboroskan uangnya untuk hal yang tidak perlu.

Tongga-tongga anak buah, tibo langkah jo anak mareh.” (Pemimpin yang lamban, tiba-tiba dikejar oleh bawahan.) Arti: Mengkritik pemimpin yang tidak efisien dan akhirnya ketinggalan oleh bawahannya.

Tabuang majo nan basuntiang, rumah nan hilang kain sarupo.” (Orang yang berbicara kasar, rumahnya seperti tidak memiliki atap.) Arti: Mengajarkan pentingnya berbicara dengan sopan dan bijaksana.

Pandai manurun talipak, tabuang pandai manuro.” (Orang pandai menuruni bukit, orang kasar menuruni sedikit pun susah.) Arti: Menyindir orang yang sombong dan sulit belajar dari orang lain.

Sialo sabana, jauah marah jo diri.” (Orang yang cerewet, jauh dari diri sendiri.) Arti: Menasihati agar tidak terlalu banyak campur tangan dalam urusan orang lain.

pepatah minang sindiran

Lalang di hari ampek malam, ampek malam di hari lalang.” (Seperti rumput yang tumbuh siang hari dan tumpas malam hari.) Arti: Mengkritik perilaku yang tidak konsisten dan hanya muncul saat dibutuhkan.

Guluak luah, palamin nan gadang.” (Mendayung ke hulu, terdampar di hilir.) Arti: Menyindir orang yang memiliki niat mulia tetapi akhirnya gagal atau terjerumus.

Anak dalam, kambiang disusui; anak luah, kambiang dilamar.” (Anak dalam mendapat perhatian, anak luar dilamar.) Arti: Mengkritik perlakuan tidak adil terhadap anggota keluarga.

Maniak kayu tiko, rusak sakali; maniak kato tiko, paruik sakali.” (Gergaji terlalu tajam, rusak; lidah terlalu tajam, celaka.) Arti: Mengingatkan agar berbicara dengan bijaksana dan tidak merugikan diri sendiri.

Tabuan rang sumando, pakaian nan dirancuang.” (Seseorang yang sering merasa dirinya sempurna, tetapi pakaiannya koyak.) Arti: Menyindir orang yang sombong dan merasa lebih dari orang lain padahal memiliki kelemahan.

Tinggi gunuang diambang cino, baliak dalam tanduang jo cando.” (Gunung tinggi diambangkan kepada orang Cina, tanduk kerbau diambangkan kepada kuda.) Arti: Menyindir seseorang yang sering memuja hal-hal yang tidak sesuai dengan realitas.

Pangulu tapakis, awak mamintak.” (Pemimpin panik, rakyat cemas.) Arti: Menyindir pemimpin yang tidak mampu menghadapi situasi sulit dengan baik.

Saluang pulang tigo, bana kaladi nan limo.” (Seruling pulang tiga, yang ada lima.) Arti: Menyindir seseorang yang sering membesar-besarkan cerita atau kejadian.

Marantau denai tabuang, ditakutkan bapasan.” (Marantau ke negeri lain, takut ditinggalkan makanan.) Arti: Mengkritik orang yang suka menggantungkan diri pada orang lain.

Cubuang jan ujuang, ulama bacambuang.” (Tumbuk bukan di bahu, ulama baca mantra.) Arti: Menyindir orang yang tidak kompeten dalam suatu bidang tetapi tetap mencoba-coba.

pepatah minang sindiran

Sikambang dituang balimbiang, sikicau dicarok tabaliang.” (Menghambur-hamburkan biji sikambang, tetapi mengeluh saat disuruh mencari biji cicak.) Arti: Mengkritik orang yang suka meremehkan hal-hal kecil namun bersungut-sungut saat diminta melakukan sesuatu.

Kambiang pulang ka bulan, badan taratang baluk.” (Kambing pulang ke bulan, tubuh tertinggal di bumi.) Arti: Menyindir orang yang bermimpi tinggi tetapi kenyataannya tidak sejalan dengan ambisinya.

Cubuang malam jari, jan caciak ka langik.” (Tumbuk malam hari jari, jangan caci maki langit.) Arti: Mengingatkan agar berperilaku baik dan tidak mengeluarkan kata-kata kasar, karena bahkan tindakan kecil bisa berdampak besar.

Lajak nan tampek, batuah nan kanan.” (Jalan yang terbuka, lurus yang kanan.) Arti: Mengingatkan untuk memilih jalan yang lurus dan benar, bukan yang membingungkan.

Bana maniak kajongkok, batang tanamo jauah.” (Banyak bicara seperti ayam jantan, tetapi hanya hidup di sekitar pohon.) Arti: Menyindir orang yang suka berbicara besar tetapi tidak pernah melangkah lebih jauh dari zona nyamannya.

Ulu di tangan, hilang sabalah-tapun.” (Kepala di tangan, hilang satu lagi.) Arti: Menyindir orang yang tidak bisa menjaga hal-hal penting dan sering kehilangan barang atau kesempatan.

Labi-labi di lauk, dilaluang balimau.” (Penyu di lauk, dilempar ke sungai.) Arti: Mengkritik sikap sembrono yang bisa berakibat merugikan.

Ditatangko mande, mangkok dicari.” (Dicari piring, malah piring dicari.) Arti: Menggambarkan orang yang mencari-cari sesuatu padahal itu sudah di dekatnya.

Indak basuo hujan, indak boseh badan.” (Tidak kehujanan, tetapi basah badannya.) Arti: Menyindir orang yang tidak langsung terkena dampak suatu peristiwa tetapi ikut-ikutan terlibat.

Lamo di kain, patang di hujan.” (Lama di kain, basah di hujan.) Arti: Mengkritik orang yang bersikap malas atau tidak peka terhadap perubahan.

pepatah minang sindiran – Pepatah-petitih dalam budaya Minang tidak hanya sekadar rangkaian kata, tetapi juga cerminan kearifan dan pengalaman orang-orang yang hidup dalam lingkungan yang kaya akan nilai-nilai tradisional. Dalam seni bahasa ini, sindiran sering kali menjadi cara halus untuk mengajarkan pelajaran moral atau menyampaikan kritik dengan cara yang lebih santun. Dalam daftar pepatah sebelumnya, terdapat kumpulan sindiran bijak yang dapat menggambarkan situasi dan karakter tertentu.

Dari kebijakan hingga interaksi sehari-hari, pepatah-petitih Minang mampu merangkai pesan yang dalam ke dalam kata-kata sederhana. Namun, penting untuk diingat bahwa sindiran, sebagus apapun niatnya, tetaplah bisa menyakiti perasaan orang lain jika tidak digunakan dengan bijak. Oleh karena itu, pemahaman mendalam terhadap makna pepatah dan konteks penggunaannya sangatlah penting.

pepatah minang sindiran – Masyarakat Minang memiliki warisan budaya yang sangat kaya, termasuk dalam hal pepatah-petitih. Dalam konteks modern, mengenang dan menerapkan pepatah-petitih ini dapat membantu kita memelihara nilai-nilai tradisional sambil tetap menghormati perkembangan zaman. Bagaimanapun, setiap pepatah memiliki kebijaksanaan tersendiri, dan memahaminya dengan baik adalah kunci untuk menggunakannya dengan efektif.

pepatah minang sindiran – Seiring dengan perkembangan dunia yang semakin kompleks, pepatah-petitih Minang tetap berharga sebagai pedoman dan inspirasi. Dalam keseharian kita, kita dapat menjadikan pepatah-petitih ini sebagai penuntun bijak, memungkinkan kita untuk berpikir lebih dalam sebelum bertindak, serta menggali kearifan dari budaya leluhur. Dengan merawat dan menghargai warisan ini, kita dapat menjaga semangat Minang yang telah mengilhami banyak generasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *