Pengertian Puisi – Karya sastra di Indonesia memiliki jenis beraneka ragam. Salah satu karya sastra yang masih berkembang dan dapat dinikmati oleh pembaca saat ini adalah puisi. Puisi selalu identik dengan bahasa yang arkais dan menggunakan gaya bahasa tertentu sesuai dengan kekhasan penyairnya.
Tetapi apakah kamu sudah benar-benar memahami pengertian puisi secara luas? sebelum kamu belajar untuk membaca puisi, sebaiknya perlu memahami tentang pengertian puisi dan tujuan puisi terlebih dahulu.
Pengertian Puisi
Secara etimologi, pengertian puisi adalah sebagai kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu poeima atau poesis yang berarti membaut atau pembuatan. Dalam proses pembuatannya, penyair menggunakan kata sebagai media penyampaiannya. Peran kata dalam puisi dapat dibandingkan dengan nada dan irama pada seni music, serta gerak dan irama pada seni tari.
Pengertian Puisi menurut Hudson dalam Aminuddin (1987:134) Puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi. Kata-kata yang digunakan oleh penyair berisi ungkapan perasaan penyair, mengandung rima dan irama, serta diungkapkan melalui diksi yang cermat, tepat, dan indah.
Baca Juga : Pengertian Peribahasa |
Karakteristik Puisi
Karakteristik puisi adalah dapat terlihat dari bahasa yang digunakan serta wujud dari puisi itu sendiri. Bahasa puisi mengandung rima,irama, dan kiasan sehingga puisi memiliki kekuatan kata yang indah dan makna yang mendalam. Pada umumnya, wujud puisi dapat dilihat dari bentuknya yang berlarik membentuk bait, letaknya tertata, dan tidak mementingkan ejaan.
pengertian puisi – Namun, ada pula penyair yang mengabaikan ketiga bentuk puisi tersebut. Pengabaian itu terjadi karena penyair memiliki hak licentia poetica, yaitu hak untuk memilih cara penyampaian ide dan gagasan dalam puisi meskipun menyalahi kaidah bahasa yang berlaku. Walaupun seperti itu, pada dasarnya ada empat pilar dasar dalam puisi yaitu: tema, perasaan penyair, nada puisi, dan amanat.
Pengertian Puisi: Pendekatan Mengapresiasi Puisi
Pendekatan mengapresiasi adalah pembelajaran yang menekankan pada aspek penghayatan dan pemahaman melalui pengamatan secara mendalam. Dalam memahami puisi secara utuh, dibutuhkan pendekatan dalam mengapresiasinya. Pendekatan mengapresiasi puisi pada hakikatnya merupakan seperangkat asumsi dan prinsip yang berkaitan dengan sifat-sifat puisi.
Pendekatan terhadap puisi terbagi dalam beberapa pendekatan sebagai berikut:
Pendekatan Parafrasis
Pada dasarnya, pendekatan parafrasis puisi adalah menggunakan kata-kata yang cenderung kias dan padat. Oleh karena itu, pembaca pemula mengalami kesulitan dalam memahami isi dan pesan dari sebuah puisi. Pendekatan yang tepat bagi pemula adalah mengungkapkan Kembali ide dan gagasan yang akan disampaikan penyair dalam bentuk baru dengan cara menyisipkan kata atau kelompok kata agar makna puisi menjadi lebih jelas maknanya.
Pendekatan Emotif
Pendekatan emutif puisi adalah berusaha mengunggah psikologi, emosi, dan perasaan pembaca. Berkaitan dengan keindahan penyajian bentuk, pesan, dan isi gagasan dari sebuah puisi. Dengan pendekatan emotif, pembaca dapat mengetahui bagaimana penyair menampilkan keindahan sebuah puisi. Pendekatan puisi ini relevean dalam memahami puisi yang berjenis humor, satire, serta sarkastis.
Pendekatan Analitis
Pendekatan analitis puisi adalah menekankan pemahaman isi puisi melalui unsur intrinsik pembentuk puisi. Unsur instristik merupakan unsur yang secara langsung membangun puisi dari dalam karya itu sendiri. Unsur intrinsik puisi mencakup tema, amanant, nada, rima, perasaan, gaya bahasa, tipografi, enjabemen, akulirik, dan citraan.
Terdapat empat macam citraan yaitu Visual Imagery, Auditory imagery, Smell imagery, Tacticle imagery.
Pendekatan Didaktis
Pendekatan Didaktis puisi adalah berdasarkan pada nilai-nilai Pendidikan yang terdapat dalam puisi. Pendekatan ini berusaha menemukan nilai-nilai Pendidikan yang terkandung dalam sebuah puisi. Pendekatan didaktis membutuhkan ketelitian, kepekaan, dan intelektualitas dari pembaca untuk dapat menerjemahkan isi puisi.
Pendekatan Sosiopsikologis
Pendekatan Sosiopsikologis puisi adalah ini berupaya mengetahui kehidupan social, budaya, serta kemasyarakatan yang tertuang dalam puisi. Puisi yang dapat dipahami menggunakan pendekatan sosiopsikologis serta pendekatan didaktis adalah puisi naratif.
Pengertian Puisi : Jenis-Jenis Puisi
Berdasarkan Periode kemunculannya, jenis-jenis puisi terbagi menjadi tiga periode, yaitu puisi lama dan puisi baru, ditambah dengan puisi modern. Berikut ini adalah pembahasan masing-masing jenis puisi tersebut
Jenis-jenis Puisi lama
Puisi lama muncul jauh bahkan sebelum masa penjajahan Belanda. Oleh karena itu, puisi lama masih kental dengan ciri khas melayu. Puisi lama memiliki beberapa aturan, yaitu : jumlah suku kata dalam setiap baris, jumlah kata dalam setiap baris, jumlah baris dalam setiap bait, rima atau persajakan, dan irama.
Ciri-Ciri Puisi lama
- Merupakan puisi rakyat yang anonym ( tidak dikenal nama pengarangnya)
- Sastra lisan ( disampaikan dari mulur ke mulut)
- Terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Jenis-jenis puisi lama
- Puisi mantra – adalah puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak dengan adat dan kepercayaan.
- Pantun – adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait terdiri dari 4 baris, tiap baris terdiri dari 8 hingga 12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurus isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
- Karminat – adalah pantun kilat, seperti pantun tetapi pendek
- Seloka – adalah pantun berkait
- Gurindam – adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
- Syair – adalah puisi yang bersumber dari arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
- Talibun – adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6,8, atau pun 10 baris.
Jenis-jenis Puisi Baru
Puisi baru memiliki bentuk lebih luas daripada puisi lama baik dari dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri puisi baru
- Bentuknya rapi,simetris
- Mempunyai persajakan akhir ( yang teratur)
- Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain
- Sebagian besar puisi empat seuntai:
- Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra atau kesatuan sintaksis
- Tiap gatranya terdiri atas dua kata ( Sebagian besar) 4-5 suku kata
Jenis-Jenis puisi baru
Jenis-jenis puisi baru dibedakan menurut isinya, jenisnya adalah sebagai berikut: Balada adalah puisi yang berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan delapan larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. Contoh puisi jenis ini adalah Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.
Jenis-Jenis puisi Baru: Himne
Himne adalah jenis puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang Dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater.
Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang, himne diartikan sebagai puisi yang di nyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati.
Contoh Puisi :
bahkan batu-batu yang keras dan bisu
mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
menggeliat derita pada lekuk dan liku
Bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
Menitikkan darah dari tangan dan kaki
Dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa lukaluka yang lebar terbuka
Dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
Mengenal-Mu tersalib di dalam hati.
(Saini S.K)
Jenis-Jenis puisi Baru : Ode
Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi, bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
Contoh puisi:
Generasi sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di Panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantun keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
Jenis-Jenis puisi Baru :Epigram
Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari bahasa Yunaniepigramma yang berarti unsur pengajaran, didaktif, nasihat membawa kearah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
Contoh puisi :
Hari ini taka da tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang didepan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
Jenis-Jenis puisi Baru : Romansa
Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih saying, rindu dendam, serta kasih mesra.
Jenis-Jenis puisi Baru : Elegi
Eledi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
Contoh puisi :
Senjata Pelabuhan Kecil
ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara Gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
Menyisir semenanjung, masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
(Chairil Anwar)
Jenis-Jenis puisi Baru : Satire
Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa latin Satura yang berarti sindiran, kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena, tidak puas hati satu golongan.
Contoh puisi :
Aku bertanya
Tetapi pernyataan-pernyataanku
Membentur jidat penyair-penyair salon,
Yang bersajak tentang anggur dan rembulan.
Sementara ketidakadilan terjadi
Di sampingnya,
Dan delapan juta kanak-kanak tanpa Pendidikan,
Termangu-mangu dl kaki dewi kesenian
(WS Rendra)
Jenis puisi baru berdasarkan bentuknya
Distikon – adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai)
Contoh puisi :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or.Mandank)
Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri dari tiga baris ( puisi tiga seuntai)
Contoh puisi:
Dalam ribaan Bahagia dating
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam Bahagia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
(Sanusi Pane)
Kuatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri dari empat baris ( puisi empat seuntai)
Contoh puisi :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Abi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M Daeng Myala)
Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri dari lima baris (puisi lima seuntai)
Contoh puisi :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satunya perasaan
Hanya dapat saya katakana
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri dari enam baris ( puisi enam seuntai)
Contoh puisi :
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernapas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak berwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri dari tujuh baris (tujuh seuntai)
Contoh puisi :
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijauh
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpa air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia Namanya
(Mohammad Yamin)
Oktaf/stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri dari atas delapan baris ( Double kutrain atau puisi delapan seuntai)
Contoh puisi:
Awan
Awan dating melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
Soneta, adalah puisi yang terdiri dari atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat bars dan dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonnet ( Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara.
Jadi sonata adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia sonata masuk dari negeri belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai “pelopo/Bapak sonata Indonesia”. Bentuk sonata Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat sonata italia atau inggis, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya ( empat belas baris)
Contoh puisi:
Gembala
Perasaan siapa ta’kan nyala
Melihat anak berelagu dendang
Seorang saja di tengah padang
Tiada berbaju buka kepala
Beginilah nasib anak gembala
Berteduh dibawah kayu nan rindang
Semenjak pagi meninggalkan kendang
Pulang ke rumah di senja kala
Jauh sedikit sesayup sampai
Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam nan molek permai
Wahai gembala di segara hijau
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau
Maulah aku menurutkan dikau
(Muhammad Yamin)
Puisi modern
Puisi modern berkembang di Indonesia pasca kemerdekaan. Berdasarkan cara pengungkapannya, dikenal adanya puisi kontemporer. Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman.
Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Puisi kontemporer sering kali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambing intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggap tidak begitu penting lagi.
Tokoh-tokoh puisi kontemporer di Indonesia saat ini, yaitu sebagai berikut :
- Sutardji Calzoum Bachri dengan tiga kumpulan puisinya O, Amuk, dan O Amuk Kapak
- Ibrahim Sattah dengan kumpulan puisinya Hai Ti
- Hamid Jabbar dengan kumpulan puisinya Wajah Kita
Jenis-jenis Puisi Kontemporer
Puisi Mantra
Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Colzoum Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer.
Ciri-ciri puisi mantra adalah :
- Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu
- Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri
- Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.
Contoh puisi :
Shang Hai
Ping diatas pong
Pong di atas ping
Ping ping bilang pong
Pong pong bilang ping
Mau pong? Bilang ping
Mau mau bilang pong
Mau ping? Bilang pong
Mau mau bilang ping
Ya pong ya ping
Ya ping ya pong
Tak ya pong tak ya ping
Sembilu jarakMu merancap nyaring
(Sutardji Calzoum Bachri dalam O Amuk Kapak, 1981)
Puisi Mbeling
Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud adalah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi muncul pertama kali dalam majalah aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya Remy Silado, lembar tersebut diberi nama “Puisi Mbelling”.
Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main
Ciri-ciri puisi mbeling:
- Mengutamakan unsur kelakar, pengarang memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang di sembunyikan (tersirat)
- Menyampaikan kritik social terutama terhadap system perekonomian dan pemerintahan
- Menyampaikan ejekan kepada para penyair yang bersikap sungguh-sungguh terhadap puisi. Dalam hal ini taufik ismail menyebut puisi mbeling dengan puisi mengkritik puisi.
Contoh puisi :
Sajak Sikat Gigi
Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur
Di dalam tidur ia bermimpi
Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka
Ketika ia bangun pagi hari
Sikat giginya tinggal sepotong
Sepoting yang hilang itu agaknya
Terserat di dalam mimpinya dan tak bisa Kembali
Dan ia berpendapat bahwa, kejadian itu terlalu berlebih-lebihan
(Yudhistira Ardi Nugraha dalam Sajak Sikat Gigi, 1974)
Puisi konkret
Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat lambing-lambang yang diwujudkan dengan benda dan gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya.
Contoh Puisi:
Doktorandus Tikus I
Selusin toga Gambar
Me
Nga
Nga
Seratus tikus berkampus
Di atasnya
Dosen dijerat
Profesor diracun
Kucing
Kawin
Dan bunting
Dengan predikat
Sangat memuaskan
( F.Rahardi dalam soempah WTS, 1983)
Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu memperhatikan beberapa unsur-unsur berikut ini:
- Unsur bunyi, meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
- Tipografi : meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun sesuai dengan gambar atau pola tertentu.
- Enjambement : meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris berikutnya.
- Kelakar (parodi) : meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan.
Tips Membuat Judul Puisi yang Bagus
Berikut ini adalah cara menentukan judul puisi yang bagus:
- Relevansi: Judul harus relevan dengan isi puisi.
- Singkat & jelas: Judul harus jelas dan mudah dimengerti.
- Menarik: Judul harus menarik dan membuat orang ingin membaca puisi.
- Menggambarkan tema: Judul harus menggambarkan tema puisi dengan baik.
- Unik: Judul yang unik dan tidak biasa lebih menonjol dan membuat puisi terlihat istimewa.
Bagaimana Cara Menyimpulkan Isi Puisi
Menyimpulkan isi puisi adalah salah satu aspek penting dalam memahami dan mengapresiasi karya sastra. Saat membaca puisi, terkadang kita dihadapkan pada penggunaan bahasa yang kaya dan simbol-simbol yang rumit. Oleh karena itu, kemampuan untuk menyimpulkan isi puisi menjadi kunci dalam mengeksplorasi makna dan pesan yang ingin disampaikan oleh penyair.
- Tahapan pertama dalam bagaimana cara menyimpulkan isi puisi adalah membaca puisi secara keseluruhan dengan seksama. Puisi biasanya memiliki struktur dan pola yang unik, seperti penggunaan bait, larik, atau bentuk puisi tertentu seperti soneta atau pantun. Dengan memahami struktur ini, kita dapat memahami cara penyair menyusun puisi dan mengatur alur ceritanya.
- Setelah itu, tahapan untuk bagaimana cara menyimpulkan isi puisi adalah perhatikan pemilihan kata-kata dan gaya bahasa yang digunakan dalam puisi. Pemilihan kata-kata yang tepat dapat memberikan nuansa dan makna yang mendalam pada puisi. Perhatikan juga penggunaan gaya bahasa seperti metafora, simbol, atau personifikasi yang mungkin digunakan oleh penyair. Dengan memahami gaya bahasa ini, kita dapat menafsirkan makna yang tersembunyi dalam puisi.
- Selanjutnya, perhatikan tema atau topik yang diangkat dalam puisi. Tema adalah ide utama atau pesan yang ingin disampaikan oleh penyair kepada pembaca. Tema ini bisa berupa perasaan cinta, keindahan alam, kehidupan sehari-hari, atau bahkan isu-isu sosial atau politik. Dengan mengidentifikasi tema, kita dapat menjelajahi makna dan pesan yang ingin disampaikan oleh penyair kepada kita sebagai pembaca.
- Selain tema, tentang bagaimana cara menyimpulkan isi puisi perlu perhatikan juga nada atau suasana yang tercipta dalam puisi. Apakah puisi tersebut menimbulkan perasaan sedih, bahagia, terinspirasi, atau bahkan bingung? Nada dan suasana ini dapat ditentukan oleh pemilihan kata-kata, gaya bahasa, atau pengaturan struktur puisi. Dengan memahami nada dan suasana yang dihadirkan oleh penyair, kita dapat memahami perasaan atau pengalaman yang ingin disampaikan oleh penyair.
- Selanjutnya, perhatikan pula penggunaan figur retoris dalam puisi. Figur retoris adalah alat-alat bahasa yang digunakan untuk menciptakan pengaruh atau efek tertentu dalam puisi. Contohnya adalah repetisi, aliterasi, asonansi, atau hiperbola. Dengan memahami penggunaan figur retoris ini, kita dapat menafsirkan makna yang lebih dalam dalam puisi.
- Terakhir tentang bagaimana cara menyimpulkan isi puisi yaitu perhatikan juga struktur dan pengaturan puisi secara keseluruhan. Bagaimana penyair mengatur bait-bait atau larik-larik dalam puisi? Apakah ada pengulangan atau perubahan dalam struktur tersebut? Bagaimana pengaturan ini berhubungan dengan makna dan pesan yang ingin disampaikan oleh penyair? Dengan memahami struktur dan pengaturan puisi, kita dapat melihat kesatuan dan keteraturan dalam puisi tersebut.
Bagaimana cara menyimpulkan isi puisi, penting untuk memahami semua aspek yang telah disebutkan di atas. Menggabungkan pemahaman tentang struktur, gaya bahasa, tema, nada, figur retoris, dan pengaturan puisi dapat membantu kita mengungkapkan makna dan pesan yang terkandung di dalam puisi. Melalui interpretasi yang cermat, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang puisi dan menghargai keindahan serta keunikan penyampaian penyair.
Kumpulan Contoh Puisi
Penerimaan
(Chairil Anwar, Maret 1943)
Jika kau mau, kuterima kau Kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Jika kau mau, kuterima kau Kembali
Tapi untukku sendiri
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi
Aku
(Chairil Anwar)
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Tak Sepadan
(Chairil Anwar, Februari 1943)
Aku kira:
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa Ahasveros
Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka
Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak ‘kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangka
Sendiri
(Chairil Anwar, 1943)
Hidupnya tambah sepi, tambah hampa malam apa lagi
Ia memekik ngeri
Dicekik kesunyian kamarnya
Ia membenci. Dirinya dari segala
Yang minta perempuan untuk kawannya
Bahaya dari tiap sudut. Mendekat juga
Dalam ketakutan-menanti ia menyebut satu nama
Terkejut ia terduduk. Siapa memanggil itu?
Ah! Lemah lesu ia tersedu : Ibu! Ibu!
Derai-derai Cemara
(Chairil Anwar, 1949)
Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam
Ada beberapa dahan di tingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
Sudah beberapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada suatu bahan
Yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
Tambah terasing dari cinta sekolah rendah
Dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
Sebelum pada akhirnya kita menyerah
Karawang-Bekasi
(Chairil Anwar, 1948)
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
Terbayang kami maju dan mengedap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti
4-5 ribu nyama
Kami Cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan
Dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus digaris batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
Di Masjid
(Chairil Anwar)
Kuseru saja Dia
Sehingga dating juga
Kamipun bermuka-muka
Seterusnya ia menyala-nyala dalam dada
Segala daya memadamkannya
Bersimpah peluh diri yang tidak bisa diperkuda
Ini ruang
Gelanggang kami berperang
Binasa membinasa
Satu menista lain gila
Yang Terampas Dan Yang Putus
(Chairil Anwar, 1949)
Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
Menggigir jaga ruang dimana dia yang kuingin,
Malam tambah merasuk, rimba jadi ssemati tugu
Di karet, di Karet ( daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin
Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau dating
Dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu
Tapi kini hanya lengan yang bergerak lantang
Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku
Persetujuan Dengan Bung Karno
(Chairil Anwar, 1948)
Ayo! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
Dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh
Kupanggil Namamu
(WS Rendra)
Sambil menyebrangi sepi,
Kupanggil namamu, wanitaku
Apakah kau tak mendengar?
Malam yang berkeluh kesah
Memeluk jiwaku yang payah
Yang resah
Karena memberontak terhadap rumah
Memberontak terhadap adat yang latah
Dan akhirnya tergoda cakrawala
Sia-sia kucari pancaran matamu
Ingin kuingat lagi bau tubuhmu yang kini sudah kulupa
Sia-sia
Tak ada yang bisa kucamkan
Sempurnalah kesepianku
Angin pemberontakan menyerang langit dan bumi
Dan duabelas ekor serigala
Muncul dari masa silamku
Merobek-robek hatiku yang celaka
Berulangkali kupanggil namamu
Dimanakah engkau wanitaku?
Apakah engkau sudah menjadi masa silamku?
Tuhan, Aku Cinta Padamu
(WS Rendra)
Aku lemas
Tapi berdaya
Aku tidak sambat rasa sakit
Atau gatal
Aku pengin makan tajin
Aku tidak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tidak memuaskan
Untuk punya posisi yangn ideal dan wajar
Aku pengin membersihkan tubuhku
Dari racun kimiawi
Aku ingin Kembali pada jalan alam
Akui ingin meningkatkan pengabdian
Kepada Allah
Tuhan, aku cinta padamu
Dengan Puisi Aku
(Taufiq Ismail)
Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta
Berbaur cakrawala
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan Datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
Dengan puisi aku mengutuk
Napas jaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
Perkenalkanlah kiranya
Sebuah Jaket Berlumur Darah
(Taufiq Ismail)
Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun
Sebuah sungai membatasi kita
Dibawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ‘Selamat tinggal perjuangan’
Berkira setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?
Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang
Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendara yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli Pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis Kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
Lanjutkan perjuangan
Syair Orang Lapar
(Taufiq Ismail)
Lapar menyerang desaku
Kentang dipanggang kemarau
Surat orang kampungku
Kuguratkan kertas
Risau
Lapar lautan pidato
Ranah dipanggang kemarau
Ketika berduyun mengemis
Kesinikan hatimu
Kuiris
Lapar di Gunungkidul
Mayat dipanggang kemarau
Berjajar masuk kubur
Kauulang jua
Kalau
Karangan Bunga
(Taufiq Ismail)
Tiga anak kecil
Dalam Langkah malu-malu
Datang ke salemba
Sore itu.
Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kaka yang ditembak mati
Siang tadi.
Salemba
(Taufiq Ismail)
Alma Mater, janganlah bersedih
Bila arakan ini bergerak pelahan
Menuju pemakaman siang ini.
Anakmu yang berani
Telah tersungkur ke bumi
Ketika melawan tirani.
Memang Selalu Demikian, Hadi
(Taufiq Ismail)
Setiap perjuangan selalu melahirkan
Sejumlah pengkhianat dan para pernjilat
Jangan kau gusar, Hadi
Setiap perjuangan selalu menghadapkan kita
Pada kaum yang bimbang menghadapi gelombang
Jangan kau kecewa, hadi
Setiap perjuangan yang akan menang
Selalu mendatangkan pahlawan-pahlawan jadi-jadian
Dan para jagoan kesiangan.
Memang demikianlah halnya, Hadi
Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua pada Anaknya Berangkat Dewasa
(Taufiq Ismail)
jika adalah harus kau lakukan
ialah menyampaikan kebenaran
jika adalah yang tidak bisa dijual belikan
ialah yang Bernama keyakinan
jika adalah yang harus kau tumbangkan
ialah segala pohon-pohon kezaliman
jika adalah orang yang harus kau agungkan
ialah hanya Rasul Tuhan
jika adalah kesempatan memilih mati
ialah syahid di jalan Ilahi
Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini
(Taufiq Ismail)
Tidak ada pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dan pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku?”
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juga yang bertahan hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang Namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.
Kemerdekaan
(Toto Sudarto Bachtiar)
Kemerdekaan ialah tanah air dan laut semua suara
Janganlah takut padanya
Kemerdekaan ialah tanah air penyair dan pengembara
Janganlah takut padaku
Kemerdekaan ialah cintaku berkepanjangan jiwa
Bawalah daku kepadanya
Diantara Kanal
(Goenawan Mohamad)
Jarimu menandai sebuah percakapan
Yang tak hendak kita rekam
Di hitam sotong dan gelas sauvignon blanc
Yang akan ditinggalkan
Di kiri kita kanal menyusup
Dari lau. Di jalan para kelasi
Malam seakan-akan membiru.
“Meskipun esok lazuardi” Katamu
Aku dengar. Kita kenal
Kegaduhan di aspal ini.
Kita tahu banyak hal.
Kita tahu apa yang sebentar
Seseorang pernah mengatakan
Kita telah disandingkan
Sejak penghuni terutama ghetto Yahudi
Membangun kedai.
Tapi kau tahu aku akan melepasmu di sudut itu,
Tiap malam selesai, dan aku tahu kau akan pergi.
“Kota Ini” katamu, “adalah jam
Yang digantikan matahari”