Pantun – Masyarakat Semenanjung Melayu yang di dalamnya terdapat Negara Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam mengenal sebuah tradisi lisan yang disebut dengan pantun. Tidak hanya daerah melayu, pantun juga banyak digunakan dengan berbagai isttilah lain tetapi dengan ciri khas yang sama dan tujuan yang sama.
Namun penggunaan pantun dalam kehidupan sehari-hari ternyata lebih luas lagi, bahkan zaman dahulu Ketika ingin mendekati seorang wanita, maka seorang pria akan mengutarakannya lewat pantun, atau bahkan perkelahian seseorang dengan seseorang masih terdengar susunan pantun didalamnya. Maka dari itu kita akan membahas pantun lebih dalam lagi agar lebih memahaminya sebagai sebuah karya sastra peninggalan dahulu yang tetap digunakan sampai sekarang.
Pengertian Pantun
Menurut Suseno (2006). Pantun adalah dari bentuk puisi lama, hamper merata dikenal di seluruh penjuru tanah air, walaupun diucapkan dalam bahasa daerah. Menjadi sebuah tradisi lisan dan menjadi jiwa serta menjadi salah satu identitas masyarakat nusantara dalam berkomunikasi.Menurut Renward Branstetter, pantun berasal dari kata “PAN” yang berarti “sopan/beretika’, dan kata “TUN” yang berarti “santun/teratur”.
Sedangkan Andriani memberikan definisi pantun berdasalkan tiga hal. Pertama, pantun adalah bentuk pengungkapan rasa hati dan pemikisan yang khas bangsa melayu dan mempunyai sifat multibudaya, multi bahasa, multi agama, dan multi ras. Kedua, pantun tidak terikat dengan Batasan usia, jenis kelamin, stratifikasi sosial, dan berhubungan darah. Ketiga, pantun digunakan dalam berbagai tempat dan dalam berbagai macam kondisi sosial.
Poedjawijatna ( Andriani, 2012) juga menjelaskan bahwa untuk menyatakan kasih saying, benci atau tidak suka, tidaklah mudah apa lagi harus disampaikan secara langsung. Namun jika dengan menggunakan pantun, mengucapkan, menungkap rasa dan menyampaikan sindiran akan lebih mudah karena dapat “mencubit tanpa menimbulkan rasa sakit”.
Baca juga : Pengertian Puisi |
Asal kata Pantun
Banyak pendapat tentang asal kata pantun. Terdapat beberapa pendapat terkait asal akta pantun sebagai berikut.
- Kata pantun berasal dari kata umpama, missal, seperti.
- Kata pantun berasal dari bahasa jawa, yaitu pantun atau pari. Pantun atau pari berarti padi.
- Kata pantun berasal dari kata Vtun. Kata Vtun berasal dari bahasa kawi tuntun atau tuntunan yang berarti mengatur. Dalam bahasa Filipina tuntun berarti teratur. Dalam bahasa tagalok tuntun berarti bicara menurut aturan tertentu. Dengan kata lain, pantun berarti aturan atau susunan.
Ciri-ciri Pantun
Semua puisi lama yang mempunyai empat larik tidak semuanya disebut sebagai pantun. Agar dapat disebut pantun harus memenuhi ciri-ciri tertentu. Silahkan simak contoh-contoh berikut
Contoh pertama
Kalau mengail di lubuk dangkal,
Dapat ikan penuh seraga.
Kalua kail Panjang sejengkal
Jangan lautan hendak diduga
Contoh kedua
Rumah kecil tiang seribu
Rumah besar tiang sebatang
Kecil-kecil ditimang ibu,Sudah besar ditimang gelombang
Kedua contoh diatas mempunyai empat larik. Larik pertama dan ketiga contoh pertama mempunyai bunyi akhir kal dari kata dangkal dan Sejengkal. Larik kedua dan keempat contoh pertama mempunyai bunyi akhir ga dari kata seraga dan diduga. Larik pertama dan ketiga pada contoh 2 mempunyai bunyi akhir bu dari kata seribu dan ibu. Larik kedua dan keempat contoh kedua mempunyai bunyi akhir ng dari kata sebatang dan gelombang.
Berdasarkan kedua contoh diatas tersebut, dapat disimpulkan tentang ciri-cirinya. Setiap pantn harus memenuhi ciri-ciri yang ditetapkan. Berikut ini merupakan ciri-ciri pantun.
- Tiap bait (kumpulan larik dalam pantun) terdiri atas empat larik ( bairs atau deret)
- Tiap larik terdiri atas empat sampai enam kata
- Tiap larik terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata
- Larik pertama dan kedua merupakan sampiran
- Larik ketiga dan keempat merupakan isi
- Rima (persamaan bunyi atau persajakan) akhir larik bersajak adab.
- Bunyi akhir larik pertama dan ketiga harus sama. Bunyi akhir larik kedua dan keempat juga harus sama. Perlu diketahui bunyi akhir larik pertama dan ketiga tidak sama dengan larik kedua dan keempat
- Isinya untuk mengungkapkan perasaan.
Perlu diketahui ada beberapa jenis puisi lama yang bentuknya mirip dengan pantun, seperti seloka, karmina, pantun berkait, dan talibun mempunyai sampiran dan isi. Hal yang membedakannya adalah puisi-puisi lama tersebut mempunyai larik yang berbeda sehingga tidak bisa disamakan.
Kemunculan Awal Pantun
Kemunculan pantun awalnya dimulai oleh kebiasaan masyarakat Melayu yang senang menggunakan kiasan. Bagi masyarakat pada waktu itu, kiasan itu penting untuk menyampaikan maksud. Salah satu kiasan yang digunkana adalah pantun. Pantun digunakan dalam setiap acara, baik acara pertemuan, pernikahan, maupun acara adat.
Pantun bagi mereka merupakan alat komunikasi yang sangat penting. Oleh karena itu, dahulu pantung dapat dijadikan alat untuk mengukur seberapa pandai seseorang. Biasanya orang yang cakap dalam berpantun dianggap sebagai orang pandai. Sebaliknya, jika ada orang yang tidak dapat berpantun, maka ia dianggap bodoh.
Semakin lama pantun semakin berkembang. Akhirnya tersusunlah pantung yang sekarang kita kenal. Pantun yang terdiri atas empat larik.sampiran pada baris pertama dan kedua dimaksudkan sebagai pengantar agar pembaca mau membaca lark ke tiga dan keempat. Sebaliknya, isi merupakan maksud atau tujuan pantung. Bentuk isi dapat berbagai macam seperti pikiran, perasaan, nasihat, kebenaran, pertanyaan, atau teka-teki. Isi pantun juga mengandung pesan yang disampaikan oleh pemantun kepada orang lain
Jenis-Jenis Pantun
Pantun yang dikenal sekarang dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Jenis-jenis pantun dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Pengelompokan pantung berdasarkan isi berkaitan erat dengan lingkungan pemakai pantun. Berdasarkan isinya, pantun dibedakan menjadi beberapa bagian. Jenis-jenis tersebut dapat dilihat dalam penjelasan berikut :
Pantun anak-anak
Pantun anak-anak berisi tentang dunia anak-anak. Umumnya digunakan anak-anak pada saat bermain atau bersenda gurau. Pantun ini menggambarkan perasaan yang di alami anak-anak. Perasaan yang dialami biasanya adalah perasaan sukacita dan dukacita. Oleh karena itu, pantun anak dibagi menjadi sukacita dan dukacita.
Pantun Sukacita
Berisi ungkapan yang menyatakan sukacita atau kegembiraan. Perasaan sukacita bisa terjadi dalam semua kejadian atau peristiwa. berikut adalah contohnya
Kegembiraaan bersama keluarga
Bintang kecil dilangit biru,
Sangat indah bila dipandang
Kini hatiku menjadi haru
Mendengar ibu segera pulang.
Elok rupanya kumbang janti
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besarlah hati,
Melihat ibu sudah dating
Itik jingga pulang petang,
Lewat rumput jangan sampai luka.
Melihat ayah sudah datang,
Hati cemas berganti suka.
Pohon manga banyaklah batang
Begitu pula pohon jati.
Bunda sampai ayah pun datang
Kami semua senanglah hati.
Saat Mendapat Barang Baru
Orang lari terburu-buru
Dikejar kijang lari kesana
Lihatlah lihat ini baju baru
Tidak hanya baju juga celana
Anak macan di tepi hutan
Masuk ke kendang memakan pisang
Senang hati tidak tertahan
Mendapat baju juga selendang
Saya memang pandai menari
Semua tari saya tarikan,
Ini sepatu-sepatu tari
Ayahku saying yang membelikan
Saat Bermain
Lihatlah lihat seorang peri
Peri berteman dengan Bima
Mari teman mari kemari
Ayo kita bermain Bersama
Memetik manga di malam sunyi,
Jangan dimakan di pinggir api
Ayok teman kita bernyanyi
Bernyanyi-nyanyi hilang lah sepi
Menyimpan buah di dalam peti,
Peti dibawa di depan muka
Janganlah teman bersedih hati,
Jika bersedih hilanglah suka
Mengungkapkan rasa sayang kepada keluarga
Hitam-hitam si buah manggis,
Biar hitam manis rasanya.
Cup-cup jangan menangis
Ini kakak membawa srikaya
Sayang pisang tiada berjantung
Bunga keluar dari kelopak
Penat sangat ibu mendukung
Adik juga tak mau gelak(tertawa)
Tengah rembang panas teduh,
Peluh badan habis bertitik.
Ayolah adik jangan mengeluh,
Lihat ibu sudah balik
Pantun Dukacita
Berisi ungkapan yang menyatakan perasaan sedih atau duka. Perasaan sedih saat ditinggal orang tua. Sedih saat meratapi nasib yang yatim piatu atau sedih karena mempunyai orang tua tiri.
Contohnya adalah sebagai berikut:
Pohon jati di tepi batu
Tumbuh rimbun menjadi pagar
Menangis adik di depan pintu
Melihat ibu pergi ke pasar
Lurus jalan ke kota kana
Kalua masuk ditarik pajak
Hati siapa yang tak merana
Ditinggal ayah pergi mendadak
Lihatlah lihat mangga itu,
Tumbuh lebat di tepi ara
Saya ini yatim piatu,
Tak ada teman lagi saudara
Ayo teman marilah maju
Mari maju ke Belanda
Semua orang memakai baju
Hanya aku bertelanjang dada
Jalan-jalan ke kota panda,
Lihat itik berlari-lari
Bunda mati bapak tida
Kini aku tinggal sendiri
Pinang tua tidak membeli,
Buah rotan di dukungannya
Orang tua tidak peduli
Akan kesakitan anak kandungnya.
Buah manga di Tanah Sirah
Masak sedikit bawakan bakul
Bapa saya sangat pemarah
Salah sedikit suka memukul
Jawi hitam tidak bertanduk,
Memakan rumput di depan pintu
Lihatlah ayam tidak berinduk,
Demikian aku hidup piatu
Bunga cempaka ditebang rebah.
Kaki sudah bercendawan
Bunda kita pergi ke sawah
Adik di rumah tidak berkawan
Pantun Remaja atau Dewasa
Pantun remaja atau dewasa umumnya digunakan oleh orang dewasa, termasuk juga remaja. Pantun dewasa menggambarkan kehidupan orang dewasa dan remaja. Tema pantun ini biasanya bercerita tentang cinta dan perjuangan mencari nafkah. Tema yang diangkat dalam pantun ini sesuai dengan kehidupan yang dilalui orang dewasa yang mengenal cinta, berkasih-kasihan, kemudian berpisah, beriba hati, dan harus mencari nafkah. Oleh karena itu pantun dewasa atau remaja dibagi menjadi beberapa jenis.
Pantun Perkenalan
Dahulu jenis ini digunakan oleh pemuda untuk berkenalan dengan pemudi yang ia temui. Oleh sebab itu, pantun perkenalan boleh disebut sebagai pembuka jalan untuk mengawali percintaan. Selain itu juga berisi ungkapan perasaan hati untuk berkenalan.
Pantun perkenalan memiliki peran penting dalam hubungan kebudayaan indonesia. karena pantun perkenalan biasanya tidak hanya digunakan ketika seseorang ingin berkenalan baik itu kepada keluarga pasangan ketika bertemu pertama kali secara adat.
Namun juga memiliki peran penting dalam dalam pertemuan budaya yang walau berbeda bahasa namun tetap memilki makna pantun yang sama. Biasanya juga berisi sanjungan atau pujian terhadap orang yang akan diajak berkenalan. Pantun perkenalan harus dibuat dengan hati-hati. Jangan sampai pantun yang digunakan malah menyinggung perasaan orang lain.
Berikut ini adalah contoh pantun perkenalan :
Jalan-jalan ke pasar ikan.
Tidak lupa membeli kerrang
Wahai kawan bolehkah kenalan
Banyak kawan hati pun senang
Ikan laut enak rasanya
Bila dimasak bisa makan
Mendapat kawan senang rasanya
Tentu boleh kita berkenalan
Ikan pari hidup di kali,
Ikan hiu jadi seteru
Aku sungguh senang sekali
Melihat adik berbaju biru
Bunga kembang berawna biru
Tumbuh indah di atas beroya
Adik cantik berbaju biru
Boleh tahu siapa Namanya
Burung merpati terbang melayang
Terbang melayang membawa dadu
Aku datang dari semarang
Ingin bertemu si buah rindu
Bunga mawar milik tuan,
Mawar dibeli dari Surabaya
Kalau boleh abang berkenalan,
Adik cantik siapa yang punya
Bunga mawar di tepi jalan
Jalan indah di tepi pulau
Bolehlah abang datang berkenalan
Asalkan abang tidak bergurau
Apa guna pasang realita
Jika tidak dengan sumbunya
Apa guna bermain mata.
Kalua tidak ada maunya
Indah balai raja belanda
Raja berjalan kesana kemari
Jika sungguh kata adinda
Bolehlah kanda datang kesini
Panjang ruasnya kaki kuda,
Buah berangan dalam jembangan
Asalkan puas di hati kanda
Jangan mencinta berkepanjangan
Pantun berkasih-kasihan
Selain perkenalan, pemuda-pemudi itu bisa berkasih-kasihan. Pantun berkasih-kasihan biasanya berisi curahan hati, perasaan senang, perasaan tidak ingin berpisah, pujian, dan sanjungan.
Contohnya sebagai berikut
Bunga mawar indah jelita
Bunga melati di dalam hati
Mau tahu asalnya cinta
Dari mata turun ke hati
Menanam padi di tepi ladang
Sungguh indah dipandang mata
Boleh dicoba jikalau sayang,
Siapa tahu menjadi cinta
Pohon bambu beridri tegak,
Kena panas di siang hari
Makan tak enak tidur tak nyenyak
Teringat kau si jantung hati
Pergi ke sungai memandikan kerbau
Kerbau mandi bersih badannya
Jika sekarang kau tak mau
Akan kutunggu selamanya
Kalua kanda pergi ke seberang
Kirim dinda sebuah bunga
Kalua kanda menjadi kumbang
Tentu dinda menjadi bunga
Pergi ke pasar keranjang dibawa
Jangan lupa membeli pandan
Jika kanda menjadi nyawa
Maka adinda menjadi badan
Bukan kacang sembarang kacang
Kacang melilit kayu jati
Bukan datang sembarang datang
Datang melihat si jantung hati
Ambil gendang di kampung kandis
Ditabuhi ramai dengan biola
Makin dipandang semakin manis
Di lubuk hati semakin menyala
Batu loyang buat asahan
Batunya hitam sekuat jati
Bimbang siang boleh ditahan
Bimbang malam serasa mati
Banyak orang mengetam pulut
Jangan sampai menjadi mati
Banyak orang karam di laut
Saya sendiri karam di hati
Pantun Perpisahan
Disebut juga dengan pantun perceraian. Pantun perpisahan dibuat unutk menyatakan akhir dari hubungan berkasih-kasihan. Pantun ini berisi kenangan indah yang pernah di lalui, perasaan sedih, atau perasaan tidak ingin berpisah.
Contohnya sebagai berikut:
Membuat roti memakai
Jangan lupa diberi tanda
Kalua kanda terpaksa pergi,
Tinggal dinda menunggu kanda
Pucuk cemara di Laut Banda
Tajam cemara seperti pisau
Sungguh sedih hati adinda
Ditinggal kanda pergi merantau
Mendapat emas harus dibagi
Siapa tahu bisa berkembang
Kalaulah harus berpisah lagi
Hati ini sedih dan bimbang
Datang selasij berdiri tegak.
Berdaun lebat tidak merata
Jika bercerai katakan tidak
Meski harus berkorban harta
Naik ke gunung di tepi hutan
Gunungnya tinggi tidak terbayang
Hanya berjanji di atas tangan,
Janji yang lama sudahlah terbang
Kalua ada sumur di ladang
Boleh saya menumpang mandi
Kalau ada umur yang Panjang
Boleh kita berjumpa lagi
Bunga lada tingginya sama
Petik satu setangkai melati
Engkau pergi terlalu lama
Manalah sanggup aku menanti
Petik satu setangkal melati
Untuk hiasan sebuah pita
Tidak disangka akan begini
Kanda pergi taka da berita
Pucuk jauh selara pauh
Sembilu jadi diledungkan
Adik jauh kakanda jauh
Kalua rindu sama renungkan
Patah pasak di saat pagi
Patah di ruang bunga kiambang
Kalaulah tidak bertemu lagi
Bulan yang terang sama dipandang
Kayu mempoyan kulitnya manis,
Patah galah dalam paya
Laku wanita mulutnya manis
Bicara sepatah jangan dipercaya
Tinggi bukit Gunung Siantan,
Tempat orang mendapat telur
Kanda pergi dinda tak makan
Tinggal dendam tak bisa tidur
Pantun Beriba Hati
Menyatakan perasaan sedih ditinggal atau ditolak sang kekasih. Oleh karena itu, pantun beriba hati berisi penyesalan, kekecewaan, atau terkadang ancaman. Ada juga yang berisi pernyataan untuk mengasihani diri sendiri. Terkadang isi pantun beriba hati hamper sama dengan pantun perpisahan.
Berikut ini adalah contoh pantun beriba hati:
Jauh di rantau di tepi hutan,
Jauhnya hutan tiada berperi
Janganlah saya kanda tinggalkan
Setelah ditinggal ibalah diri
Harum sungguh bunga melati
Kembang setangkai di waktu pagi
Hancur sungguh rasa di hati
Sedang berkasih ditinggal pergi
Harum sungguh bunga melati,
Kembang setangkai di waktu pagi
Hancur sungguh rasa di hati
Sedang berkasih ditinggal pergi
Bintang bersinar di dalam kelam.
Sampai malam tak terlihat terang
Disangka panas sampai malam
Ternyata hujan datang membayang
Anak kelinci di Padang Terap
Melompat-lompat dengan senang hati
Setiap hari dinda berharap
Berharap dengan mengiba hati
Jalan-jalan membeli baki
Jangan lupa membeli kain
Kanda dulu saya miliki
Sekarang sudah milik yang lain
Jangan begitu tarah papan
Jauh rimbanya pada bumi
Jangan begitu kata talan
Jauh ibanya hati kami
Anak orang di Tanjung Sani
Duduk bersandar di pedate
Tidak disangka akan begini
Pisau dikandung makan di hati
Anak orang di Padang Tarap
Peram pisang dalam jemari
Kami selalu diberi harap
Itu mengiba hati kami.
Pantun Dagang atau Nasib
Biasa disebut juga dengan pantun nasib, biasa ditulis orang saat mengenang nasibnya. Pantun dagang berisi perasaan yang dialami seseorang. Baik perasaan tertekan, sedih, atau merana karena harus jauh dari tempat tinggal.
Contoh
Mencari ikan di tebing tinggi
Ikan berenang di balik karang
Mengingat nasib jangan ditangisi,
Nasib badan di kota orang
Ayam jantan si ayam jalak
Jaguh si Antan nama diberi
Rezeki tidak saya tolak,
Musuh tidak say acari
Menanam ubi di tepi ladang,
Ubi ditanam bertambah besar
Aku tak untung dalam berdagang
Selalu menanggung rugi besar
Buah manggis ada di hutan
Jika masak dibawa pulang
Hancur hati mengenang tuan
Harus berdagang di negeri orang
Sapi berjalan menarik kereta
Tiba-tiba berjalan mundur
Alangkah buruk nasib kita
Masih bekerja saat tidur
Kapal ikan mengelilingi pulau
Singgah sebentar di tepi karang
Meski ada di tanah rantau
Nasib saya selalu malang
Tarik tangan memohon ampun
Tangan lepas di tengah kampung
Hari petang matahari turun
Senanglah saya beroleh untung
Bunga senduduk buat kiriman,
Dari Gresik ke Surabaya
Jikalau duduk yang demikian,
Wahai nasib apalah daya
Dari Gresik ke Surabaya
Pagar siapa saya hancurkan
Wahai nasib apalah daya
Pada siapa saya sesalkan
Anak orang di Sungai paku.
Tanjong padan telurnya redup
Tak ada orang seperti aku
Menanggung susah seumur hidup
Orang teluk ke Surabaya
Di Surabaya membeli bata
Alangkah buruk nasib saya
Tidur bertilam air mata
Pantun Dewasa
Pantun Dewasa berisi tentang pengajaran yang diberikan oleh orang yang lebih tua. Selain pengajaran, pantun dewasa juga berisi nasihat, ibarat, atau sindiran kepada orang yang lebih muda. Selain itu biasa juga dipakai dalam pertemuan adat sebagai selingan dalam berdebat. Pantun orang tua memiliki beberapa jenis, untuk jenisnya adalah sebagai berikut :
Pantun Adat
Berisi tentang pengajaran unutk menjaga adat yang berlaku. Dengan adanya pantun ini, orang muda diharapkan dapat mengunjungi tinggi adat dan kebudayaan yang di anut. Anak muda diharapkan agar tidak menyimpang dari ada yang ditentukan.
Contoh
Pohon kelapa buahnya lebat,
Ayolah pilih yang paling ranum
Janganlah kawan lupakan adat,
Karena adat adalah hukum
Ikan pari bersenang-senang
Ikan hiu meraih asa
Syair indah adalah tembang
Bunyi yang baik adalah bahasa
Lihat kakek membawa bambu
Pergi berjalan ke kampung raga
Dari nenek turun ke ibu
Adat budaya perlu dijaga
Ikan berenang di dalam lubuk
Ikan belida dadanya Panjang
Adat pinang pulang ke tampuk
Adat sirih pulang ke gagang
Lebat daun bunga tanjong,
Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Akan terpelihara adat pusaka
Pantun Nasehat
pantun yang mengandung nasehat biasa disebut sebagai pantun nasehat. Dibuat agar anak muda selalu ingat dan melakukan nasihat-nasihat yang didapat. Berikut adalah contohnya:
Satu dua sampai sepuluh
Lima enam tujuh delapan
Tuntutlah ilmu dengan seungguh
Supaya jangan ketinggalan
Ayam hitam tidak berbulu
Kalua dilihat membuat tertawa
Kalua bicara dipikir dulu
Supaya jangan membuat kecewa
Kain dihias dengan suji
Suji dibuat serupa kembang
Janganlah kita beringkar janji
Kelak bisa dibenci orang.
Berburu rusa di tanah datar,
Banyak rintangan datang menghadan
Jika kamu malas belajar
Jangan harap nikmatkan datang.
Pantun Agama
berisi pengajaran untuk taat kepada agama yang dianut. Pantun agama mengingatkan siapapun untuk melakukan ajaran agama yang mereka anut. Berikut adalah contohnya:
Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam berenang-renang
Menangis badan di alam kubur
Mengingat badan tidak sembahyang
Buah duku jatuh di semak
Semak dibuka duku dimana
Apalah guna ilmunya banyak
Tidak sembahyang tiada berguna
Pergi ke took membeli tomat,
Obat diminum di dalam rumah.
Dunia akhirat takkan selamat
Jika kamu tidak ibadah
Banyaklah masa diantara masa
Tidak seindah masa berlalu
Tidak sembahyang sudah biasa
Membuat setan jadi sekutu
Pantun Budi
Berisi pengajaran untuk berbuat baik kepada semua orang. Pantun budi akan mengingatkan bahwa kebaikan yang dibuat seseorang tidak akan hilang. Berikut adalah contohnya:
Emas merah dibawa berlayar
Disimpan erat di dalam peti
Hutang emas bisa dibayar
Hutang budi dibawa mati
Ibu ayah segera datang,
Datang membawa buah manga
Janganlah lupa kebaikan orang
Kebaikan orang sangat berharga
Sulit benar membuat batik
Kalua usaha tetaplah jadi
Apa guna berwajah cantik
Jikalau tidak memiliki budi
Anak angsa mati lemas,
Mati lemas di air asin
Hilang bahasa karena emas
Hilang budi karena miskin
Pantun Kepahlawanan
memberi semangat kepada seseorang untuk melakukan perjuangan. Pantun kepahlawanan juga menunjukkan jasa-jasa para pahlawan. Dengan demikian, kita tidak melupakan jasa para pahlawan. Berikut adalah contohnya:
Adakah perisai bertali rambut,
Rambut dipintal akan cemara
Apakah kamu merasa takut,
Jangan takut hai kaum perkasa
Burung jalak burung nuri.
Semua terbang di depan mata
Kalua mau jangan mencuri
Mari kita beradu mata
Kalua orang menjaring angka
Di dalam pengukus rebung seiris
Kalua arang tercorong ke muka
Penghapusnya ujung keris
Burung pungguk terbang riuh
Hinggap di dahan mencari makan
Hidup jangan mencari musuh
Lebih baik mencari kawan
Pantun Teka-Teki
Berisi pertanyaan yang bisa di jawab. Serta biasa digunakan anak-anak untuk bermain tebak-tebakan atau berbalas pantun. Berikut ini adalah contoh jenis pantun teka-teki:
Bejalan-jalan kaki dibuka
Jangna lupa membawa nasi
Ayo kawan cobalah terka,
Semakin tua semakin berisi
Jawabanya : Balon
Naik kuda berlari kesana
Dengan bernyanyi tak henti-henti
Jika kamu benar bijaksana
Hewan apa tanduk di kaki
Jawabanya : Ayam Jago
Anak-anak bermain batu
Batu ditata satu per Satu
Badannya lurus bermata Satu
Ekornya tajam apakah itu?
Jawabanya : jarum
Herlayar Bersama ke pulau bintan
Menyusuri tepi Selat Malaka
Lebar kepala dari badan
Ikan apakah cobalah terka?
Jawabanya : Ikan pari
Pantun Jenaka
Biasa digunakan orang untuk menghibur hati dan bersenang-senang, jenis ini berisi pernyataan yang akan membuat orang lain tertawa atau menghibur. Pantun ini dibuat bukan untuk menghina siapapun, melainkan untuk menghibur semua orang. Agar setiap orang melupakan setiap masalahnya dan bergembira. Contohnya adalah berikut:
Limau purut di tepi rawa
Buah dilanting belum wasak
Sakit perut sebab tertawa
Melihat kucing duduk berbedak
Ambil segulung rotan tua
Sudah diambil mari diurut
Duduk termenung harimau tua
Melihat kambing mencabut janggut
Janda berhias merambah karang
Sirih kuning disangka serai
Melihat tikus mengasah parang
Datang kucing meminta damai
Sudah diambil mari diurut
Mari diurut dibawah tangga
Melihat kambing mencabut janggut
Gajah pula mengorek telinga
Ada juga jenis ini yang digunakan candaan, namun terkesan penggunaannya untuk mengolok kelemahan orang lain, maka dari itu perlu berhati-hati dalam menggunakannya, jangan sampai menyakiti perasaan orang lain.
Langkah-Langkah Membuat Pantun
Membuat pantun tidaklah sulit, ada beberapa Langkah yang perlu kamu ikuti sebagai berikut:
Menentukan dahulu topik atau tema – tema dapat apa saja. Tema dapat berasal dari pengalaman pribadi, perasaan hati, peristiwa yang dilihat, atau didengar. Misalnya, kamu mengambil tema rajin belajar atau menabung
Memilih jenis pantun yang kamu buat – pilihlah jenis yang sesuai dengan tema yang dipilih. Seperti sukacita, dukacita, perkenalan, ataupun berkasih-kasihan. Tema itu kemudian kamu terapkan dalam jenis pantung yang telah kamu pilih. Misalnya, tema rajin belajar untuk pantun nasihat. Tema menabung untuk pantun suka cita.
Menulis dahulu isi, yaitu larik ketiga dan keempat – tulislah isi pantun yang sesuai dengan tema yang dipilih. Isi harus mencerminkan tema. Isi pantun yang kamu tulis dapat digunakan untuk menasihati,menghibur, atau menjelaskan sesuatu. Contohnya:
Ayo belajar membanting tulang,
Janganlah jangan utamakan main
Ayo menabung setiap hari,
Dengan menabung membawa untung
Membuat kalimat sampiran – kalimat sampiran tidak perlu berhubungan dengan kalimat isinya. Yang penting bunyi akhir sampiran harus sama dengan bunyi akhir kalimat isi. Sampiran berfungsi untuk menarik orang lain agar membaca . Untuk itu, sampiran harus menggunakan kata-kata yang menarik. Usahakan dengan membaca sampiran orang akan lebih tertarik memahami isinya
Contohnya:
Jalan-jalan ke pasar barang,
Tidak lupa membeli kain.
Jalan ke tepi kali,
Jangan lupa membawa bumbung.
Menggabungkan isi dan sampiran yang sudah dibuat – jangan lupa untuk meletakkan sampiran diatas isi, setelah itu, koreksi Kembali pantun yang telah dibuat. Pastikan terdiri atas 8-12 suku kata. Pastikan bunyi akhir pantun adalah a b a b. ingat, baris pertama dan kedua saling berhubungan satu sama lain. Begitu juga dengan baris ketiga dan keempat. Oleh karena itu, baris pertama dan ketiga diawali dengan huruf kapital dan di akhiri dengan tanda koma. Dan baris kedua dan keempat diawali huruf kecil dan diakhiri dengan tanda titik.
Contoh:
Jalan-jalan kepasa barang,
tidak lupa membeli kain.
Ayo belajar membanting tulang,
janganlah jangan utamakan main.
Contoh Makna Pantun
Pantun memiliki isi dalam baris ketiga dan ke empat, namun setiap isi pesan pantun juga memiliki makna yang luas bila kita memaknai isi pesan dalam pantun lebih dalam. berikut ini adalah makna yang bisa kita dapatkan dari beberapa pantun berikut:
Bunga melati tercium wangi
Masih terasa sampai tubuh
Jangan lupa mandi pagi
Agar sehat seluruh tubuh
Apakah makna dari pantun tersebut?
Makna pada pantun diatas memberikan kita nasihat untuk selalu mandi di pagi hari, karena mandi pagi memberikan baik untuk kesehatan seluruh tubuh.
Pisang susu dimakan ketika fajar
Yang dimakan sebab masa hanya sebiji
Hutang berlian bisa dibayar
Dibawa mati hutang budi
Pantun diatas memiliki makna bahwa semua hutang yang bersifat material seperti harta bisa dibayar berapapun banyaknya, namun hutang budi kepada orang lain tidak akan bisa dibayar menggunakan seluruh harta sekalipun dan akan diingat hingga dia mati.
101 Contoh Pantun dengan Berbagai Tema
Pantun Bersukacita
Hiu beli belana beli
Udang di manggung beli pula
Adik benci kaka pun benci,
Orang di kampung benci pula
Juragan Bernama sutan tahrir,
Muat beras bercampur pulut
Selama adikku lahir,
Telah boleh kawan bergelut
Jawi hitam tidak bertanduk
Memakan rumput di atas munggu
Lihatlah ayam tidak bertanduk,
Demikin hidup anak piatu
Kulit lembut celupkan samak,
Mari dibuat tapak kasut
Harta dunia janganlah tamak
Kalua mati tidak mengikut
Elok rupanya kumbang janti
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang
Emas urai dalam geleta,
Kain pendukung koyak di bendi
Biar berurai air mata
Ayah kandung tidak peduli
Hanyut batang berlilit kupai
Terdampar di ujung tanjong jati.
Bunda pulang bapa pun sampai
Kamu semua berbesar hati.
Hanyutlah dari pulau kukus,
Labah-labah beribu-ribu
Apa kehendak tidak tulus,
Tambahan tidak menaruh ibu
Kayu rusak ambil petanak
Masalah pauh di peram serang
Baju tidak celana tidak,
Kakak jauh dirantau orang
Kita menari diluar bilik
Sebarang tari kita tarik
Kita bernyanyi adik-beradik
Sebarang nyanyi kita nyanyikan
Kepala muda makan di sawah
Tuan haji duduk sembahyang
Ketika bermuka dengan ayah
Ibu tiri berupa sayang
Kuini tumbuh di badan
Kebarat condong buahnya
Kalua begini peruntungan badan
Alamat melarat kesudahannya
Lurus jalannya ke tanjung sani
Berkelok tentang ladang lada
Jauh bedanya nasibku ini,
Dengan anak orang serada
Lancuan kain selendang
Pandan berjemur diujung pagar
Kawan bermain sama gendang
Badan tidur bergulung tikar
Manis sungguh tebu seberang
Dari akar sampai ke pucuk
Manis sungguh mulut orang
Kita nangis jadi terbujuk
Orang bandung memintal kapas,
Anak cina berkancing tilang
Ayah kandung pulang lekas
Anak anda rindu bukan kepalang
Pisang mas bawa berlayar
Masak sebiji di atas peti
Utang mas boleh dibayar
Utang budi dibawa mati
20 tiada boleh menetak jati,
Papan di jawa dibelah-belah
Tiada boleh kehendak hati
Kita dibawah perintah Allah
Pantun Berdukacita
Ke pasar membeli buah manggis
Jangan lupa membeli Nangka
Hari ini aku menangis
Karena aku di mari orang tua
Jalan-jalan sama kekasih
Tak lupa mampir kepantai
Hari ini aku sedih
Karena PR ku belum selesai
Siang hari pakai alas sendal
Siang hari pakai alas sendal
Hari ini aku sangat kesal
Karena nilaiku jelek sekali
Pergi sekolah lewat kali
Tak lupa pamit orang tua
Hari ini aku kesal sekali
Karena nilaiku dapat enam dua
Pantun Dagang atau Nasib
Ikan arwana bersisip delapan
Satu terjepit dahan cempaka
Sudah nasib sudah suratan
Ibu sakit papa Tekena pehaka
Pagi ini bibi kepasar
Terbang belikis lari ke sarang
Hati ini menjadi gusar
Barang habis dicuri orang
Tudung saji hanyut terapung.
Hanyut terapung di air sungai
Niat hati hendak pulang kampung
Apa daya tangan tak sampai
Dari malakake negri Pahang
Indah di Kendal beli kuini
Saya ini dagang menumpang
Mengharap belas orang disini
Pukul gendang kulit biawak
Sedikit tidak berdentum lagi
Hendak ke mana untung kubawa
Sedikit pun tidak beruntung lagi
Gedang-gedang kay di rimba
Sike duduk degung berdegung
Kadang-kadang hatiku iba
Setiap saat duduk termenung
Berlari-lari ke kayu sepat
Di sana tempat sarang belalang
Berlari-lari mencari obat
Obat dapat nyawa telah hilang
Meninjau padi telah masak
Batang kapas bertimbal jalan
Hati risau di bawa gelak
Bagai panas mengandug hujan
Bukit puisi bukit berderai
Tanahnya liat berbatu-batu
Walau kini badan bercerai
Tapi tidak berlama-lama
Berdentum tentang ombak purus
Berdentum tentang pariaman
Dimana badan takkan kurus
Anak delapan yang di tanggugkan
Kalau tidak tahu dirumah raja
Liahtlah pandan yang berduri
Kalua tidak tahu di untung hamba
Dapat petang habis pagi
Ada di timba bandar padang
Biuluk juga yang tertimba
Ada di tiru yang di orang
Yang buruk jua yang bersua
Usah ditimpa bandar padang
Makin ditimpa makin keruh
Usah di cinta anak dagang
Makin di cinta makin jauh
Kapal perak pendayung perak
Nahkoda dari tanah jawa
Berkapak tidak beribu pun tidak
Ke mana untung akan di bawa
Apa direndang di kuali
Beras siarang belum masak
Apa di pandang kepada kami
Emas kurang bangsa pun tidak
Orang menampi di halaman
Anak raja pergi ke tungkai
Tuan hendak pergi jalan
Hamba tak suka di tinggalkan
Berlari-lari bukanlah kijang
Pandan tersandar di ujungnya
Bernyanyi-nyanyi bukanlah girang
Badan tersadar di untungnya
Singkarak kota tinggi
Sumanip menghadap dulang
Awan berarang hamba tangisi
Badan jauh di rantau orang
Pantun berkenalan
Kayu manis di kedai rempah
Dibeli untuk bumbu masakan
Adik manis tidakkah marah
Kalua abang mau kenalan?
Kedai rempah di pinggir jalan
Menjual banyak bumbu yang lain
Mengapa marah hanya kenalan
Asal tidak menuju yang lain
Kota batu deket ke malang,
Kotanya sejuk indah pemandangan
Hanya begitu tekad abang
Biasanya merajuk untuk berkenalan
Menjual kain motifnya batik
Karena batik banyak pilihannya
Apa yang lain maksudnya adik
Kalua tertarik kan nggk ada salahnya?
Jangan buang sampah sembarangan
Masukkan dia ke tempat yang tersedia
Jangan lah marah ke abang sembarangan
Katakana saja adik tidak bersedia
Pantun Berkasih-kasihan
Coba-coba menanam mumbang
Moga-moga tumbuh kelapa
Coba-coba bertanam sayang
Moga-moga menjadi cinta
Limau purut lebat dipangkal
Sayang selasih condong uratnya
Angin rebut dapat ditangkal
Hati yang kasih apa obatnya
Ikan belanak hilir berenang
Burung dara membuat sarang
Makan tak enak tidur tak tenang
Hanya teringat dinda seorang
Anak kera di atas bukit
Dipanah oleh indera sakti
Dipandang muka senyum sedikit
Karena sama menaruh hati
Ikan sepat dimasak berlada
Kutunggu di gulai anak di seberang
Jika tak dapat dimasa muda
Kutunggu sampai beranak seorang
Kalau tuan pergi ke tanjung
Kirim saya sehelai baju
Kalua tuang menjadi burugn
Sahaya menjadi ranting kayu
Kalau tuan pergi ke tanjung
Belikan sahaya pisau lipat
Kalua tuan menjadi burung
Sahaya menjadi benang pengikat
Kalau tuan mencari buah
Sahaya pun mencari pandan
Jikalau tuan menjadi nyawa
Sahaya pun menjadi badan
Anak itik mulailah terbang
Ambilkan dedak berilah makan
Janganlah adik merasa bimbang
Segala kehendak abang tunaikan
Membawa peti dari malaka
Berisi pakaian si anak Raja
Kalua hati sudah merasa suka
Semua keadaan indah dimata
Ikan batu di atas bara
Pohon selasih di tepi kota
Pikiran buntu badan sengsara
Bila kekasih jauh di mata
Ada budak membuang dedak
Penuh setimba di celah batu
Berdua tidak, bertiga pun tidak
Kekasih hamba hanyalah Satu
Dinda cantik tinggi semampai
Dada bidang rambut mengurai
Putih melepak lembut gemulai
Kakanda melihat rasa terkulai
Walau banyak bunga di taman
Bunga mawar masih dikenang
Walau banyak kupunya teman
Dalam hatiku dinda seorang
Pohon selasih tumbuh melata
Tumbuh perdu jauh disana
Sepasang kasih mabuk bercinta
Siang merindu malam merana
Tinggi-tinggi burung merbuk
Terbang melayang ke tanah rata
Hati teringat mulut menyebut
Wajah terbayang di depan mata
Sayang-sayang mabuk kepayang
Bunga di taman disunting kumbang
Belum dapat abang disayang
Sudah dapat abang dibuang
Melompat belalang di atas kapuk
Melihat orang hendak berperang
Alangkah malang si bujang lapuk
Bunga di tangan disambar orang
Kalau ada sumur di ladang
Mandi jangan di bulan terang
Sudah nasib celaka badan
Tunangan hilang dibawa orang
Ikan di laut asam di darat
Dalam kuali bertemu jua
Orang jauh berkirim surat
Berkali-kali dibaca juga
Sayang selasih tidak berbunga
Engganlah kumbang untuk menyapa
Sayang kekasih tidak setia
Badan merana kini jadinya
Pantun Berceraian
Pucuk pauh delima batu
Anak sembilang di tapak tangan
Biar jauh dinegeri Satu
Hilang di mata di hati jangan
Bagaimana tidak dikenang
Pucuknya pauh selasih Jambi
Bagaimana tidak terkenang
Dagang yang jauh kekasih hati
Duhai selasih janganlah tinggi
Kalaupun tinggi berdaun jangan
Duhai kekasih janganlah pergi
Kalaupun pergi bertahun jangan
Batang selasih mainan budak
Berdaun sehelai dimakan kuda
Bercerai kasih beralak tidak
Seribu tahun Kembali juga
Bunga cina bunga karangan
Tanamlah rapat tepi perigi
Adik dimana abang gerangan
Bilalah dapat bertemu lagi
Pantun Beriba Hati
Jangan begitu tarah papan
Jauh rimbanya padi jambi
Jangan begitu kata talan
Jauh ibanya hati kami
Orang padang ke Sukabumi
Berangkat dari Pulan karam
Jangan dilumpang biduk kami
Biduk tiris menanti karam
Orang serati pergi ke Cina
Dari kuala lalu ke pekan
Kalua seperti bersunting bunga
Sudah layu orang campakan
Pantun jenaka
Naik ke bukit membeli lada
Lada sebiji dibelah tujuh
Apanya sakit berbini janda
Anak tiri boleh disuruh
Orang sasak pergi ke Bali
Membawa pelita semuanya
Berbisik pekak dengan tuli
Tertawa si buta melihatnya
Ada apa di seberang itu
Mentimun busuk dimakan orang
Ada apa di seberang itu
Bujang bungkuk gadis belong
Limau purut di tepi rawa
Buah dilanting belum masak
Sakit perut sebab tertawa
Melihat kucing duduk berdebak
Pantun Nasihat
Kayu cendana di atas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang
Kemuning di tengah balai
Bertumbuh terus semakin tinggi
Berunding dengan orang tak pandai
Bagaikan alu pencungkil duri
Parang diletak ke batang sena
Belah buluh taruhlah temu
Barang dikerja takkan sempurna
Bila tak penuh menaruh ilmu
Padang temu padang baiduri
Tempat raja membangun kota
Bijak bertemu dengan jauhari
Bagaikan cincin dengan permata
Ngun Syah Betara Sakti
Panahnya Bernama Nila Gandi
Bilanya emas banyak dipeti
Pantun adat
Menanam kelapa di pulau
Bukum tinggi sedepa sudah berbuah
Adat bermula dengan hukum
Hukum bersandar di kitabullah
Ikan berenang di dalam lubuk
Ikan belida dadanya Panjang
Adat pinang pulang ke tampuk
Adat sirih pulang ke gagang
Lebat daun bunga tanjung
Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara adat pusaka
Bukan lebah sebarang lebah
Lebah bersarang di buku buluh
Bukan sembah sembarang sembah
Sembah bersarang jari sepuluh
Pohon Nangka berbuah lebat
Bilalah masak harum juga
Berumpun pusaka berupa adat
Daerah berluhak alam beraja
Banyak bulan perkara bulan
Tidak semulia bulan puasa
Bayak Tuhan perkara Tuhan
Tidak semulia Tuhan Yang Esa
Daun terap di atas dulang
Anak udang mati di tuba
Dalam kita ada terlarang
Yang haram jangan dicoba
Bunga kenanga diatas kubur
Pucuk sari pandang jawa
Apa guna sombong dan takabur
Rusak hati badan binasa
Anak ayam turun sepuluh
Mati seekor tinggal Sembilan
Bangun pagi sembahyang subuh
Minta ampun kepada Tuhan
Pantun Agama
kalau bukan rindukan Mentari
Tentu malam akan rindu siang
Kalua hati cinta ilahi
Tentu dirinya akan merasa tenang
Hidup manusia hanyalah sekali
Waktu tak terasa dijemput mati
Kerakusan insan takkan pernah berhenti
Kecuali kubur telah mengunci diri hingga mati
Air dan api selalu berlawanan
Langit dan Bumi adalah berjauhan
Kalau hati penuh kedengkian
Siapalah orang yang akan mau berteman
Serigala suka makan garam
Dia makan pakai tiga moncong
Rumah kumuh sangat seram
Karena ada banyak pocong
Buat apa berbaju batik kalua
Tidak pake selendang
Buat apa berwajah cantik
Kalau tidak mau sembahyang
Pergi ke pantai membawa tikar
Harus permisi pada orang tua
Anak baik dan anak pintar
Pasti disayang oleh semua
Belatuk di atas dahan
Terbang pergi ke lain pokok
Hidup mati di tangan Tuhan
Kepada Allah kita bermohon
Halia ini tanam-tanaman
Ke Barat juga akan rebahnya
Dunia ini pinjam-pinjaman
Ke akhirat juga akan sudahnya
Redup bulan Nampak nak hujan
Pasang pelita sampai berjelaga
Hidup mati di tangan Tuhan
Tiada siapa dapat menduga
Kulit lembu celup samak
Mari buat tapak kasut
Harta dunia janganlah tamak
Kalua mati tidak diikut
Salah satu penyebab terdegradasinya makna pantun bagi masyarakat adalah tidak mengenal definisinya itu sendiri. Bagi Sebagian masyarakat yang tidak mengetahui makna filosofisnya. Dan hanya dianggap sebagai sebuah ucapan tanpa makna filosofis yang sangat mendalam.
Padahal tidak hanya sebuah karya sastra, namun juga sebuah hasil peradaban yang berasal dari pemikiran bangsa yang besar dan sangat arif terhadap kehidupannya. Semoga pembahasan ini memberi makna yang lebih baik dari pantun itu sendiri
Baca juga : Kumpulan Pantun Melayu