aksara Lampung dan anak huruf dan Keindahan 7 Gaya Penulisannya!

By | 2023-08-29

aksara-lampung-dan-anak-huruf

aksara Lampung dan anak huruf – Pada masa lampau, terutama saat pra-perang dunia kedua, masyarakat lampung memiliki tingkat literasi yang tinggi. Aksara lampung digunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk menulis hukum adat, surat-suratan pergaulan maupun persuratan penting, mantera sihir, petuah-petuah, dan obat-obatan tradisional. Media tulis aksara lampung dan anak huruf antara lain kulit kayu, bambu, dan lempengan logam.

Apa itu Aksara?

Aksara adalah sistem penulisan yang menjadi jembatan komunikasi tertulis antara manusia. Dalam dunia kebahasaan, aksara berperan penting dalam merekam dan menyampaikan informasi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan menggunakan simbol-simbol tertentu, aksara mampu mengabadikan bahasa dan budaya suatu masyarakat. Di Indonesia, tiap daerah memiliki aksara sendiri yang mencerminkan kekayaan dan keunikan budaya lokal. Aksara bukan hanya alat praktis untuk berkomunikasi secara tertulis, tetapi juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari identitas suatu kelompok.

Salah satu contoh aksara adalah Aksara Lampung. Aksara ini memiliki gaya penulisan khas yang memadukan huruf-huruf dengan tanda-tanda diakritik untuk merepresentasikan bunyi-bunyi dalam bahasa. Dengan demikian, Aksara Lampung mampu menggambarkan suara-suara bahasa Lampung dengan baik dalam bentuk tulisan. Pentingnya aksara dalam mempertahankan kebudayaan dan menyebarkan ilmu pengetahuan adalah nyata. Oleh karena itu, pemahaman tentang aksara tak hanya merupakan warisan berharga yang harus dijaga, tetapi juga merupakan investasi dalam melestarikan identitas budaya dan sejarah suatu daerah.

Baca juga : Aksara Jawa Lan Pasangane Lengkap

Aksara Lampung

aksara lampung dan anak huruf secara ilmiah merupakan turunan aksara Pallawa dan merupakan aksara rumpun Ulu yang mana dapat diketahui dari kemiripan strukturnya. Tiada cerita rakyat yang spesifik menjadi legenda terciptanya aksara ini, selain kisah bahwa dahulu penduduk lampung menggores tanda-tanda pada kayu dan jalan agar tak tersesat, kemudian tanda-tanda inilah yang berkembang menjadi tulisan Lampung.

Bentuk dan Ciri Khas Aksara Lampung dan Hurufnya

Aksara Lampung dan anak huruf memiliki bentuk yang unik dan khas, mencerminkan estetika serta keindahan alam dan budaya suku Lampung. Dengan garis-garis tajam dan geometris, aksara ini memancarkan keanggunan dan kekuatan dalam setiap hurufnya. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai bentuk dan ciri khas yang membedakan aksara Lampung dari sistem tulisan lainnya.

1. Geometri yang Elegan

Bentuk aksara Lampung didasarkan pada garis-garis tajam dan lengkungan yang membentuk pola geometris. Setiap hurufnya terdiri dari garis-garis lurus dan lengkung yang saling bersilangan, menghasilkan komposisi visual yang menawan. Keberanian dalam menggabungkan garis-garis yang berbeda memberikan aksara Lampung daya tarik artistik yang khas.

2. Simbolisme Alam dan Lingkungan

Bentuk aksara Lampung sering kali terinspirasi oleh unsur-unsur alam dan lingkungan sekitar. Kita dapat menemukan simbol-simbol yang mengingatkan pada daun, bunga, dan bahkan binatang tertentu. Hal ini mencerminkan kedekatan suku Lampung dengan alam dan makhluk hidup di sekitar mereka, serta pandangan mereka tentang harmoni antara manusia dan alam.

3. Asimetri yang Menarik

Salah satu ciri menarik dari aksara Lampung adalah penggunaan asimetri dalam komposisi huruf. Tidak seperti banyak sistem tulisan lain yang cenderung simetris, aksara Lampung memanfaatkan permainan asimetri untuk menciptakan kesan visual yang lebih dinamis dan unik. Ini memberikan tampilan yang tidak konvensional dan mencerminkan eksplorasi kreatif dalam desain huruf.

4. Kedalaman Makna dalam Setiap Huruf

aksara Lampung dan anak huruf – Tidak hanya memiliki bentuk yang indah, aksara Lampung juga mengandung makna yang dalam. Masyarakat Lampung sering kali mengaitkan setiap huruf dengan nilai-nilai budaya, cerita lisan, atau bahkan filosofi hidup. Dalam setiap tanda tulisan, terdapat lapisan-lapisan makna yang memperkaya pemahaman tentang identitas dan pemikiran suku Lampung.

5. Bentuk Variatif

Aksara Lampung memiliki beragam bentuk yang terdiri dari garis-garis lurus, lengkung, dan tajam. Terdapat kombinasi yang berbeda dalam setiap huruf, sehingga menghasilkan variasi visual yang menarik. Bentuk-bentuk ini juga dapat mengandung pesan-pesan yang berbeda tergantung pada konteks penggunaannya, baik dalam naskah sastra, doa, atau upacara adat.

6. Penerapan dalam Seni dan Kehidupan Sehari-hari

aksara Lampung dan anak huruf – Selain dalam penulisan, aksara Lampung juga sering diterapkan dalam seni dan karya kerajinan. Kita dapat menemukan aksara Lampung di hiasan rumah, tekstil, dan berbagai produk kerajinan tangan. Hal ini mencerminkan pentingnya aksara ini dalam ekspresi budaya sehari-hari suku Lampung.

Sekilas tentang Surat Ulu

aksara Lampung dan anak huruf – Surat Ulu dalam aksara Lampung merujuk pada kumpulan huruf konsonan dasar yang digunakan dalam sistem penulisan. Dalam konteks Aksara Lampung, “ulu” memiliki arti konsonan atau huruf mati. Surat Ulu ini merupakan dasar dari sistem penulisan aksara Lampung dan merupakan fondasi dari penulisan seluruh suku kata dan kata dalam bahasa Lampung.

Surat Ulu terdiri dari serangkaian huruf konsonan yang merepresentasikan bunyi-bunyi konsonan dalam bahasa Lampung. Setiap huruf dalam Surat Ulu tidak memiliki tanda diakritik tambahan yang mengindikasikan bunyi vokal, kecuali ada kebutuhan untuk menuliskan bunyi vokal tertentu yang dilambangkan dengan tanda anak suara (anak sukhat) atau tanda anak lungsi (anak lungsi).

Contoh beberapa huruf dalam Surat Ulu Aksara Lampung:

  • KA
  • GA
  • NGA
  • PA
  • BA
  • MA
  • TA
  • DA
  • NA
  • SA
  • RA
  • WA
  • LLA

aksara Lampung dan anak huruf- Surat Ulu merupakan dasar dari sistem penulisan dalam aksara Lampung. Dengan menggunakan huruf-huruf konsonan dari Surat Ulu dan menambahkan tanda diakritik sesuai dengan bunyi vokal yang diperlukan, penulis dapat menuliskan seluruh kata-kata dalam bahasa Lampung dengan sistem yang lebih terstruktur dan efisien.

Informasi tentang aksara lampung

  • Sitem Aksara : Abugida
  • Wilayah Penggunaan : Provinsi Lampung – Indonesia
  • Periode Kemunculan :  Abad ke-20 M (Lampung baru)
  • Aksara kerabat : Aksara Ulu, Aksara Kerinci
  • Bahasa : Lampung, Indonesia
  • Arah Penulisan : Kiri ke kanan
  • Baris Unicode : Belum ada
  • Nama lain : Had Lappung, Had Lampung, Aksara Kaganga
  • Variasi : Baku (baru), Lama

untuk semakin menambah wawasan kalian tentang aksara lampung, sipantun juga memberikan informasi seputar huruf dan angka aksara lampung baik itu yang baru maupun versi yang lama. yuk simak selengkapnya!

Aksara lampung dan anak hurufnya

Kelabai Sukhat

aksara Lampung dan anak huruf – Kelabai Sukhat adalah salah satu bentuk aksara khusus dalam sistem tulisan Aksara Lampung. Kelabai Sukhat secara khusus digunakan untuk menulis bahasa Lampung, yang merupakan bahasa asli dari suku Lampung. Aksara ini memiliki peranan penting dalam memuat dan menyampaikan pesan dalam bahasa Lampung.

Kelabai Sukhat memiliki bentuk yang khas dan membedakannya dari bentuk aksara Lampung lainnya. Bentuk-bentuk dalam Kelabai Sukhat umumnya terdiri dari garis-garis yang diatur dengan cermat dan teliti, membentuk struktur tertentu untuk merepresentasikan bunyi-bunyi dalam bahasa Lampung. Setiap huruf dalam Kelabai Sukhat memiliki keunikan dalam pola dan penempatan garis-garisnya

Bentuk huruf aksaranya:

aksara-lampung-dan-anak-huruf

Anak Sukhat

aksara Lampung dan anak huruf – Anak Sukhat merupakan varian huruf-huruf dalam kelompok Kelabai Sukhat yang memiliki dimensi yang lebih kecil. Meskipun ukurannya lebih kompak, Anak Sukhat tetap mempertahankan bentuk dan karakteristik dasar yang ditemukan dalam bentuk kelabai sukhat yang lebih besar. Bentuk dan desain Anak Sukhat beradaptasi dengan ukuran yang lebih kecil, tetapi tidak mengubah esensi dari aksara tersebut.

Peran dan Fungsi Anak Sukhat

Anak Sukhat, meskipun berukuran lebih kecil, tetap memiliki peran yang penting dalam penulisan dalam bahasa Lampung. Sebagaimana kelabai sukhat pada umumnya, Anak Sukhat digunakan untuk mencatat dan mengkomunikasikan berbagai aspek budaya, kehidupan sehari-hari, sastra, dan pengetahuan dalam bahasa Lampung. Penggunaan huruf-huruf ini memberikan dimensi visual dan artistik yang membedakan tulisan-tulisan dalam bahasa Lampung. berikut ini adalah bentuk dari penggunaannya pada huruf:

aksara-lampung-dan-anak-huruf

angka dan tanda baca dalam aksara lampung

berikut ini adalah bentuk dari angka dan tanda baca  dalam penulisan aksara lampung :

aksara-lampung-dan-anak-huruf

penulisan angka dalam aksara lampung

 

aksara-lampung-dan-anak-huruf

penulisan tanda baca dalam aksara lampung

 

Tata cara penulisan aksara lampung dan anak hurufnya

berikut ini adalah tata penulisan yang sebagian besar dikutip dari referensi Andhika (2010) dalam bukunya yang berjudul ” Perangkat Lunak Pengkonversi Teks Tulisan Latin Menjadi Aksara Lampung. sipantun berharap teman-teman semua bisa mempelajarinya dirumah ya. khususnya kamu yang merasa orang lampung biar bisa mengenal lebih baik tentang budaya tanah kelahiran kalian ya, yuk mari kita simak selengkapnya

Anak sukhat sebagai pengganti huruf mati

aksara-lampung-dan-anak-huruf

adanya tanda diakritik tersebut memberi efisiensi penulisan dan ketidakperluan untuk menggunakan huruf-huruf mato untuk bunyi-bunyi diatas dengan huruf + tanda mati (nengen) yang bersangkutan.

aksara Lampung dan anak huruf – Dalam sistem penulisan konvensional, pengguna Aksara Lampung sering harus menggabungkan huruf-huruf konsonan dengan huruf mati (nengen) untuk membentuk bunyi vokal tertentu, seperti “e” atau “i” di atas konsonan. Proses ini dapat memakan waktu dan menghasilkan teks yang lebih panjang. Namun, dengan adanya tanda diakritik di Aksara Lampung Anak Sukhat, pelbagai bunyi vokal dapat dengan mudah ditunjukkan dengan menambahkan tanda di atas atau di bawah huruf konsonan yang sesuai.

Contoh yang sangat mengilustrasikan manfaatnya adalah ketika ingin menulis kata “ke”, yang sebelumnya membutuhkan penggabungan “ka” dengan huruf mati (nengen) “e”. Dalam Aksara Lampung Anak Sukhat, Anda hanya perlu menambahkan tanda diakritik di atas huruf “k”, dan hasilnya menjadi lebih efisien dan jelas.

Penulisan Diftong

aksara Lampung dan anak huruf – diftong adalah gabungan dua bunyi vokal yang terdengar sebagai satu suara. Penulisan diftong dalam aksara ini melibatkan penggunaan tanda diakritik untuk menggambarkan perpaduan dua bunyi vokal yang terjadi dalam satu suku kata. Berikut adalah cara penulisan diftong dalam Aksara Lampung Anak Sukhat:

 

aksara-lampung-dan-anak-huruf

penulisan diftong dalam aksara lampung

Diftong “ai”: Diftong “ai” dapat diwakili dengan menambahkan tanda diakritik atas pada huruf konsonan pertama dalam diftong tersebut.

Contoh: “kai” (bukan “ka-i”), “gai” (bukan “ga-i”), “nai” (bukan “na-i”)

Diftong “au”: Diftong “au” dapat diwakili dengan menambahkan tanda diakritik atas pada huruf konsonan pertama dalam diftong tersebut, diikuti oleh tanda diakritik bawah pada huruf konsonan kedua.

Contoh: “kau” (bukan “ka-u”), “gau” (bukan “ga-u”), “nau” (bukan “na-u”)

Bunyi Diftong [ai] dan [au] dapat dituliskan dengan masing-masing tanda diakritik, bukan menggunakan huruf I dan U (kecuali jika bukan diftong). tanda baca [ai] dan [au] juga bisa dikombinasikan sehingga menghasilkan bunyi diftong lain yang memungkinkan.

aksara Lampung dan anak huruf – Penting untuk dipahami bahwa tanda diakritik yang digunakan untuk diftong dapat berbeda-beda tergantung pada aksara Lampung Anak Sukhat yang digunakan. Namun, prinsip dasar di atas adalah panduan umum dalam penulisan diftong. Dengan pemahaman tentang bagaimana tanda diakritik mempengaruhi bunyi vokal dalam diftong, Anda dapat mengaplikasikannya secara konsisten dalam penulisan teks menggunakan aksara Lampung Anak Sukhat.

Penulisan Ejaan lama dengan huruf GHA

GHA atau juga dieja dengan KHA adalah ejaan lama tidak baku untuk RA yang sampai saat ini masih digunakan berganti-gantian. GHA/KHA ini juga melambangkan bunyi R alveolar secara fonetis. hal seperti ini juga ada pada Surat Ulu

berikut ini adalah contoh dari penulisan menggunakan huruf GHA/KHA

aksara-lampung-dan-anak-huruf

Diftong “ai”:
Dalam ejaan lama dengan huruf GHA, diftong “ai” dapat diwakili dengan menggunakan huruf GHA diikuti oleh huruf konsonan yang diikuti tanda anak suara atas (anak sukhat).

Contoh: “GHAkai” (bukan “GHAka-i”), “GHAgai” (bukan “GHAga-i”), “GHArai” (bukan “GHAr-a-i”)

Diftong “au”:
Dalam ejaan lama dengan huruf GHA, diftong “au” dapat diwakili dengan menggunakan huruf GHA diikuti oleh huruf konsonan yang diikuti tanda anak suara bawah (anak lungsi).

Contoh: “GHAkau” (bukan “GHAka-u”), “GHAgau” (bukan “GHAga-u”), “GHAronggau” (bukan “GHArongga-u”)

Prinsip yang sama berlaku untuk ejaan lama dengan huruf GHA dalam penulisan diftong lainnya. Namun, perlu diingat bahwa penggunaan huruf GHA adalah bagian dari ejaan lama dan mungkin tidak lagi umum digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Jika Anda ingin menggunakannya dalam konteks historis atau sastra, penting untuk memahami konvensi dan pola penulisan yang berlaku.

Aksara lampung lama

aksara Lampung dan anak huruf – seperti halnya  surat Ulu, aksara lampung juga memiliki variasi-variasi lokal. aksara lampung yang kini digunakan dan diajarkan disekolah adalah aksara yang disebut Lampung baru (Pudjiastuti & Jaruki, 1996). Ragam lokal kemudian dapat dirujuk sebagai aksara lampung versi yang lebih tua/lampung lama. berikut ini adalah sampel aksara lampung lama berdasarkan dari Manuscrit E oleh Van der Tuuk (1868) dalam buku Pandey (2016). berikut ini adalah penulisan dalam aksara lampung lama dan diakritiknya.

aksara-lampung-dan-anak-huruf

penulisan huruf dalam aksara lampung lama

 

aksara-lampung-dan-anak-huruf

tanda diakritik dalam aksara lampung lama

pada aksara lampung dari catatan Manuscrit E ini tidak terdapat tanda baca [-o] dan [-é]. penulisan yang unik dari lampung lama ini terdapat pada penulisan tanda diakritik rangkap, tanda vokal diletakkan dikanan tanda baca konsonan ( berkebalikan dari cara penulisan biasa). bila diperhatikan, aksara lampung memiliki karakteristik lebih melengkung daripada aksara serumpunnya (rejang dan Kerinci) yang cenderung patah-patah. Namun pada media tulis tertentu ( yang keras seperti bambu, dsb) karakteristik patah-patah khas rumpun Ulu akan muncul pada aksara Lampung.

50 contoh penulisan dalam aksara lampung dan artinya

berikut ini adalah contoh penulisan aksara lampung dan anak huruf beserta artinya :

  • ᨀᨑᨕᨓ: Aksara – Huruf pertama dalam aksara Lampung.
  • ᨑᨔᨓᨚᨕᨀ: Lampung – Bahasa dan suku budaya di wilayah Lampung.
  • ᨑᨀᨀᨑᨀᨚᨕ: Dan – Kata penghubung dalam kalimat.
  • ᨀᨚᨕ: Anak – Generasi muda atau keturunan.
  • ᨒᨔᨛᨙᨒ: Gitar – Alat musik berdawai.
  • ᨀᨘᨚᨑᨔᨛ: Ajak – Mengundang atau mengajak.
  • ᨆᨑᨔᨙᨕ: Makan – Mengonsumsi makanan.
  • ᨔᨒᨘᨛᨓ: Gerobak – Kendaraan roda empat untuk mengangkut barang.
  • ᨀᨑᨘᨚᨒᨔ: Agung – Hebat atau luar biasa.
  • ᨘᨑᨕᨓᨙᨔ: Jalan – Tempat untuk berjalan.
  • ᨒᨕᨗᨓᨔ: Gelas – Wadah untuk minuman.
  • ᨀᨑᨘᨛᨒᨕ: Alam – Lingkungan sekitar.
  • ᨆᨙᨔᨑᨔᨛ: Manusia – Makhluk hidup yang berakal.
  • ᨑᨒᨓᨀᨙᨔ: Lampa – Alat penerangan tradisional.
  • ᨀᨑᨙᨔᨑᨔᨛ: Asal – Sumber atau asal mula.
  • ᨆᨚᨕᨀᨚᨓ: Muka – Bagian depan wajah.
  • ᨛᨙᨑᨒᨓᨔ: Tugu – Monumen atau patung peringatan.
  • ᨛᨑᨙᨔᨑᨔᨛ: Tunas – Pertumbuhan awal tanaman.
  • ᨛᨙᨑᨔᨚᨓ: Tukar – Menukar atau mengganti.
  • ᨙᨔᨑᨚᨔᨛ: Nama – Identitas seseorang atau sesuatu.
  • ᨙᨓᨀᨙᨓᨔ: Ngawi – Melihat atau memperhatikan.
  • ᨑᨀᨚᨙᨕᨙ: Angin – Udara yang bergerak.
  • ᨚᨔᨔᨒᨓᨀ: Raja – Penguasa kerajaan.
  • ᨕᨚᨔᨔᨒᨓ: Jari – Bagian tangan yang menghubungkan tangan dengan ujung.
  • ᨚᨒᨀᨛᨕ: Rama – Sebutan untuk ayah.
  • ᨚᨒᨓᨔᨀᨕ: Ratu – Permaisuri atau istri raja.
  • ᨛᨕᨚᨕᨓᨔ: Tiga – Angka tiga.
  • ᨘᨔᨒᨕᨛᨕ: Juara – Pemenang dalam suatu pertandingan.
  • ᨛᨑᨙᨔᨚᨓ: Tumpuk – Menyusun menjadi tumpukan.
  • ᨆᨑᨙᨔᨚᨔ: Masing – Setiap satu.
  • ᨀᨚᨔᨓᨙᨕ: Anak – Proses atau hasil melahirkan.
  • ᨀᨚᨕᨓᨛᨕ: Aman – Tidak berbahaya.
  • ᨙᨒᨓᨛᨕ: Nyala – Cahaya atau api yang terbakar.
  • ᨛᨒᨘᨛᨔ: Tabuhan – Bunyi yang dihasilkan dari memukul benda.
  • ᨕᨒᨘᨚᨔᨛ: Jatuh – Terguling atau tergelincir.
  • ᨙᨛᨑᨙᨒᨔ: Negeri – Wilayah atau negara.
  • ᨑᨙᨕᨚᨓᨔ: Laman – Halaman atau area.
  • ᨚᨕᨗᨓᨔᨛ: Rende – Alat untuk membuat suara berderit.
  • ᨀᨚᨓᨛᨕ: Arah – Tujuan atau penunjuk.
  • ᨑᨒᨚᨕᨓᨛ: Luas – Besar atau banyak.
  • ᨔᨛᨚᨕᨙᨕ: Ganti – Menggantikan atau mengubah.
  • ᨆᨛᨑᨔᨙᨔ: Minta – Memohon atau meminta.
  • ᨑᨙᨑᨕᨙᨔ: Laju – Kecepatan gerak.
  • ᨘᨑᨕᨙᨔᨙ: Jalan – Berjalan atau melangkah.
  • ᨑᨛᨛᨑᨔᨙ: Luru – Perlahan atau dengan hati-hati.
  • ᨑᨙᨙᨔᨛᨕ: Lani – Besok atau masa yang akan datang.
  • ᨆᨙᨛᨔᨀᨙ: Minum – Mengonsumsi minuman.
  • ᨆᨛᨑᨕᨛᨕ: Mandi – Membersihkan tubuh dengan air.
  • ᨚᨙᨛᨓᨔᨙ: Rajin – Bekerja keras atau giat.
  • ᨔᨚᨓᨔᨚᨕ: Geger – Kekacauan atau keributan.

Ragam penulisan dalam Aksara lampung dan anak hurufnya

aksara lampung dan anak huruf yang dahulu digunakan muda-mudi bersurat satu sama lain memiliki cara-cara penulisan yang unik untuk unjuk kepandaian, berikut ini adalah beberapa contohnya:

  1. Cara tulis o so kh-osokh : ditulis berputar/spiral, tak bertanda awal/akhir dan dapat berawal didalam/diluar permulaan spiral
  2. Cara tulis lompat kijang : ditulis di empat titik sudut dengan cara baca berputar
  3. cara tulis Cina : ditulis dari atas kebawah
  4. cara tulis arab : penulisan dari kanan ke kiri
  5. cara tulis lapak sekhom : bersambung
  6. cara tulis way cambai : ditulis dengan getah sirih dan bisa dibaca dengan bantuan air
  7. cara tulis balik : ditulis terbalik dan dibaca melalui pantulan lampu

aksara Lampung dan anak huruf – Dalam rangkaian pembahasan tentang Aksara Lampung, kita telah menggali lebih dalam tentang aspek-aspek penting dalam sistem penulisan ini. Mulai dari penggunaan tanda diakritik dalam Aksara Lampung Anak Sukhat untuk menggambarkan bunyi-bunyi vokal, hingga pemahaman tentang penulisan diftong seperti “ai” dan “au” dalam huruf GHA. Tidak hanya itu, kita juga menjelajahi konsep Surat Ulu sebagai dasar penulisan dalam aksara ini.

Semua ini menegaskan bahwa Aksara Lampung adalah warisan budaya yang kaya dan bernilai. Melalui penggunaan tanda diakritik dan konsep Surat Ulu, sistem penulisan ini memungkinkan bahasa Lampung untuk diabadikan dalam bentuk tertulis dengan lebih efisien dan akurat. Dalam menggali lebih dalam tentang aksara ini, kita juga turut melestarikan identitas dan kekayaan bahasa Lampung.

Dengan terus menjaga dan memahami Aksara Lampung, kita berperan dalam merawat budaya dan bahasa daerah yang tak ternilai. Semoga pengetahuan kita tentang aksara ini terus tumbuh, dan semangat untuk menjaga tradisi ini dapat diteruskan kepada generasi mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *