20 Contoh Puisi Pendidikan untuk Guru Tercinta

By | 2022-11-23
contoh-puisi-pendidikan

Contoh Puisi Pendidikan– Puisi selalu memiliki ciri khas bahasa yang arkais serta menggunakan gaya bahasa yang berbeda- beda sesuai dengan kekhasan penyairnya. Puisi juga biasa digambarkan sebagai pengungkapan rasa kepada sesuatu hal baik itu kepada alam sekitar atau bahkan kepada seseorang.

Puisi memiliki banyak jenis sekarang ini dan biasa di bacakan ketika ada acara-acara khusus yang menyangkut suatu hal tidak terkecuali jenis puisi Pendidikan.  Berikut ini adalah contoh puisi Pendidikan yang mengutarakan perasaan kepada seorang guru. Semoga contoh puisi Pendidikan ini dapat membantu kalian dalam mengungkapkan perasaan rasa terima kasih atas jasa besar yang diberikan oleh setiap guru kepada kita. yuk simak contoh puisi pendidikannya

Baca juga : Pengertian Puisi

Contoh Puisi Pendidikan

Jangan Ajari Aku Korupsi, Guruku

Kureguk ilmumu di satt aku dahaga akan ilmu

Kurasakan hangat kasih sayangmu kala engkau tebarkan teladan buat anakmu

Senyum sapa salammu setia menyambut kedatanganku

Tanpa kenal Lelah engkau tebarkan kebajikanmu

Aku mungkin bukan anak yang pintar

Aku ingin meraup ilmu yang engkau ajar

Ilmumu aku goreskan dengan ujung pena

Di atas buku kusimpan jejak tulisanmu penuh rasa

Kuhayati tutur katamu dengan sepenuh jiwa

Aku ke sekolah bukan ingin mengumpulkan pundi-pundi angka

Aku mungkin bukan anak yang layak menyandang juara

Aku hanyalah anak negeri yang ingin melukis masa depan dengan penuh asa

Aku ingin membekali diri dengan ilmu yang kau semaikan sepanjang masa

Aku ingin guruku memberi angka apa adanya

Bukan angka basa-basi biar aku terlihat anak digdaya

Menipuku diriku.. orang tua.. dan seluruh bangsa

Meski aku tahu guruku takut dikatakan gagal mendidik anak bangsa

Terpaksa memberi angka yang cetar membahana

Di bawah ancaman tunjangan takkan cair kalau anak diberi angka apa adanya

Guruku… jangna ajari aku korupsi

Beri kami angka sesuai bukti yang engkau miliki

Itulah wajah kami yang masih harus belajar lebih keras lagi

Agar negeri ini kelak melahirkan generasi emas yang hakiki

Mampu berdikari taklukkan dunia yang kian berkompetisi

Bukan emas palsu yang menipu diri sendiri

Guruku.. ajarkan kami sepenuh hati dengan kejujuran dan hati Nurani

(Abdul Hakim)

PENA

(Ade Lanuari Abdan Syakuro)

Pena…

Kuikat ilmu dengannya..

Kutulis kisah sejarah bersamanya..

Pena..

Kugapai cita-cita dengannya

Tak lupa teriring doa dan usaha

Sebagai wujud penghambaanku pada sang pencipta

Pena..

Bersamanya, kutulis cerita cinta berbau surga

Agar manusia tak terjebak pada dunia yang fana

Tak jelas asalnya, tak jelas pula hasilnya

Pena..

Simbol peradaban dari zaman purba ke zaman aksara

Di mana manusia tak lagi menghambakan diri pada mitos yang tak jelas asalnya

Pena..

Dengannya, hidup manusia menjadi mulia

Lantaran mencari ilmu untuk kesejahteraan dunia

Lelang Pendidikan

(Ahmad Latiful Ansori)

Pendidikan…

Kata yang di dengungkan oleh banyak kalangan

Katanya

Pendidikan itu tak memandang latar belakang

Namun, apalah daya

Itu ‘Cuma’ slogan

Entah jaman yang telah berevolusi

Atau sedari dulu tetap begini

Pendidikan adalah hak setiap warga

Namun, mana buktinya

Kami beli, kamu juga yang menjual

Itu kata yang sering terlontar, dari orang yang katanya berpendidikan

Kami beli mahal, maka kami juga mendapatkan yang mahal

Pantas saja jika negara ini tak mencapai kejayaan

Kelakuan orang-orang berpendidikan tak lagi bisa diharapkan

Pendidikan investasi masa depan

Namun, bukan berarti Pendidikan sebagai alasan untuk meraup pajak besar-besaran

Bukan pula sebagai alasan untuk meletakkan kaki di atas hidung anak jalanan

Mau sampai kapan, Pendidikan akan terus dilelang

Hingga rakyat kecil musnah dengan perlahan?

Atau hingga jas mengkilat tak lagi muat yang di kenakan?

Tak hanya tuan yang membutuhkan

Tapi, kami juga tak meminta

Karena kami tak sanggup jika harus bermain lelang

Dengan apa yang seharusnya kami dapatkan

Pahlawan yang Terlupakan

(Ahmad Muslim Mabrur Umar)

Cermatilah sajak sederhana ini, kawan

Sajak yang terkisah dari sosok sederhana pula

Sosok yang terkadang terlupakan

Sosok yang sering tak dianggap

            Ialah pahlawan yang tak ingin disebut pahlawan

            Terka-lah kiranya siapa pahlawan ini

            Ingatlah lagi kiranya apa jasanya

            Ia tak paham genggam senjata api

            Ia tak bertarung di medan perang

Ucap, sabar dan kata hati menjadi senajtanya

Keberhasilanmu kawan, itulah jasanya

Cerdasmu dan cerdasku itu pula jasanya

Bukan ia yang diharap menang

            Dapatkah kiranya jawab siapa pahlawan ini

            Karenanyalah kudapat tulis sajak ini

            Karenanya lah kau dapat baca sajak ini

            Luluknya ialah pahlawan tanpa tanda jasa

Mungkin telah teringat olehmu kawan

Mungkin telah kau terka jawabnya

Ialah pahlawan dan orang tua kedua

Ialah guru, sang pahlawan yang terlupakan

Contoh Puisi Pendidikan

contoh-puisi-pendidikan

Tombak Keberhasilanku

(Amanda Nurdhana D)

Pena menari di atas kertasku

Menulis setiap kata yang kau ucapkan

Memberikan secercah cahaya dalam kegelapan

Menuntunku menuju jalan kesuksesan

Walau letih terlihat di wajahmu tak menghapus semangatmu

Kau selalu mendampingiku menuju cita-citaku

Mengajariku hal-hal baru

Walau sikap nakalku terkadang mengganggumu

Sungguh besar pengabdianmu

Untuk mencerdaskan generasi mudamu

Terima kasih kuucapkan untukmu

Guruku….

Kau adalah orang tua keduaku

Kan kukenang selalu jasamu

Sekali lagi kuucapkan terima kasih untukmu

Semoga selalu bahagia hidupmu

Kebaikan akan selalu menyertaimu

Senandung Literasi

(Anisah Izdihar Nukma)

Senja ini semburat merah mewarna langit yang abu

Anganku terbang pada masa belajar mengejar

Kala itu, aku tersenyum mendengar dongeng pelajar nusantara

Sang penakluk bukit, penyisir sungai yang handal

Para pengejar ilmu, penggerak peradaban

            Teruntuk pecinta ilmu

            Membaca adalah bukti rindu menyeruak

            Memaksa mata terkunci dengan baris dan baitnya

            Lantas waktu bertransformasi jadi anak panah berkecepatan tak hingga

            Dunia memang tak menjadi milikku, tapi aku mencipta duniaku sendiri

Aku ingin berkata lewat aksara, goresan pena

Merapal doa dan nasihat untuk maslahat

Diam untuk membaca, berkata untuk bercerita

Sebab literasi tak melulu tentang seni, tapi juga keinginan berbagi

Tinta senja adalah katalis bagi zaman yang tengah miris

Malam segera tiba, tapi fajar pasti menyingsing setelahnya

Maka mimpi dan usaha harus di gerilya demi mentari yang lebih jingga

Peti Emas Sejuta Mimpi

Mimpi ini terasa terkubur begitu dalam

Begitu dalam sampai tak bisa tergali

Ingin ku keluarkan mimpi-mimpi itu sekarang

Tapi itu tidaklah mudah..

Butuh sejuta peti emas untuk menggali mimpi itu

Itulah mahalnya Pendidikan

Begitu mahal sampai harus mengubur mimpi ini.

Sungguh ku buuth peti ema situ

Apalah daya, mengisi perut keroncong pun sulit

Apakah hanya mimpi seorang anak pejabat yang bisa tumbuh?

Apakah niat tidaklah cukup tanpa seperti emas?

Zaman yang begitu kaya..

Bukan karena kebodohan kami tidak bisa menggapai mimpi kami.

Tapi karena peti emas yang tidak bisa kami dapatkan.

Begitu kaya karena sejuta mimpi yang terkubur dengan sejuta peti emas.

Lebih baiklah tak perlu bermimpi

Dari pada harus bermimpi tapi terkubur jua

Jam Kosong Kami Bahagia

( AR. Izzal Muflihin)

Betapa bahagia kami

Jam kosong tak ada guru terasa lagi

Telah menjadi tradisi; lumrahnya kami

Merekah senyum bahagia sana-sini

Dan di sudut kiri

Guru mulai menyibukkan diri; melupa kepada kami

Ada yang membangkit senum dari tidurnya

Ada yang membaca buku lalu menertawakannya

Ada pula yang mencela, pada daftar nama yang tertera

Begitulah kami

Pelajar generasi negeri ini

Yang gembira tiada henti

Kala jam kosong tak terganti

Contoh Puisi Pendidikan

BUKU

(Ari Maulana)

Buku adalah jendela dunia…

Membaca membuat kita pintar

Memahaminya membuat kita sadar

Bahwa bumi tidaklah hanya alam sekitar

Banyak pemahaman di dalamnya

Banyak pengetahuan isinya

Melalui buku kita tahu segalanya

Melalui buku kitab isa menjelajah angkasa

Buku..

Banyak sekali jasamu

Isi perut Bumi pun bisa ku tahu

Hanya dengan membaca dan memahami mu

Tak pernah ku salami lautan luas

Tak pernah ku jelajah kutub utara

Namun melalui buku aku bisa tahu

Hanya dari buku aku merasakan

Berbagai mahluk yang tinggal di lautan

Dinginnya udara di kutub sana

Terima kasih untuk mu buku

Telah membuka wawasan ku

Serta mengajari aku berbagai ilmu

Kisah Seorang Gadis & Tujuh Puluh Dua Mata

(Ayu Regina)

Di pelataran 9m x 8m

Berdiri seorang gadis tersenyum kecut bersilang sengkarut

Tujuh puluh dua mata memandang nanar, simbol pupusnya karsa

Mata mereka cermin hati yang lama tersayat, berklandestin, tak terlibat

Tujuh puluh dua mata menjadi saksi, perang pena tak lagi jadi tradisi

Sedangkan gadis itu manifestasi kenaifan, kekeluan, dan kepastian

Interaksi menjadi komoditas mewah tergantikan lembar isian

Keduanya bersimpuh pasrah seakan segalanya telah digariskan

Enggan bertanya meski pikiran berperang karena tak mengerti

Enggan berpendapat meski kata-kata terhimpun bergelaparan

Cari aman begitu filosofinya

Keberaksaran adalah anekdot manusia-manusia titisan dewa

Terlalu jauh untuk dijangkau, terlalu sulit untuk dimengerti

Alih-alih menunjukkan eksistensi

Segala macam informasi pun habis dikonsumsi

Tak tanggung-tanggung, pasase belaka dijadikan pembenaran

Tanpa adanya pisau Analisa sebagai kendaraan karena taka da pembiasan

Melimpah teori, miskin praktik

Integritas menjadi tanya setiap pribadi

Di mana manusia-manusia cerdas yang merdeka ini?

Musnahkah dia? Atau benarkah suguhan sejarawan Inggris, Arnold J. Toynbee

Peradaban kita tinggal menunggu mati

Seiring hilangnya Pendidikan moral nan manusiawi

Telegram Dari Karl Marx

(Deni Puja Pranata)

Derak jam berlin jatuh

Kapal-kapal membawa firman

Atas rindu, atas keyakinan

Terhempas di dada Gorki

Aku baca, aku teguk hingga larut malam

Di laut Madura, di jantung kota, di trotoar,

Dan di sisa peristiwa yang terpenggal sejarah.

Aku baca dengan hati-hati

Lukisan nelayan, petani tembakau, dan

Huruf-huruf yang mengepal di jari-jarinya

Sekali lagi dan seterusnya, aku baca, aku teguk

Di bilik malam, di pucuk kamboja, sampai kepalaku pecah.

Derak jam Belin jatuh

Kapal-kapal membawa firman

Pada siapa kutitipkan kepala yang pecah?

Sempat yang Tak Kau Ingat

(Dita Feby Indriani)

Mencintai kata dalam setiap pergantian senja,

Merangkai dan menyemai meski mata terjaga,

Adalah

Nikmat dan sebuah sempat yang jarang teringat.

Banyak desah cerita yang berkoar,

Nada gelisah yang tak kunjung usai,

Mengartikan

Perjalanan mencintai kata terdengar terjal.

Tidakkah mencintainya bukan perkara rumit?

Bahkan kau tanam bibit jauh sebelum semua terdengar sulit.

Ah kau lupa,

Mencintai kata dalam setiap pergantian senja

Adalah

Nikmat dan sebuah sempat yang jarang teringat.

Mungkin berat melahap selembar demi selembar kata

Menuai angka yang nilainya tak seberapa

Tapi, apakah kini kau pura-pura lupa?

Pada perkara yang kau lantunkan kepada-Nya

Pada tangis yang kau siramkan di sepertiga malam-Nya

Ah kau memang lupa,

Mencintai kata dalam setiap pergantian senja

Sungguh nikmat dan sempat yang jarang teringat

Contoh Puisi Pendidikan

Sekolahku

(Diyah Rachmawati Tohari)

Engkau hanya seonggok batu yang termakan debu

Tapi tak ada jemu dalam jembatan ilmu

Jantungmu mendenyutkan cerita

Semangatmu mengucap cita-cita

Dan hadirmu selalu terkenang

Kisah penting bermula dari bangkumu

Yang terbaik melangkah melalui tapak jalanmu

Gelak tawa maupun sendu yang hadir

Menjadi lembar pembuka tabir

Di tempat engkau berdiri

Jutaan pelita menyembul untuk negeri

Jembatan masa depan yang menyambung

Sekolahku, namamu akan selalu bergaung

Tinta Hitamku

(Eersta Tegar)

Sunyi, gersang, redup..

Itulah diriku

12 tahun sudah mengemban ilmu, dengan rasa pilu

Diriku hanya insan biasa, yang masih kaku dalam mencarimu

Aku harus bangkit, bangkit dan bangkit

Demi sebuah kemenangan sejati

12 tahun sudah bersama tinta hitamku, menorehkan kata per kata

Di atas selembar kertas putih

Di sini bukan masalah gelar ataupun pangkat, namun masalah jati diri

Bukan untuk menjadi kaya, Bukan!!

Cukup menjadi sebuah acuan dalam kehidupan

Di negeri ini aku menuntut ilmu, mencari hal baru dalam sebuah titik temu

Tinta hitam yang ku bawa bersama setumpuk buku

Kini menjadi saksi bisu dalam perjalananku

Mencapai nilai sempurna bukanlah hal yang mudah

Tidak cukup dengan membaca dan menulis

Tak perlu bersandiwara untuk menjadi perwira

Benar, aku memang harus giat

Giat untuk sukses dalam kiat-kiat

Jangan biarkan otak kalian membeku hingga menjadi abu

Asahlah layaknya sebuah pisau yang tajam

Yakin bahwa masa depan ada di depan mata

Rubah “yang Diharapkan”

(Eka Nur Estetis)

Ikal batin dalam rayuan

Memikat waktu dengan kepandaian

Merayu dengan segala iming kesenangan

Tanpa mengingat persaingan

Jeritan tak mampu memudarkannya

Kata tak dihiraukan, penyemangat untuknya

Sebagian merasa masygul

Keras memikirkan perubahan

Menghilangkan rasa kemasygulan

Berdoa pada ilahi

Rubah “ yang diharapkan” segera terjadi

Mimpi dan Cita

(Elisabeth Yofrida)

Tersenyum aku menahan getir dan rintihan jiwa

Sebab impian dan cita-cita terhenti

Oleh ketidakmampuanku dan tiadanya dukungan orangtua

Kusimpan mimpiku setelah lepas masa Putih Abu

Perjuanganku belum berakhir

Walau setitik harapan sudah kudapat

Pada kota penuh cahaya ini

Aku datang untuk pergi, berkelana merajut cita

Tentang semua mimpi dan cita

Takkan pernah ada kata menyerah

Meski berpuluh kali aku telah jatuh

Berpuluh kali pula aku bangkit lagi

Di atas tanah bumi pertiwi aku melangkah

Di atas tanah ini pula ku berbakti, menuntut ilmu

Akan kutunjukkan pada Dunia, aku bisa

Aku mampu meraih mimpi dan cita-citaku, di Indonesia

Sang Guru

(Fitriana Munawaroh)

Tentang kegelapan…

Tentang buta pada zaman dahulu kala..

Tentang kebodohan yang merajalela…

Dan tentang sosok penumpas itu semua…

Ialah sang guru…

Sosok yang ikhlas berbagi ilmu..

1,2,3,4 dan seterusnya..

Harapnya tetap tak lekang dimakan usia…

Tetap basi dari sebuah tradisi…

Dia tetap mulia..

Dengan segala wibawanya..

Masa depan?

Jangan kau tanyakan…

Aku dan kamulah sang harapan

Menjadi lebih hebat dari apa yang ia ajarkan..

Maka genggamlah apa yang ia percayakan..

Berpendidikanlah

(Iin Fajar Duhri Saputri)

Berpendidikanlah..

Maka hidupmu akan berubah..

Berpendidikanlah..

Maka mata yang mulanya hitam akan terang

Berpendidikanlah..

Maka resahanmu akan menjadi emas

Banyak orang menganggur karena sekolah

Banyak orang pontang-panting karena sekolah

Memanglah Pendidikan bukan jaminan

Tapi hendaknya berusahalah

Berpendidikanlah..

Dunia tidak hanya membutuhkan kepandaianmu

Kini dunia tidak butuh itu

Karena Cuma pandai itu tidak cukup

Yang dibutuhkan hanya tekadmu

Niatmu…

Semangatmu..

Usahamu..

Pemerintah itdak akan mempersulitmu

Gunakan semua fasilitas

Semua ini untuk generasi bangsa

Manfaatkan.. manfaatkan..

Masa depanmu di tanganmu

Pendidikan hanyalah jembatan

Hanyalah sarana

Bangkitlah..

Majulah..

Lihatlah dirimu

Apa kau ingin seperti orangtuamu

Air mata yang terus membasahi pipinya

Apa tak kasihan

Di maana hatimu..

Ini semua untuknya bukan

Ayo bangkitlah

Ayo majulah

Ayo buktikan

Demi orang tuamu

Hingga dirimu berubah menjadi jingga yang ranum

Jiwa-Jiwa yang Hilang

(Izzah Ummi Bariroh)

Hidup dengan warnanya mulai berubah

Hujan dengan tangisnya mulai menjauh

Langit dengan senyumnya mulai memudar

Angin dengan hembusannya mulai menghilang

Rangkaian cerita hidup terukir rumit

Menjadi jeritan anak didik di negeri yang terselimpit

Cerita yang indah hanyalah poster yang membaik

Di balik kata-kata indah yang penuh dengan suara ringkik

Wahai jiwa-jiwa yang menghilang

Di manakah selama ini kau sembunyikan???

Butiran Mutiara indah Pendidikan

Yang membawa senyum palsu membahagiakan

Kami merindukanmu

Sosok sang patriot pejuang bangsa

Menjadi kebanggan setiap jiwa atas anugerah

Menjadi pejuang kehidupan di bawah uraian air mata

Ini negeri kami!!!

Ini bumi Kami !!!

Ini daerah kami !!

Dan ini sekolah kami!!

Sampai hati kalian meninggalkan kami

Di antara buaan air amta yang tiada henti

Tak inginkan kalian melindungi kami

Bertaruh melawan kebodohan di negeri ini

Ibu pertiwi menangis.

Melihat para generasi muda kian menjerit

Dalam kesengsaraan budi yan tak berarti

Hanya demi kesenangan diri pribadi..

Wahai engkau yang kami rindukan

Kebodohan terus saja menyerang kami

Tak seorang pun memedulikan nasib kami

Kisah keluh, kicauan seribu kali pun tak menjadi arti

Wahai engkau yang kami rindukan

Masihkah ada harapan kami untuk berbalas budi

Tetes air mata darah menjadi saksi kami

Rintangan jalar menjadi bagian hidup ini

Ketidaktahuan akan ilmu menjadi realita yang hakiki

Wahai engkau yang kami cari-cari

Tak bisakah engkau hentikan kekacauan ini

Hanya untuk membuat ibu pertiwiku tersenyum kembali

Contoh Puisi Pendidikan

Gadis Kecil

(Khalif Akmal)

Memang ini bukan harapnya

Rintih takdir terlanjur merekah

Meraung pun percuma

Matanya remang menatap hidup

Ini kisahnya

Gadis kecil di pinggir jalan

Mengharap ilmu dari siapa saja

Trotoar, debu, aspal, apa pun

Namun sayang

Angin saja enggan mengintip

Anak-anak berjalan; bergandengan tangan

Bertopi, berdasi, bertas, bersepatu

Bermewah-mewah dengan yang mereka punya

Tertawa lepas sepulang sekolah

Ia terdiam…

Matanya menggambar sendu

Hatinya yang menangis namun langitlah yang basah

Asap knalpot bertaburan di wajah

Adakah manusia di balik kaca-kaca itu

Yang peduli akan Pendidikan yang tak pernah ia cecap

Ah…

Jangankan Pendidikan

Hidup dan mati pun semua bisu

Contoh Puisi Pendidikan – Demikian kumpulan contoh puisi pendidikan untuk ungkapkan perasaan kamu kepada guru. terlebih lagi kita akan memperingati hari guru, maka contoh puisi pendidikan ini bisa jadi pilihan kamu untuk dibacakan di depan guru kalian semua. Puisi untuk guru ini mungkin hanya kata-kata saja namun sangat bermakna bagi mereka bila di ungkapkan dengan sepenuh hati

Baca juga : Pengertian Syair

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *